Nadhini merentangkan tangannya. Seharian duduk di ruang divisi sembari mengutak-atik berbagai macam unsur desain dalam laptopnya sudah mampu membuatnya lelah. Gadis itu melepaskan kacamata anti radiasinya dan meletakkannya di atas keyboard laptop.
"Aduh! Malah ngantuk," gerutu Nadhini sebelum mengambil ponselnya. "Tumben ga ada yang chat gue."
Terdengar suara langkah kaki, membuat Nadhini mendonggakkan kepalanya. Seorang gadis melewati ruangnya begitu saja. Nadhini mengerutkan dahinya.
"Nun! Ainun!!!"
"Apaan, sih?" Nadhini terkekeh ketika Ainun kembali menghampiri ruangannya. "Jurnalistik ekskul, ga, lo?"
"Oh, iye. Gue lupa bilang, kalo Minggu ini istirahat dulu," jelas Ainun. "Lo tu gampang banget ngilangnya, sumpah. Info dari senior aja gue bingung gimana nyampainnya ke elo."
"Iya, ya. Lo 'kan jarang bawa ponsel..."
"Itu, tau. Ribet tau, ga? Tangan gue kiri-kanan dokumen semua."
Nadhini terkekeh. "Makasih, ya, infonya. Semangat kerja, ya, Nun!"
Ainun belalu begitu saja. Busy people, memang. Nadhini menggelengkan kepalanya sebelum mematikan ponselnya. Di rumah, dia masih sempat untuk mengirim file desainnya pada Bu Junita, guru desain.
"Bentar..." Nadhini kembali mengeluarkan ponselnya. "Keyla udah dimana, ye?"
Baru saja Nadhini menemukan kontak Keyla, temannya itu sudah menghubunginya lebih dulu. "Key, udah dimana?"
"Gue udah sampe dari tadi, Nad! Gue juga udah laporan sama Kenzo, hehe."
"Laporan segala..."
"Dia yang minta, njir."
"Yaudah, gue susul ke Damri, ye?"
"GAK! GAK USAH!!!" Nadhini menjauhkan ponselnya karena Keyla berteriak. "Gue udah nyampe SPBU depan sekolah lo, bentar lagi masuk gang arah sekolah lo juga."
Nadhini menaikkan alisnya. "Oke. Kalo lo liat sebaris kursi tunggu depan lobi, lo duduk situ aja. Nanti gue susul kesana."
"Beliin gue minum, dong. Hehe, minum gue abis, dompet gue di koper."
Nadhini menggelengkan kepalanya. "Cappucino cincau, ya?"
"Nanad yang terbaik, hehe!"
Panggilan teleponnya dengan Keyla terputus setelahnya. Nadhini memilih untuk segera memasukkan laptopnya ke dalam tas khusus, mengunci ruang divisinya, dan bergegas keluar menuju kelas.
Tinggal tasnya, dan beberapa siswi yang tersisa di kelasnya. Nadhini mengendikkan bahunya. Tanpa memperdulikan tatapan mereka, Nadhini masuk ke dalam kelas dan mengambil tasnya.
"Em, Nad-"
Nadhini berhenti mendadak, lalu menoleh dengan tatapan dingin. "Gue sibuk. Temen gue nunggu di lobi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Labyrinthus (2020)
Fiksi Remaja(n) maze, latin meaning from maze. Bagaikan labirin yang tak memiliki jalan keluar, Nadhini Ayu Prasaja menjalani perjalanan hidupnya yang memiliki berbagai serbuk kehidupan. Nadhini selalu berpikir jika ini adalah waktunya untuk menjalani bagaimana...