Angin malam saat ini menusuk dikulitnya, karena hawa dingin itu membuat Keira harus memeluk tubuhnya sendiri. Tidak lama kemudian pelukan hangat ia terima dari belakangnya, seraya melihat bintang di langit.
"Sedang apa sayang? Ayo masuk. Jangan disini, nanti sakit, udara malam gak bagus, sayang." ucapan Vano itu sontak membuat Keira menguraikan pelukannya.
Sehingga Keira dan Vano saat ini saling berhadap-hadapan dan menatap satu sama lainnya. "Sayang... apakah kamu lupa, malam ini aku harus pulang?" ucapnya pelan tersenyum seraya mengelus pipi Vano dan sesekali mengelua dada bidang suaminya itu.
Vano pun menghela napas panjangnya, kalau malam ini bukanlah malam Keira menginap di tempat tinggalnya.
"Iya, gak papa, kok. Ini resiko yang harus aku tanggung. Bersamamu seperti ini saja aku senang. Terimakasih atas waktu singkatnya ya sayang. Aw. Apa yang kamu lakukan."
Keira menatap kesal Vano atas ucapannya barusan. Sehingga Keira pun mencubit perut sixpack milik Vano. "Waktu yang singkat? Enak saja. Tiga jam itu waktu yang panjang, sayang."
"Haha... iya iya maaf sayang. Tapi, bagiku itu adalah waktu yang singkat."
"Iya, singkat, karena aku sedikit membagi waktu kamu denganku. Maaf ya." Keira memeluk Vano begitu erat. "Maaf karena membuatmu harus membagi waktu untuk untukku seperti ini. Padahal kamu bisa saja mendapatkan istri sepenuhnya, tanpa harus denganku."
"Sayang... kamu ngomong apa, sih? Aku kan sudah bilang, aku gak papa menjadi suami ketiga kamu. Aku gak papa, kok. Yang penting, aku bisa bersama kamu, karena aku mencintaimu, Keira."
"Aku juga." ucapnya tersenyum seraya memeluk Vano begitu erat. "Aw. Kenapa kamu tegang lagi?"
Keira tersentak saat kejantanan milik Vano kembali membesar di balik handuknya. Sementara Vano hanya bisa nyengir lebar. "Hehe... maaf. Hanisnya aku gak tahan sama kamu."
"Dasar mesum. Sudah ah, aku mau mandi dulu, lengket semua badanku."
"Kita main sekali lagi, ya."
"Enggak. Nanti mainnya lama lagi." tolak Keira dengan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. "Apa gak cukup? Padahal sudah berapa kali kamu keluar, sayang? Apa gak takut habis tuh? Dasar mesum, hehe."
Setelah mengatakan begitu, Keira menutup pintu kamar mandinya cepat. Karena ia takut kalau Vano akan masuk mengikutinya dan akan berakhir seperti yang sudah-sudah.
Vano pun hanya bisa tersenyum pasrah saat Keira mengatakan begitu. Pandangan mata Vano pun menuju ke bawah. "Sabar ya boy... kamu harus tahan." gumamnya lirih seraya menghela napas beratnya. "Aaah... rasanya aku gak pernah kenyang, sayang. Aku kan suamimu."
Setelah bergumam demikian, Vano pun menjatuhkan dirinya diatas ranjang dan melihat langit-langit kamarnya, sesekali melirik pantulan Keira yang sedang mandi. Ingin sekali ia ikut masuk ke dalam kamar mandi bersama Keira. Tapi, Keira harus pulang ke suaminya yang lain.
Kadang ada rasa sedih, karena harus berbagi istri kepada laki-laki lain. Tapi, Vano tidak mempermasalahkannya. Bagaimanapun juga, ini resikonya mau menjadi suami ketiganya Keira.
□■□■□
Keira pun pulang sendiri dengan mobil yang dikendarainya. Malam ini masih banyak mobil dan pengguna jalanan lainnya yang berjibaku dengan tutinitasnya sehari-hari. Mungkin mereka semua akan pulang setelah bekerja seharian penuh.
Kemacetan dijam malam seperti ini, sudah biasa Keira alami, termasuk menunggu mobil yang ada di depannya maju selangkah demi selangkah. Karena padatnya jalanan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Handsome Husbands ✅
General FictionWARNING!!!🚫 ⛔Sebagian Part Diihapus!!!⛔ Tersedia di Playstore & Play Books!! [Bijaklah dalam membaca] PLAGIAT DILARANG MENDEKAT ⛔ ----------------------------------- FIVE HANDSOME HUSBANDS © 2020 Written || W a n d a n i e l 2 5