0.1 | Egotistic

5.4K 453 25
                                    

~~~~~~~~~~| 𝐄𝐆𝐎𝐓𝐈𝐒𝐓𝐈𝐂 | ~~~~~~~~~~

"eungh....."

Jisoo terbangun ketika silau sinar matahari menyapa. Seluruh tubuhnya terasa pegal luar biasa. Maniknya mendapati seorang pria menatapnya dari sofa diseberang ranjang. Sontak Jisoo mendudukkan tubuhnya.

"Sial,"umpatnya kala merasa bokongnya terasa perih.

"Aku sudah menyewa kamar ini seharian. Kau bisa istirahat lebih lama. Untuk yang tadi malam, aku kelepasan. Jadi maaf."

"Itu salahku juga. Seharusnya aku tidak mabuk. Tidak perlu merasa bersalah, Seokmin"

Kampusnya mengadakan pesta penyambutan untuk mahasiswa baru. Jisoo meminum terlalu banyak alkohol disana. Niatnya ingin pulang duluan sebelum benar-benar mabuk, namun ia justru bertemu Seokmin keadaannya sama parah.

Dalam keadaan tidak sadar Seokmin membawanya ke hotel bintang lima yang tidak jauh dari kampus. Dan yeah, mereka menghabiskan malam bersama.

Jika kalian mengira mereka berdua saling mengenal itu salah besar. Jisoo dan Seokmin hanya orang asing yang tahu nama satu sama lain.

Hong Jisoo. Mahasiswi baru yang pernah menjuarai kompetisi sains tingkat Internasional.

Choi Seokmin. Si bungsu dari Choi bersaudara yang terkenal di seantero kampus akan paras rupawan mereka.

"Kau perlu sesuatu?"tawar Seokmin.

Jisoo menggeleng. Ia beranjak, berdiri dihadapan cermin yang panjangnya hampir menyamai tinggi tubuhnya. Tanpa malu Jisoo membuka kemeja yang entah kapan Seokmin pasangkan.

Mata Jisoo mendelik melihat lebam di punggungnya. Seingatnya, Jisoo tidak menabrak sesuatu tadi malam. Punggungnya terasa sakit, dan rasa sakit itu tidak jelas penyebabnya. Maniknya menatap Seokmin yang berdiri tepat dibelakangnya.

"Kenapa punggungku-"

"Aku pergi. Jika butuh sesuatu aku sudah simpan nomorku di ponselmu"potong Seokmin, "Baju untukmu ku letakkan dilemari sebagai pengganti dress-mu yang ku robek semalam,"lanjutnya.

Pemuda tampan itu berujar dingin lalu pergi begitu saja meninggalkan Jisoo di kamar yang mirip kapal pecah.

Sehancur itu.

"Dia tidak kasar. Tapi kenapa?"gumamnya bingung

Daripada memikirkan hal yang tidak penting Jisoo memilih mandi, membersihkan tubuhnya, dan cepat-cepat pulang.

Jisoo yakin Hansol menunggunya dengan cemas karna tidak pulang semalaman.

~egotistic~

"Kau dari mana saja, hah?!"

Baru selangkah masuk Hansol langsung meneriakinya. Jisoo hanya tersenyum lebar membalasnya. Hansol sudah akan berteriak lagi sebelum atensinya teralih pada syal merah muda yang melingkar di leher Jisoo.

"Hansol."

Jisoo melangkah mundur ketika Hansol mendekat padanya. Hansol dengan cepat meraih syal Jisoo, membukanya dan memperlihatkan bercak keunguan yang membuat tangan Hansol mengepal.

"Aku mengkhawatirkanmu semalaman, dan ternyata kau bersenang-senang?!"

Jisoo sebelumnya tinggal di New York. Namun ia memilih pindah ke Seoul untuk tinggal bersama Hansol. Jisoo hidup sebatang kara. Orang tuanya sudah lama meninggal. Ia juga tidak memiliki saudara.

Setelah mengenal Hansol lewat kompetisi sains ketika keduanya masih 17 tahun, Jisoo mulai menjadikannya tempat bersandar. Hansol tidak masalah selama Jisoo tidak merepotkannya.

Dan sangat wajar jika Hansol khawatir berlebihan mengingat Jisoo itu tanggung jawabnya.

"Itu kecelakaan. Aku mabuk. Toh, aku baik-baik saja, kan?"jawab Jisoo santai.

"Hong Jisoo, kau baru disini. Tidak mengenal daerah sini. Bagaimana jika terjadi sesuatu? Harusnya kau tidak mabuk!"

"Kau berlebihan, Chwe. Aku baik-baik saja!"

"Tap-"

"Sudahlah aku lelah." Jisoo berlalu, berniat masuk ke kamar. Ia terlalu lelah untuk meladeni sahabatnya itu.

"Dengan siapa?"

Jisoo berhenti. Bibirnya bungkam. Tak ada niatan menjawab.

"Dengan siapa, Hong Jisoo?!"ulang Hansol

Jisoo menghela napas kasar, "Dengan siapapun aku melakukannya, itu bukan urusanmu."

Usai berujar sarkas, Jisoo membanting pintu kamarnya. Jika Hansol tahu siapa yang menidurinya, tentu pria itu akan menghajarnya habis-habisan. Bagaimana pun juga yang semalam bukan kesalahan Seokmin seorang, Jisoo ikut andil di dalamnya. Tidak ada unsur paksaan sama sekali.

Jadi, tidak ada yang perlu disalahkan, kan?

Baru saja Jisoo hendak berganti baju, tiba-tiba Hansol masuk dengan wajah merah padam. Emosi pria itu memuncak, membuat Jisoo takut melihatnya.

Hansol memang pemarah. Tapi tidak pernah marah padanya. Jika Hansol marah padanya, itu karna Jisoo melewati batas yang telah Hansol buat.

"Apa dia seorang Choi?"

Mata Jisoo terbelalak. Bagaimana Hansol tahu?

To Be Continued

~~~~~~~~~~|EGOTISTIC|~~~~~~~~~~

Egotistic | SeokSoo [1/2] «Complete»Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang