(fyi, ini empat bulan setelah seulmin bertunangan)
Sejak dulu fakta matahari terbit dari Timur dan menghilang di barat lalu muncul kembali dari Timur dan tenggelam lagi di barat, sebuah fase berulang yang berlangsung sampai sekarang. Menjaga keseimbangan antara siang dan malam. Memberi kehangatan dan sumber energi kepada dunia.
Matahari mungkin tidak memiliki terlalu banyak perubahan, tapi bagaimana dengan Bumi? Oh banyak sekali perubahan.
Jika dulu bumi tampak gelap dari langit ketika malam hari, maka sekarang lebih bersinar. Pohon-pohon di tata pada tempatnya, gedung-gedung tempat bernaung di bangun tiap harinya. Manusia menikmati capaian yang dilakukan dari tahun ke tahun. Beberapa generasi melewati waktu berbeda dengan paradigmanya masing-masing.
Seulgi itu kolot dan begitu konservatif. Tidak hanya pikiran, tapi dia juga menyukai novel romantis klasik tempo dulu. Menolak memandang keluar jendela kamar, menghabiskan banyak waktu dengan membaca di dalam sebuah ruang sempit, terkadang bekerja melalui asisten pribadi.
"Ibu," panggilnya dengan suara parau. Dia telah menghabiskan delapan jam untuk membaca sebuah novel setebal 300 halaman.
"Astaga Seulgi sayang, segeralah mandi. Jimin juga akan sarapan di sini. Ganti pakaiaanmu dengan baju yang ibu siapkan."
Suara terkejut sang ibu membuat Seulgi menggembungkan pipinya. Dia baru menginjak lantai di dapur dan Ibunya telah mendorong tubuh mungil Seulgi keluar pembatas pintu.
"Ayolah sayang, kau harus berangkat bersama Jimin. Besok pernikahan kalian."
Napasnya meluncur dengan berat. Seulgi mempout bibirnya lucu, dia benar-benar ingin menolak permintaan Ibunya. Seperti anak perempuan enam tahun yang meminta izin bermain keluar. Ahh tidak! Seulgi kebalikan dari semua itu. Berbeda dengan anak-anak di luar sana, dia meminta agar tidak keluar dari rumah.
"Aku bekerja dari rumah, aku menghasilkan cukup uang untuk makan, membeli buku, membeli keperluan pribadiku, aku masih bisa hidup sendiri..."
"Tidak! Segera mandi sebelum Jimin sampai kemari."
Nama pria itu lagi-lagi yang disebut Ibunya.
"Perlu kumandikan Seulgi sayang?"
Degh
Tubuhnya reflek berputar dan menghadap pria tampan pemilik suara yang barusan memanggilnya dengan panggilan sayang. Pria itu berkulit putih, rambut hitam yang tidak begitu rapi namun membuatnya terlihat menawan, kaos putih berlapis jaz hitam dipadu celana jeans biru gelap.
"Kau sudah tiba Jimin? Mungkin kau bisa mengambilkan koran pagi di luar?" Ibunya berusaha menyapa pria itu.
Entah sejak kapan hubungan mereka menjadi begitu baik.
"Oh tidak Mom, aku sudah mengambilnya," Koran pagi itu telah tersembunyi di balik tubuhnya. Pria itu berjalan mendekat membuat Seulgi reflek mundur menaiki tangga.
"Ini Mom," Jimin memberikan koran pagi itu pada ibu Seulgi.
"Owhh terima kasih Jimin."
"Jadi bagaimana Seulgi?" Dia berbalik menatap Seulgi setelah mendapat kecupan sayang dari ibu gadis itu.
Mata sipit melotot dan bibir yang digigit, dia menggemaskan. Ya. Gadis itu memang sangat menggemaskan, menggoda tiap pria yang melihatnya. Membuat mata tak tahan untuk tidak memandanginya dengan tatapan lapar. Kulit putih yang jarang terpapar sinar matahari, rambut hitam panjang yang tak pernah diwarnai, kaki berbalut sandal berbulu dan gaun tidur panjang berenda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contemporary || seulmin•
Fanfiction[COMPLETED] [18+] [NC] Ada dua jenis ketakutan di dunia ini. Ketakutan Rasional dan ketakutan Irasional. Tapi sebelum itu, yang pertama harus kau lakukan adalah membawanya keluar. Saat Seulgi bertemu dengan Jimin, pria itu ternyata memiliki sesuatu...