Ketika nanti barangkali kita ditemukan kembali, aku harap kata manis itu tak kau ucap lagi. Percayalah, saat itu aku sudah terbebas dari belenggu rasamu. Siapa yang tahan hidup dengan nestapa yang tak kunjung enyah. Hanya menampilkan simpul pilu atas duka tentangmu. Selamat atas keputusanmu pergi berlalu. Semoga kau mengerti bagaimana hakikat 'cinta sejati.'
Mengenalmu aku banyak mendapat hal baru tentang hati, kamulah pertama sosok lelaki yang mengajariku patah hati. Mengenalkanku pada luka. Memberiku rasa duka. Dan menyapaku dengan perih. Aku tak sedikitpun ada rasa marah atas yang kau beri padaku. Itu semua ku jadikan sebagai 'karya' untuk semua tentangmu. Karena mu aku tahu apa hakikat menjaga hati.
Senja merona, ketika aku mendengar suaramu yang buatku begitu cinta. Aku memintamu untuk bercerita, nyatanya saat itu akulah yang berkata tanpa jeda. Kau perhatikan wajahku lamat lamat, kau denger kan suaraku dengan penuh khidmat, aku rasa kau salah ekspresi ketika aku bercerita tentang kejadian mengenaskan kau justru malah tersenyum manis sambil memandangku tanpa berniat mengalih sedikitpun.
'Ada apa? Mengapa kau memandangku demikian?' aku sebal padamu, kau sepertinya sama sekali tak menyimak kataku barang sedikitpun. Lihat saja kau justru malah tersenyum dengan cerita hororku.
'Aku rasa senja iri padamu saat ini. Aku yakin ia cemburu dan merasa tak enak hati menampilkan ronanya sore ini.' katamu dengan terus pandang yang mengunci padaku. Kutanya kenapa dengan wajah yang begitu tak mengerti maksudmu. 'Karena nyatanya, disini ada sosok yang lebih hangat dan mempesona dari senja, lebih indah dan aku bisa memandangnya dari dekat, sedekat ini.'
Ku fikir kau mengatakan itu tulus dari hatimu, tapi setelah sekian lama jawaban atas katamu terkuak bahwa itu hanyalah bualan untukmu 'memperlambat' perpisahan karena nyatanya kau tahu kita tak akan bersama karena kau yang memegang kartu atas permainan ini. Kau bisa kapan saja melepaskan setelah kau sudah puas memberi luka yang menyakitkan.
Terimakasih atas lukamu, semoga kau bahagia dengan pergimu.
Sedikit aku jelaskan, bahwa hati bukan pelabuhan. Dimana kau bisa seenaknya berteduh disana. Garis bawahi bahwa bermain dengan hati bukan sekedar layak sebuah kapal yang sembarang berlabuh pada banyak dermaga, meninggalkan ketika kau sudah tak ada rasa. Hati mudah terluka, hati mudah tersakiti bahkan banyak yang bertahan dengan rasa sakit itu. Tugasmu, menjaga hati agar tak terulang kembali menciptakan perih pada sosok manapun. Karena hati jika sudah patah, akan ada perubahan padanya. Entah menjadi baik ataupun sebaliknya. Sampai disini paham?
KAMU SEDANG MEMBACA
serpih rasa
PoetryTinggalkan aku bersama kenangan itu, dibawah senja dalam peraduannya. Karena nyatanya malam buatku lebih nyaman, setelah kemarin senja buatku terpana. Celoteh hati Rtna Hana ❤