Pukul 20:30 di ruang tengah
"Biru," ucap seorang gadis.
"Ijo lebih adem!" seru seorang pria yang ada dihadapanya.
"Ademan biru lah!" balas seorang gadis yang tak mau kalah itu.
"Ijo!" pria itu lebih tak mau kalah.
"Biru!" ucap perempuan itu lebih lantang.
"Ijo!"
"Biru!"
"Ijo!"
"Biru!"
"Huuuhh! Yang mau beli baju Bunda kenapa jadi kalian yang ribut?" keluh wanita cantik yang sudah amat kesal dengan perilaku kakak beradik ini. Wanita itu adalah Syana ibu dari Risa, Seno, dan Dimas.
"Risa kan cuma ngasih saran," ucap perempuan itu yang menyebutkan namanya Risa.
"Bang Sen nya aja yang suka ikut-ikutan. Dasar pengacau!" ucap Risa sambil mengerucuti bibir nya.
"Di pikir lo doang yang mau ngasih saran huh! Gue juga mau lah," ucap Seno membela diri.
"Lo cowok bang gak usah ikut-ikutan," ucap Risa sambil melempar bantal ke arah muka Seno.
"Anying sakit bego!" ringis Seno saat bantal yang di lempar Risa tidak meleset.
"Seno ngomongnya," Syana menatap tajam kearah Seno. Seno yang di tatap hanya cengengesan tak jelas.
"Mampus," bisik Risa hampir tak terdengar. Tapi tak berlaku untuk Seno nyatanya pria itu mendengarnya.
"Sialan!" umpat Seno yang sudah mau ancang-ancang untuk mengejar Risa.
Risa yang sudah tau dengan apa yang akan di lakukan Seno pun langsung berlari, mengihindar dari Seno.
Risa terus berlari menghindar dari Seno. Dan sampai pada akhirnya.
"Hayo mau kemana lo hah? Hah?" ucap Seno yang sudah berhasil mengepung Risa. Kini Risa tak bisa kemana-mana dirinya terpojok di sebuah tembok.
Risa gegelapakan mencari jalan keluar. Sebuah ide muncul di pikiran nya. Risa tetap berlari kearah Seno dan menubruk nya, lalu melompati sofa yang ada di belakang Seno.
PRANG!
Oh tidak! Gelas kopi yang ada di atas meja dekat sofa terjatuh, akibat tersenggol Risa, belum lagi laptop yang ikut terjatuh pula.
Risa menutup mulut nya, pasti Ayah nya akan marah lagi.
Seorang pria bejanggut tipis keluar dari sebuah kamar. Menatap tajam ke arah Risa dan Seno secara bergantian. Ia sudah tahu pasti ini perbuatan antara kakak beradik ini.
"Bunda..." lirih Risa meminta pertolongan, sambil membentuk jari tangan nya seperti pistol yang saling berhadapan.
Namun, Syana hanya acuh menaikan kedua bahunya, lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Arasya'Clarisa [REVISI]
Ficção AdolescenteMimpi itu kembali menghantui gadis yang tak mengerti apa-apa. Mimpi yang selau muncul di hari rabu tepat nya dini hari. Ia sangat tak mengerti dengan mimpinya tersebut. Siapa yang di maksud di dalam mimpinya? Gadis itu bangun dengan napas yang ter e...