Pukul 18.00, fitri tiba satu jam yang lalu. Ia bergegas untuk mandi karena badannya sudah lengket oleh keringat. Setelah mandi, ia memakai kaos oblong berwarna putih yang terlihat kebesaran dibadannya dan celana selutut. Hari ini ia tidak bekerja di cafe bintang karena diliburkan.
Tok
Tok
Tok
Bunyi pintu diketuk dari luar. Fitri segera membukanya. Setelah dibuka, ia kaget bawasannya yang mengetuk pintu tadi adalah Aza. Darimana ia tahu rumahnya?
" ngapain lo? " tanya fitri heran
" etdah masa lo lupa sih? " tanya aza balik
Fitri hanya mengerutkan keningnya dan ya, dia baru ingat tadi sore aza bilang mau menjemputnya. Aza mengetahui rumah fitri dari galang yang setelah dari markas langsung mengantarkan aza menuju rumah fitri
"Terus?" Tanya Fitri lagi.
"Sekarang, lo ganti baju, gue tungguin disini" suruh aza sembari mendorong bahu fitri untuk berbalik badan dan masuk kedalam rumah.
Fitri tak mau ambil pusing dan langsung pergi kekamarnya untuk berganti baju. Tak lama kemudian fitri keluar kamar dengan menggunakan hoodie berwarna mustard dan celana jeans berwarna navya.
"Ehem.." deham fitri disamping aza
"Eh..udah selesai ya?" Tanya aza
"Hmm" ucap fitri cuek
"Yaudah yuk,,,langsung berangkat aja" ucap aza seraya menggandeng fitri menuju motornya. Namun, fitri tetap diam ditempat. Pasalnya dia tidak terbiasa jika tangannya digandeng seorang laki laki. Aza yang sadarpun segera melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan fitri.
"Sorry" ucap aza cengengesan.
Sebelum pergi, fitri mengunci pintu terlebih dahulu setelah itu menghampiri aza yang sudah ada diatas motornya.
Dalam perjalanan pun hanya hening, diantara keduanya tidak ada yang memulai pembicaraan. Tengah perjalanan, aza merasa ada yang mengikuti. Ia melihat dari kaca spion dan ternyata benar, segerombolan geng Abstrak tengah mengejar ia. Pasalnya Geng Abstrak itu musuh bebuyutan geng Axa."Fit pegangan" ucap aza setengah berteriak karena suaranya kalah dengan berisiknya lalu lintas.
Fitri tak kunjung berpegangan. Aza geram dan melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Fitri kaget dan langsung memeluk aza.
"Kalo pengen mati jangan ajak gue" ucap fitri kesal sembari memukul bahu aza.
"Bodo amat" ucap aza yang masih bisa didengar fitri.
Aza terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, ia masuk ke gang-gang kecil berusaha untuk menghindari kejaran geng Abstrak. Bukan ia tak berani namun sekarang ia sedang membawa sang pujaan hati. Sampai akhirnya jalan yang ia masuki ternyata buntu dan dibelakang anak geng Abstrak masih mengejar.
"Sialan..jalannya buntu" umpat aza seraya turun dari motornya dan melepas helm full facenya. Mau tak mau ia harus menghadapi geng abstrak yang berjumlah 15 orang.
Fitri yang masih bingung pun ikut turun dari motor aza dan memperhatikan dari arah belakang ternyata segerombolan anak geng motor sedang menuju kearahnya.
'Enak nih, udah lama juga gue gak tarung' batin fitri seraya tersenyum miring.
"Fit lo disini aja ya, biar gue yang hadapi mereka" ucap aza cemas
"Hmm" ucap fitri cuek.
Geng Abstrak pun kian mendekat. Nafas Aza memburu seperti menahan marah. Fitri hanya santai saja. Setelah sampai dihadapan aza, sekelompok geng motor tersebut langsung turun dari motor dan siap menghajar aza.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK?
Teen FictionSeorang gadis remaja berumur 17 tahun yang harus bekerja keras untuk kebutuhannya. Ia tinggal sendiri sejak umur 11 tahun. Kedua orang tuanya tidak pernah menganggapnya ada, mereka bahkan mengusir dari rumah. Fitri sejak kecil diasuh oleh kakek dan...