Aroma kayu cedar masuk menyeruak hidungnya ketika ia menyusuri koridor di Stranger's Circle. Konon, aroma Cedar bisa membantu merelaksasi pikiran dan mengantar tidur bagi mereka yang membauinya. Kirana mendaratkan pandangannya ke salah satu sudut ruang dan menemukan Bimasakti disana.
"Sendirian?" tanya Kirana memecah keheningan.
"Iya, kamu dari mana?" balas Bimasakti.
"Ngga dari mana-mana... Abis ada jadwal jaga terus masuk jam istirahat ya aku main kesini... Yang lain pada kemana? Tumben sepi..."
"Victor lagi di Koso, Kevin dan Thomas keluar, Lana? Mungkin kamu yang lebih tahu dia dimana" pungkas Bima.
"Dia bilang sih mau kesini, tapi ntahlah..." jawab Kirana pelan. Senyum tipis melengkung dari bibir Kirana. Bimasakti menelan ludah melihatnya. Bak menatap keramik cina yang berusia ratusan tahun, momen sinar matahari menyeruak masuk dari sela-sela jendela dan jatuh tepat dibentangan senyuman Kirana adalah kesempurnaan yang memiliki harga teramat mahal untuknya siang itu.
"Kemarin aku menerima email lagi..." Kirana memulai percakapan.
"Email? Dari siapa?"
"Director"
Bimasakti terhenyak. Bagai tersengat listrik tiga fasa ia terdiam mematung. Kenapa bisa Kirana menerima langsung perintah dari Direktur? Kenapa bukan kepada dirinya?
"Kenapa?" tanya Kirana
"A... Apanya kenapa?"
Kirana menghela nafas panjang lalu menyandarkan pungungnya di kursi.
"You know, I've seen a lot..."
"I... I don't understand.." jawab Bima.
"Aku udah terlalu sering melihat muka orang yang berbohong, bagaimana aku mempelajari karakter seseorang dari pertemuan pertama, bagaimana aku mengenal kemampuan defensif agresif dia dalam berinteraksi. Membuka atau menutup suatu kebenaran... Aku sudah terlalu sering, Bima... Kamu ga bisa sembunyiin itu dari aku. Dari yang lain mungkin bisa, tapi aku? Jangan pernah coba..."
Bimasakti mengernyitkan dahi. Ia memandang dalam perempuan cantik dihadapannya. Bagaimana mungkin dengan paras secantik ini ia mampu menjadi sosok paling dingin sekaligus sadis dalam satu waktu. Sorot mata yang tajam dari Kirana ibarat harimau kelaparan yang siap menerkam mangsa dihadapannya. Siang itu, Bimasakti mengucurkan deras buliran keringat dari pelipisnya. Ia tak bisa berkutik. Terbius dan terhipnotis. Bima kembali menelan ludah. Dalam hatinya, ia ingin tahu permainan apa yang dimulai oleh Kirana.
"And then? What are you gonna do about it?" tanya Bima.
"Apanya?"
"Perintah itu."
"Siapa yang bilang itu perintah, surel dari Director bisa berarti apapun kan?"
"Director hanya memberi perintah"
"Tergantung bagaimana kamu menafsirkan, sih..." sergah Kirana.
"Apa yang tertulis di surel kamu?" tanya Bima memburu.
Kirana menatap lekat Bimasakti. "Kevin Saragih is not your kin. St. Martha 1221" jawab Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger's Circle
RomanceThis Is Gay Story Jika cerita ini bukan cerita yang akan anda sukai, silahkan skip Terima kasih Takdir seringkali menertawai kita, menjanjikan semuanya tapi pada kenyataannya tidak memberikan apa-apa. Kita bisa memilih jalan cerita kita, tapi apa ya...