MOS : KOMDIS (1)

5 1 0
                                    

BRAAAAK!!!!!!!

"BERDIRI SEMUA !!!"

Jika di tanya. Kapan waktu paling tepat saat jantung Clara berdetak dengan hebatnya bahkan ia merasa jantungnya hampir terlepas dari bagian tubuhnya. Jawabannya adalah saat ini.

Bagaimana tidak. Baru saja ia berbincang dengan Dara, ia dikejutkan dengan suara bantingan pintu tepat di depan matanya diiringi teriakan empat orang manusia yang entah mengapa sejak pagi tadi menjadi kesialan bagi Clara. Komdis atau Komisi Disiplin bagian dari anggota Osis. Yang mana merekalah manusia manusia pertama yang 100% langsung di benci seluruh siswa baru di sekolah ini.

Secara spontan Clara berdiri. Begitupun dengan siswa lainnya di kelas itu. Saat itu juga kelas mendadak hening. Walaupun beberapa anak tidak bisa menyembunyikan keheranan, kebingungan bahkan ada yang tak sempat memikirkan apapun karna takut.

Seketika, aura di dalam kelas itupun mendadak suram.

"Perhatian semua ! Keluarkan persyaratan yang harus kalian bawa !" Ucap seorang komdis dari depan kelas.

Clara segera membuka tas ajaibnya. Lebih tepatnya tas karung kesayangannya. Saking sayangnya ingin sekali me-musemkan dan tak ingin lagi melihat tas karung itu untuk selama lamanya.

Beberapa anak termasuk Dara masih bingung dan hanya menoleh kanan kiri.

Seorang Komdis perempuan menghampiri meja Clara.

"KENAPA KAMU DIAM HAH ?!"

Clara tersentak. Ternyata komdis itu menatap tajam pada Dara. Dara semakin mematung. Yakin 100% jantung Dara saat inipun hampir lolos dari tubuhnya.

"CEPAT KELUARKAN PERSYARATAN YANG KALIAN BAWA!!

Saat itu juga semua siswa otomatis membuka tas karung mereka dan mengeluarkan isinya.

Dimulai dari roti teman rebahan alias roti bantal, tuyul manis alias lollipop, buah malam Minggu alias apel, Chiki bohong alias lays, air mata alam alias air mineral dan lain terakhir sebuah buku bersampul ungu.

Setelah semua siswa mengeluarkan persyaratan nya satu persatu barang mereka di periksa oleh kempat Komdis. Beberapa anak mulai mendapatkan teguran. Dari mulai salah membawa persyaratan hinggal lupa membawa persyaratan.

Keringat dingin mulai menghampiri Clara karna ia duduk paling depan. Otomatis salah satu dari mereka segera menghampiri meja Clara dan Dara.

"Apa ini ?" Tanya salah satu komdis perempuan.

"Buku kak" spontan Clara menjawab

"Saya tau ini buku tapi ukurannya salah. Apa kamu tidak membaca persyaratan dengan benar?" Tanya nya lagi masih dengan mata yang menusuk jantung Clara.

"Maaf kak saya buru buru" jawab Clara lagi masih dengan wajah yang menunduk.

Komdis perempuan itupun meninggalkan Clara dan beralih pada siswa lainnya. Meninggalkan Clara yang masih mengatur detak jantungnya.

Sebenarnya ia ingin sekali membela diri. Apa bedanya buku ukuran bigboss dan buku catatan kecil. Sama sama bisa di gunakan untuk media menulis. Tapi jika di fikirkan lebih lanjut memang ia yang salah karna semua tugas yang harus ia bawa sudah ada perintahnya di petunjuk persyaratan, maka Clara hanya bisa diam.

Lima belas menit berlalu dan kini keempat komdis tersebut sudah meninggalkan kelas Clara. Meninggalkan cacian dan makian dari anak anak yang jantungnya sudah dibuat tak karuan sedemikian rupa.

Kini pendamping OSIS yang sedari tadi tak terlihat sudah memasuki kelas 10-3. Mereka langsung memberikan senyuman riang seperti tak ada sesuatu apapun yang terjadi di kelas junior nya.

Kegiatan MOS pun dilakukan di dalam ruangan juga di luar ruangan hingga pukul 14.00. Dan di akhir acara semua siswa baru memasuki kelas masing masing untuk diberi pengarahan lagi mengenai persyaratan baru yang harus mereka bawa besok.

Hari pertama usai. Kini tiba lah hari kedua.

Kegiatan di hari kedua sedikit lebih ringan. Jika kemarin hanya pengenalan lingkungan sekolah dan seluruh tata tertib nya. Kini sejak pagi seluruh siswa baru di beri kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain dengan teman sekelasnya. Sekaligus pencalonan pemilihan ketua kelas.

"Oke kalian bisa bisa berdiri dan sebutkan nama, asal sekolah, alamat dan hoby atau apapun informasi diri yang ingin kalian bagikan pada teman teman kalian di sini" ucap Kak Linda selaku pendamping kelas 10-3.

"Nah boleh juga untuk para jomblowan dan jomblowati untuk mencari gebetan di kelas ini" tambah Kak Bayu yang memancing sorakan dari siswa lainnya.

Perkenalan di mulai satu perstu. Suasan di dalam kelas pun mulai menarik. Semua siswa baru bisa tertawa dan saling mengenal satu sama lain.

"Nah sekarang silahkan untuk yang berminat menjadi ketua kelas maju kedepan" kini Kak Eka mulai mengambil spidol untuk menuliskan kandidat ketua kelas.

Beberapa siswa mulai saling tunjuk menunjuk pada teman teman yang mereka kenal. Clara dan Dara hanya memutar posisi badan untuk memperhatikan kondisi kelas uang saat ini mulai gaduh.

Tak membutuhkan waktu lama. Kini di depan kelas sudah ada 4 orang kandidat untuk ketua kelas 10-3. Dan jika di lihat dari keakraban nya sepertinya memang mereka berasal dari beberapa sekolah SMP yang sama.

"Baiklah kita mulai perkenalan satu persatu, silahkan dari yang paling kanan" ucap Kak Linda.

Seorang pria berbadan gempal maju dengan percaya diri "Perkenalkan, saya Dadang. Karna  saya disuruh maju jadi saya maju. Sekian, terimaksih" perkenalan Dadangpun di sambut dengan teriakan para siswa 10-3 disertai dengan gelak tawa yang riuh. Bukan karna kata katanya yang lucu tapi melihat wajahnyapun memang sudah menggelitik untuk di tertawakan.

"Cukup cukup" ujar kak Eka. "Selanjutnya"

"Perkenalkan nama saya Bintang saya tidak ingin menjadi ketua kelas. Tidak perlu sungkan jika kalian tidak memilih saya" 

"HUuuuuu" lagi lagi riuh suara teriakan dari anak anak di kelas ini. Clara hanya bisa tersenyum. Jika di perhatikan memang sebagian dari mereka sudah saling mengenal karna hanya beberapa orang termasuk Clara yang memang tidak berasal dari wilayah Zonasi SMA ini. Sedangkan sembilan puluh persenya Clara yakin mereka semua sudah saling mengenal.

Acara perkenalan ketua kelaspun terus berlanjut, namun ada yang mengganggu fikiran Clara. yaitu Bintang. Nama yang unik.

Can You See Me ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang