Chapter I - Episode 2 : BIG BANG

100 12 3
                                    


"Aku masih ga nyangka beneran ngeliat kamu, sekarang Vic..."

"Kamu yang berlebihan..." gumam Victor.

"Ngga, beneran! Aku mikirnya kita udah ngga bakal ketemu lagi."

"Don't take it too much, Bim... Untungnya kamu ga pindah alamat..."

"Mau kemana lagi aku, Vic? Kerjaanku udah nyaman disini... Tempat tinggal ini udah paling enak buat aku... So, the lame question... How's life?"

"Life? Life is good"

Ya, bohong saja. Tutupi dengan rasa ego mu, gumam Victor dalam hati.

"That's it?"

Victor menaikkan alis kanannya. Bima paham benar gelagat Victor kalau sudah begitu. End of conversation.

"Tiga tahun... Tiga tahun ngga ketemu kamu... Semenjak masalah..."

"Ga usah dibahas lagi",potong Victor.

Victor beranjak dari sofa panjang untuk meraih segelas bir dingin yang menunggu sedari tadi.

"I miss you, tough..." ucap Victor sambil berdiri menghadap jendela.

"I miss you too, Vic..." balas Bima.

Keheningan kembali menyeruak antara ego yang menahan keduanya. Bimasakti adalah sahabat Victor dari kecil. DIbesarkan di keluarga berada membuat keduanya menjadi duet paling digemari semasa sekolah.

"Aku harus minta maaf sama kamu..."

Victor menoleh. Ia menatap lekat mata Bima, ia tahu benar kapan Bima berbohong. Kali ini tidak. Bima mengatakan hal yang sebenarnya.

"Aku juga minta maaf sama kamu..."

"No more sneaking behind..." ujar Bima seraya mengangkat gelas tinggi-tinggi.

"Huh... Harus kita raise toast untuk hal semacam itu?"

"Let's do it... Just do it... Aku ngga tau mesti ngomong setolol apa sekarang ini yang jelas aku senang bisa ketemu kamu lagi... "

"For our friendship" balas Victor sambil mengangkat gelas.

"Cheeers!"

"Omong-omong, apartemen kamu baunya ga berubah..."

"Bau apanya?"

"Ya baunya aja..."

"You must've missed me a lot, then Vic..."

Victor meraih toy figure Gundam diatas meja Bima.

"Kamu masih simpan ini?"

"Selalu..."

Victor terkekeh. Menit berikutnya kamar tamu apartemen itu berantakan dengan tingkah polah dua sahabat lama yang tidak pernah bertemu sejak tiga tahun terakhir. Saling melempar bantal, menendang kursi, saling umpat, sampai keduanya kelelahan.

"Hahhhhhh... This is so much better..." ucap Victor.

Bima lalu merebahkan kepalanya ke bahu Victor.

"Way much better... Rasanya meledakkan balon yang sudah lama terisi sesal..."

"Sekarang kamu jadi pujangga?" ledek Victor.

"Haha! So, gimana bisnis kamu? Apa nama toko mu tadi?"

"Koso, dan itu bukan toko... Kedai kopi, kafe, sebutlah apapun itu."

"Itu toko, Vic"

"Tidak, aku menjual kenyamanan, pelayanan, rasa, dan kenangan..." balas Victor.

Stranger's CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang