2. Wawan

9.8K 1.4K 79
                                    

Kata orang, sikap dan keshalihan kita tergantung pada teman. Bener gak sih? - Azzam Zaid Ibrahim

|||

"Jadi lo temen sekamar gue? " Tanya Zaid pada seseorang yang tengah menunduk.

Zaid sekarang telah diantarkan oleh Kakeknya menuju kamarnya di asrama Pondok Pesantren ini. Zaid menatap cowok culun yang sedari tadi menunduk tanpa menjawab pertanyaannya.

"Woy! Lo denger gak? Punya kuping kan? Selo aja sama gue. Zaid kembarannya Zain. Bedanya dikit aja. Dia artis gue bukan. Dia terkenal gue kagak. Dia ganteng gue lebih ganteng. " Ujar Zaid membuat cowok itu langsung menatapnya.

"Ya kagak ditatap juga keles. Serem gue. " Ucapnya lagi.

"Jadi saya harus gimana kang? " Ucap cowok itu.

"Gue bukan akang lo. Kang kang . Ganteng gini dipanggil kang. " Jawabnya sambil membenarkan gaya rambutnya.

Cowok itu tersenyum, meski agak canggung. Namun ia yakin bahwa cucu dari pemilik pesantren ini baik.

"Jadi, ehmm gue manggil lo sapa nih? Masa gue harus manggil lo tanpa nama. " Ujarnya sambil menatap cowok itu heran.

"Nama saya Irwan Mas. " Ujarnya santun. Zaid menggeleng. Cowok itu mengubah panggilannya terhadap Zaid menjadi Mas.

"Nggak! Gak cocok! Irwan kebagusan buat lo! " Ucapnya lalu berfikir sebentar.

"Nama lo tu cocoknya! Ehm...ohh gue tau! Wawan! " Ucapnya bersemangat.

"Apa? Bakwan? " Sahut seseorang dari depan pintu kamar asrama mereka. Zaid mengernyit tak suka lalu melihat ke arah cowok itu.

Seketika raut wajahnya berubah!

"WALAU RUPAMU TIDAK KU KENAL! TETAPI LUBANG HIDUNGMU TETAP MENJADI PUJAAN HATIKU! " Ucapnya lalu berlari kearah cowok yang sejak tadi memperhatikan Zaid dan Wawan.

"Tepung Regi! " Pekik Zaid bersemangat.

"Ragi bahlul! " Balasnya kesal.

Zaid berlari kearahnya lalu memeluk Legi erat. Memang aneh. Namanya Regi panggilannya Legi.

"Yaampun Legi! Temen shohibku onani sampe pagi! Kini bertemu lagi! " Ujarnya senang. Legi memukul kepala Zaid pelan.

"Dari orok, otak lo keknya gak berpindah tempat!" Ucapnya kesal

"Gak mungkin pindah dong Mas. Masa otak bisa pindah. " Sahut Wawan. Legi lalu mengalihkan pandangannya dari Zaid dan memandang Wawan.

"Bertiga disini? " Tanyanya pada Zaid, Zaid mengangguk.

"Ohh Gue Rega Muhammad Sultan. Panggil aja Legi. " Ucapnya. Wawan tersenyum sopan sambil mengiyakan pernyataan Legi.

"Saya Irwan, Mas. " Jawabnya.

"Oh nama lo Irw—"

"Panggil dia Wawan! Lebih cocok kek lo tepung Legi! " Ucap Zaid dengan wajah sumringah.

"Sepupu gue kok kampret bener! Nama orang Irwan bagus bagus lo panggil Wawan! " Ucapnya dengan nada tegas membuat Wawan terdiam. Baru kali ini ada yang membela dan memuji bahwa namanya bagus.

"Gak apalah! Gue ikut bae. " Namun ternyata salah. Mereka berdua sama saja.

Wawan menggeleng lemah. Bagaimana nasibnya satu kamar asrama dengan dua sepupu aneh yang sayangnya cucu dari pemilik Pondok Pesantren.

|||

Hari ini adalah jadwal bagi Wawan untuk mengambil lauk pauk di perbatasan antara santri dan santriwati.

Ada Cinta Di Pondok Pesantren [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang