•06

34 3 8
                                    

Keyla semakin asyik dengan kesibukannya pada laptop milik Nadhini. Gadis itu harus mengejar deadline karena Kenzo sudah menerornya dengan spam chat sejak pulang tadi. Sementara Nadhini, ia sedang menahan tawanya karena menonton sebuah drama komedi dari negara Korea Selatan.

"Pake kuali, anjai..." Nadhini melipat bibirnya ke dalam agar suara tawanya tidak keluar. "Sakit itu pasti, astaga..."

Sebuah notifikasi terpampang di bagian atas layar ponselnya. Nadhini menoleh, mendapati Keyla yang sibuk dengan ponselnya. "Udah dishare?"

"Udah, kelar, kok. Tenang aja." Keyla berdecak. "Raden gabut amat, sih! Nyepam gue sampe tiga puluh pesan, njir!"

Nadhini mengerjapkan matanya. "Untung gue gapernah jadi korban spamnya Raden."

Keyla mengendikkan bahunya, memikih untuk melompat ke atas ranjang Nadhini. Gadis itu membaringkan tubuhnya, merasa lega karena punggungnya terasa kaku. Nadhini menggelengkan kepalanya, dia memilih untuk mematikan ponseknya dan ikut berbaring.

"Nad, gue mau nanya."

"Nanya aja kali. Mumpung sama gue juga."

"Kok, lo bisa sekuat itu?"

Nadhini mengerjapkan matanya, sebelum memandang langit kamarnya. "Selagi gue punya niat yang bisa dipegang sampe tujuan gue berhasil diraih, gue bisa sekuat ini."

"Lo pernah ngeluh, ga?"

"Tanya Mama, gue beli gula ke warung aja, ngeluhnya berjam-jam."

"BUKAN ITU MAKSUD GUE!!!"

"Gosah teriak, woi!" seru Nadhinu sembari memukul Keyla dengan bantalnya. "Orang pada tidur semua, lo ribut kek kebun binatang."

"Ya, lo ngasih jawabannya nyebelin, tau."

"Canda dikit, elah. Lo tegang amat, sih."

"Gue nanya serius, lo."

Nadhini terkekeh. "Kalo lo nanya gitu, ya, pernah, lah. Gue ngeluh, kenapa ujian hidup gue bisa sesuah ini?"

"Tapi, nanya sama ngeluh setiap waktu juga ga ada artinya kalo kita ga berusaha buat berkembang untuk waktu kedepannya."

•|•

Minggu adalah hari dimana Nadhini mengantarkan Keyla ke Damri untuk pulang ke rumah dengan transportasi bus.

Dan Senin adalah hari dimana Nadhini merasa dibohongi oleh semua orang.

"LO BILANG UPACARANYA UDAH MULAI?!"

"Ya, maaf, lo tumben banget datang telat. Jadi gue manfaatin kesempatan ini buat ngerjain lo."  Jian langsung bersembunyi di belakang punggung Caca ketika Nadhini bersiap untuk memukulnya. "Guru-guru pada rapat, njir. Gue aja grabak-grubuk kasih info ke grup ketua kelas!!!"

Iya, Nadhini kesiangan. Dia baru sampai di sekolah sekitar pukul enam dengan empat puluh lima menit. Biasanya, dia sudah siap sedia ketika jam enam. Dia bahkan nekad berangkat dengan menaiki gojek, untung saja dia sudah menerima jatah uang jajan selama seminggu sesuai jadwal.

Kalau kalian bertanya tentang Adrian, pemuda itu menjadi petugas upacara dan sudah tidak ada di rumah semenjak jam setengah enam.

Nadhini mengerjapkan matanya. "Bukannya itu bagian Kak Fio?"

Caca mengendikkan bahunya. "Kak Fio ga masuk. Cek grup, deh."

Labyrinthus (2020)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang