3

1.4K 155 8
                                    

Beberapa hari sudah Jimin mengabaikan Seulgi. Pria itu melayani permintaan Seulgi, mereka menyewa sebuah mobil dan pergi ke toko buku. Seulgi kebingungan untuk memilih beberapa buku bacaan sementara Jimin diam tidak banyak bergerak hanya memperhatikan Seulgi.

Selama sisa hari dia menghabiskan hari-hari menyenangkan dengan membaca buku-buku serta artikel terbaru. Seulgi ingin memanggil Jimin tapi skinship yang selalu Jimin lakukan membuatnya mengurungkan niat.

Seperti siang ini, Seulgi menggeleng melihat Jimin menyalakan televisi namun pandangan pria itu menerawang begitu jauh, membiarkan acara televisi menonton dirinya.

Tapi Seulgi merasa kasihan, dia berjalan mendekat. Mengambil remote televisi dan baru saja akan menekan tombol off. Pandangan matanya tiba-tiba saja dikejutkan oleh pergantian acara. Entah kenapa Seulgi tersenyum lalu duduk di sebelah Jimin.

Kapan terakhir kali Seulgi bisa tertawa karena menonton televisi? Tidak pernah, dia tidak tertarik dengan layar televisi. Tapi sebuah kartun kumpulan makhluk di kutub membuatnya terpesona.

"Haha~" Seulgi tertawa pelan karena menonton acara televisi.

Oh pororo. Pinguin itu mampu membuatnya tertawa hingga mengembalikan Jimin ke alam sadar.

Lima menit Jimin habiskan memandangi Seulgi. Bibirnya ikut terangkat, tanpa sadar pria itu tersenyum. Kadangkala dia merasa bahagia, kadangkala dia juga merasakan kesedihan lalu sesuatu yang membuatnya hanya akan menghela napas berat kemudian membawa langkah mundur. Semua itu telah terjadi sepanjang hidup yang dia jalani. Seolah kebahagiaan itu melekat namun kenyataannya sangat sulit untuk diraih karena ukuran kebahagiaan yang Jimin miliki relatif sebagaimana mengikuti karakter dirinya.

Karena perasaan individu berbeda pada setiap waktu.

"Owh! Ji-Jimin?"

Benar saja, wanita itu terkejut ketika menyadari tatapan Jimin pada dirinya. Reflek tangan Seulgi meraih remote dan akan mematikan layar televisi tapi Jimin menahannya.

"Tidak. Biarkan aku melihat apa yang bisa membuat istriku tertawa begitu lepas."

Sebenarnya kebahagiaan itu datang dan pergi lalu kembali lagi. Tidak memerlukan usaha berlebihan karena pada dasarnya kebahagiaan menghampiri siapapun, seperti saat ini ketika Jimin menyadari keberadaan Seulgi.

"Errr maaf," Seulgi menunduk. Dia merasa telah mengganggu waktu Jimin.

"Maaf? Kau tidak melakukan kesalahan Seulgi sayang. Owhh pororo? Kau menyukainya?"

Setengah ragu wanita itu mengangguk. Bibirnya terkatup rapat sementara mata sipit itu terbuka sangat lebar.

"Kita bisa menontonnya bersama," jawab Jimin segera.

Tapi Seulgi putuskan untuk mematikan televisi membuat Jimin menatapnya terkejut. Semua kejadian, dimana Seulgi membuatnya kembali bergairah karena ketulusannya.

"Aku akan memesan makan siang. Kau mau makan apa?"

Jimin menggeleng. "Aku tidak lapar."

Desahan berat meluncur dari bibir Seulgi. Pria ini tiba-tiba saja menjadi lebih diam setelah pertemuan mereka dengan temannya beberapa hari lalu.

Contemporary || seulmin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang