Bandung, dua hari kemudian...
Aroma hujan dalam terasa masuk mengisi keheningan ruang pikir Kevin yang sejak tadi pagi kesulitan berkonsentrasi. Ada sesuatu yang mengganjal sekaligus menantangnya untuk terjaga, mengenai bangunan Strangers' Circle yang sudah rampung 90 persen. Bagaimana sang direktur telah menemukan tempat dan mendesainnya sedemikian rupa selama satu tahun terakhir tanpa terendus tujuannya hingga saat ini. Pertemuan mereka dua minggu yang lalu hanyalah membuka katup kompresor aktivitas yang langsung mengisi tugas masing-masing dan seperti mesin, mereka menjalankan peran yang telah "dibagi" oleh Direktur.
Thomas merangkul Kevin dari belakang dan melingkarkan tangannya di dada Kevin sedang dagunya mendarat pelan di pundak Kevin. Kevin tersentak dengan kehadiran Thomas yang tiba-tiba muncul.
"Ada apa?" bisik Thomas pelan.
"Semua ini. Apa maksud semua ini? Kamu tidak curiga, amigo?" tanya Kevin.
"Maksudnya mengapa semua seperti sudah disusun dan kedatangan kita hanyalah tinggal menekan tombol start saja?"
"Kita hanya tau tugas kita, tapi tidak atasan kita. Bimasakti selalu menghindar setiap kali aku mengarahkan pembicaraan kesana." Ujar Kevin."Kita selidiki bersama-sama amigo. Saya dan kamu" Thomas membalikkan badan Kevin pelan.
"Ehem... Get a room, boys" sapa Lana dari ujung pintu.
Buru-buru Thomas melepas rangkulannya dari Kevin dan menyembunyikan raut wajah salah tingkahnya.
"Lana...." sapa Kevin pelan.
"Yes, handsome?" goda Lana.
"Kamu dapat kode apa dari Direktur?"
"Email pertamaku?" tanya Lana lagi.
"Iya."
"Duduk aja dulu, kita obrolin di lounge aja" ajak Lana.
Kevin, Thomas dan Lana menyusuri koridor bernuansa jepang dengan taman dan pohon bambu yang telah dirancang sesuai kehendak Lana. Bangunan Strangers' Circle sebenarnya adalah gedung lama yang direnovasi dan terjadi penambahan lokal selama setahun terakhir. Namun untuk dekorasi interiornya, memang sama sekali kosong. Akan tetapi untuk setiap sekat dan pintu, semua telah disusun dan direncanakan. Ada lima ruangan tersedia, sebuah lounge besar dengan nuansa romawi dan bar, sebuah kamar tidur president suite dengan fasilitas nomor satu di dalamnya, ruang makan dengan satu meja kayu tebal besar dan enam kursi raja yang menunjukkan kesan bahwa ruang makan ini adalah ruang raja. Dua ruangan sisanya adalah sebuah perpustakaan mini dengan kolam ikan Koi yang gemuk di sisi kanannya dengan nook menghadap taman sedang ruangan terakhir adalah ruang kedap udara dengan gadget paling mutakhir serta home theatre yang membuat betah siapapun yang memasuki ruangan itu.
"This is my favorite room" ujar Lana sambil membukakan pintu Lounge.
"Wow, brilliant design" puji Thomas.
"Kita, adalah orang pertama yang menikmati Strangers' Circle" Kevin berkata pelan.
"Nggak juga. Bartender, chef, dan dua waitress itu sudah lebih dulu disini" jawab Lana sambil menunjuk ke arah dapur.
Spontan ketiganya menoleh dan melihat para pegawai yang disebut Lana itu berjejer rapih, siap menunggu permintaan dari mereka.
"Cuma segitu saja? Untuk tempat sebesar ini?" tanya Thomas.
"Kita hanya melayani sepuluh orang per sesi, tidak akan membuat pegawai itu kewalahan." Balas Kevin.
"Soal yang tadi... " Lana menghela napas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger's Circle
Roman d'amourThis Is Gay Story Jika cerita ini bukan cerita yang akan anda sukai, silahkan skip Terima kasih Takdir seringkali menertawai kita, menjanjikan semuanya tapi pada kenyataannya tidak memberikan apa-apa. Kita bisa memilih jalan cerita kita, tapi apa ya...