"Jimin... Aku hanya akan bilang sekali, karena aku ingin mencari penyelesaian. Maaf seharusnya aku tidak pergi meninggalkanmu. Tapi Jimin, apa kau benar-benar berpikir aku sedang hamil? Maksudku, kita hanya melakukannya sekali."
Wanita itu memalingkan wajahnya, menghindari tatapan menyelidik Jimin. Oh astaga, dia bahkan masih merasa malu mengakui apa yang pernah mereka lakukan.
Jimin berdiri, menatap Seulgi meyakinkan. "Kita periksa ke Dokter bagaimana?"
Baru saja dia akan melangkah membawa Seulgi keluar dari ruangan tapi tubuhnya ditahan segera.
"Kau akan mencari dokter dengan penampilan seperti ini?"
Beberapa detik otak lelaki itu mengambang untuk berpikir tentang perkataan Seulgi tapi kemudian dia tersenyum, mendekat dan menarik Seulgi dalam pelukannya. Hangat dan seperti tempat untuk dia kembali. Wanita ini adalah segalanya, dia mencintai Seulgi lebih dari apapun yang bisa dilihat orang-orang.
"Kalau begitu kau bersedia membersihkan aku?" dia meminta dengan sebuah pertanyaan.
"Lagipula kita masih harus bertanya pada Jeno di mana Dokter kandungan? Atau setidaknya pergi ke apotek terdekat."
Jimin semakin mengeratkan pelukannya. "Apa kau tidak mempercayaiku? Aku sangat yakin kau sedang mengandung anak kita."
Mereka diam beberapa saat. "Apa kau benar-benar ingin meninggalkanku?"
Tidak!
Seulgi tidak ingin mendengar Jimin menanyakan itu. Pria ini terdengar menyedihkan, dan dia semakin menyedihkan ketika Seulgi mendongak menemukan air mata mengalir di wajah Jimin. Ia terkejut, sangat terkejut hingga sulit bernapas. Jimin menangis hanya memikirkan tentang Seulgi yang bisa saja tidak ingin kembali padanya.
"Tidak Jimin, aku tidak akan meninggalkanmu lagi."
Dengan gerakan lembut ia usap wajah tampan itu, merasakan wajah kasar Jimin. Membuatnya menyesal tidak bisa lebih bersabar menemani Jimin.
"Sebenarnya ada apotek di dekat sini. Aku akan pergi sementara kau bisa membersihkan diri sendiri."
Detik berikutnya Jimin terkikik geli mendengar perkataan Seulgi. Wanita dalam pelukannya ini masih berusaha menjaga diri tapi dia tidak menolak semua sentuhan Jimin.
"Jimin, aku benar-benar tidak akan meninggalkanmu. Apotek itu hanya beberapa blok dari sini."
Membawa pria itu mendekatkan wajahnya. Sedikit ragu tapi dia ingin menyentuh Seulgi. Merasakan bibir itu dengan sebuah perasaan. Karena tidak ada gerakan penolakan dia semakin menekan Seulgi. Mencium wanita itu menumpahkan segala kerinduan yang dia miliki. Rasa manis yang tidak pernah ada habisnya, begitu lembut dan mengikat. Dia sungguh menginginkan perempuan ini terus bersamanya.
Pada akhirnya Jimin melepaskan Seulgi.
"Di dalam tasku ada pakaian ganti milik Jeno. Dia akan kemari sore ini setelah berlatih basket. Mungkin aku bisa memintanya meminjamkan padamu."
Jimin menggeleng. Tatapannya tidak melepaskan Seulgi, sebab setelah ciuman itu ia bisa melihat wajah merona Seulgi.
"Aku punya dua potong pakaian di dalam ranselku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Contemporary || seulmin•
Fanfiction[COMPLETED] [18+] [NC] Ada dua jenis ketakutan di dunia ini. Ketakutan Rasional dan ketakutan Irasional. Tapi sebelum itu, yang pertama harus kau lakukan adalah membawanya keluar. Saat Seulgi bertemu dengan Jimin, pria itu ternyata memiliki sesuatu...