Chapter I - Episode I : CATATONIC

182 14 16
                                    


"Hasbi! Turunin aja tirainya..."

"Pak, tapi masih ada tamu..."

"Ngga papa, 20 menit lagi kita tutup kok... Lagian sudah close order juga kan?"

"Kalo order sih sudah dari tadi, Pak... Siap pak..." balas pemuda yang dipanggil Hasbi tersebut.

Satu persatu meja bundar di coffee shop tersebut dibersihkan dari sisa kentang goreng, tumpahan affogato, atau remukan napkin yang berjatuhan ke lantai.

"Typical..." ujar pria berkacamata itu sambil melihat suasana coffee shop yang telah ia jalani selama 5 tahun terakhir. Tamu yang tersisa memang hanya tinggal satu. Tapi satu orang yang ia sedikit berharap dalam hati supaya lekas pergi. Berulang kali ia mengecek layar ponsel dari sakunya, sorot matanya berharap ia menunggu ada notifikasi yang masuk.

KLING. Ponselnya berbunyi, tangan pria itu cepat merogoh saku nya untuk mengeluarkan ponselnya.

"LINE GET RICH. MENANGKAN KESEMPATAN MENDAPATKAN DIAMOND BLABLABLA"

"F*cking joke" desisnya sambil mengernyitkan dahi.

Ia mendehem keras sambil duduk diujung bar. Melihat satu-satunya tamu yang masih bersikukuh duduk dengan iPad nya dan headset. Entah bagaimana harus mengusir tamu ini, pikirnya dalam hati.

"Hasbi!" ujarnya sambil melambaikan tangan.

"Ya, Pak Victor?" jawab Hasbi sambil setengah menunduk.

"Ga usah nunduk gitu, saya malu kayak saya bapak kamu saja..." jawabnya.

"Hehehe.... Kan Pak Victor atasan saya" jawab Hasbi sambil mendongak keatas menatap wajah Victor. Berseri ia memamerkan enam gigi depan atas dan bawahnya, yang sebetulnya bukan penampakan yang enak dilihat karena warnanya kuning dan terdapat lingkaran solid berwarna kuning kecoklatan diantara gusi dan gigi.

"Sudah-sudah, jangan kebanyakan senyum juga..." balas Victor.

"Hehehe, nunduk salah, senyum salah... Kenapa Pak Victor?"

"Coba kamu ingatkan tamu yang duduk di kursi sudut dekat smoking area itu. 5 menit lagi kita tutup, saya ada kerjaan dirumah."

"Baik Pak..." balas Hasbi sambil berlalu. Berselang lima detik ia membalikkan badan lagi, menghadap Victor. Victor hanya menaikkan satu alis, menunggu kalimat terlontar dari Hasbi.

"Anu, Pak... Bapak bisa langsung pulang saja kalau sibuk. Saya sama barista kan masih ada kalo buat nutup toko..."

Victor tak menjawab. Ia hanya menaikkan satu alis. Hasbi hafal betul raut muka itu. Mau ditunggu sampai dua kali lebaran haji pun Victor tak akan menjawab, ia hanya meminta apa yang ia inginkan. Menegur tamu tersebut.

"Maaf mas..." suara Hasbi memelan. Ia melirik order note yang tertera di meja, atas nama Kevin.

"Mas Kepin... Punten..." sapa Hasbi lembut.

Pria yang bernama Kevin itu melepas headsetnya sambil melihat kearah Hasbi. Mukanya datar.

"Punten, ini sudah jam tutup toko..." ujar Hasbi. Lagi-lagi ia tersenyum lebar.

Kevin tak merespon, ia masih terpana dengan jejeran karang gigi yang membatu dihadapannya.

"Oh iya iya mas, maaf ya... Saya keasyikan" balasnya sambil mengucek matanya berharap apa yang dilihatnya barusan tidak menjadi long term memory.

"Semuanya 67 ribu mas... " sapa kasir kafe tersebut ramah.

"Oh iya..." balas Kevin sambil menyerahkan uang.

Stranger's CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang