Pemuda itu menatap gedung tinggi di depannya dengan sedikit senyum kecil. Masih tak menyangka apakah kejadian ini adalah suatu hal yang nyata. Hingga pemuda itu memutuskan untuk mulai melangkah sambil menyeret koper di genggaman tangannya,
"Hahahahahaha, aku tau."
Pemuda itu-Mark langsung menoleh kala mendengar suara tawa. Rupanya ada 2 pemuda lainnya dengan penampilan yang sama seperti dirinya, tengah berjalan sambil menyeret koper masing-masing mendekat kearahnya.
Hingga ketiganya saling menatap, sampai tanpa sadar sebuah suara mengintrupsi, memaksa ketiganya untuk kembali menatap kearah lainnya.
"Kalian diundang juga?" Tanya salah satu dari mereka. Mark menoleh, melihat sekelilingnya. Well, ada 6 pemuda selain dirinya dengan penampilan yang sama seperti dirinya. Mark tebak, mereka semua adalah orang-orang yang diundang. Padahal sebelumnya Mark sudah sangat bangga karena berpikir bahwa ialah satu-satunya yang diundang.
Mark menghela napas singkat. Menatap satu persatu pemuda yang ada disekelilingnya, "ayo masuk." Ujarnya yang langsung melangkah untuk memasuki gedung, diikuti 6 pemuda lainnya.
.
"Pergi kesebelah kanan, lurus saja sampai bertemu dengan lift dan menuju lantai 3. Kemudian jalan lurus sampai kalian menemukan ruang latihan bertajuk NCT,"
Setidaknya begitu yang Mark ingat. Dan tak terasa, ke-7 pemuda itu sudah berdiri tegak, menatap pintu ruang latihan dengan tajuk NCT besar-besar. Mark menghela napas singkat. Menyakinkan diri, dan kemudian membuka pintu ruang tersebut dengan senyum yang lebar. Begitupun 6 pemuda lainnya.
Hingga senyum itu perlahan-lahan memudar, menyadari ada banyak pasang mata yang menatap mereka terkejut yang berubah menjadi sendu.
Ke-7 pemuda itu entah kenapa dapat dengan jelas menangkap maksud dari tatapan tersebut.
'Jangan datang. Pulang dan peluk keluargamu erat-erat.'
.
Semuanya hanya diam tanpa suara sama sekali. Ada beberapa yang hanya diam melamun, ada pula yang hanya memandang diri di cermin besar, atapun bermain dengan diri sendiri. Semuanya hening, tak ada satupun yang membuka percakapan. Diam-diam, Mark mulai menghitung jumlah keseluruhan termasuk dirinya.
21!
Mark pikir, itu adalah jumlah yang sangat banyak. Pemuda itu melamun, memikirkan bagaimana nasibnya kedepan. Apakah ia bisa debut dengan begitu banyaknya saingan seperti ini. Hingga seseorang datang mendekatinya, menyentuh pelan pundaknya. Membisikkan kalimat panjang yang mampu membuat Mark menegang saking terkejut sekaligus kebingungan.
"Kalian betujuh, dan kamu yang tertua. Pilih yang tidak kamu pilih. Dik, nasib mereka ada ditanganmu."
Maksud Mark, bagaimana ia bisa tau bahwa Mark adalah yang tertua? Bahkan Mark saja tak tau berapa umur para pemuda yang baru saja datang bersamanya. Well, jangankan umur, nama saja tak tau. Dan, apa maksudnya nasib mereka ada ditangan Mark? Mark bahkan tak mengenal mereka ngomong-ngomong.
"Siapa namamu?" Mark menoleh, mendapati seseorang lain lagi.
"Mark Lee," jawabnya singkat. Pemuda di sebelahnya tersenyum tipis, lagi-lagi mengusap pundak Mark, sama seperti pemuda sebelumnya yang datang padanya.
"Oke. Dik, tahan ambisi dan nafsumu. Pilih pilihan sebaliknya. Atau kamu harus bersiap meletakkan punggung sempitmu untuk mereka bersandar. Dik , mungkin sekarang kamu masih belum menyadari. Tapi jika kamu tidak memilih sebaliknya, mereka akan menjadi adik kecil yang harus selalu kamu lindungi. Kamu harus memegang tanggung jawab itu. Karena seperti itulah cara orang-orang ambisius yang tak bisa menahan nafsu seperti kita bertahan hidup." Ucapan yang cukup panjang untuk mudah dipahami. Mark sampai mengernyit bingung saking tak mengertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way To Survive : Overleve
AcakMark harus menjadi kuat untuk memimpin adik-adiknya. Apakah 7dreamies akan berhasil melewati tantangan yang ada dan keluar dari tempat mengerikan ini?