"Kenapa kau selalu merusak suasana?" Seokjin melirik tajam arah Yoongi yang terlihat acuh tak acuh."Ceritamu sudah selesai?"
"Ketika pemuda cantik itu meninggalkan hotel, dia berpikir tidak akan bisa bertemu lagi dengan pria itu. Tapi tenyata mereka bertemu kembali."
"Bagaimana caranya?"
"Pria itu menghubungi sang pemuda cantik, karena dia tidak berhasil mengeluarkan pemuda cantik itu dari dalam pikirannya."
"Lalu?"
"Mereka bertemu."
"Kemudian?"
"Mereka saling membisikkan rasa cinta."
"Ah, tidak seru. Berikan kopiku." Yoongi memotong cerita Seokjin.
"Mereka begitu karena memang suasananya mendukung. Waktu kau pacaran dengan Sunbae dulu, kau juga menyebalkan seperti ini, ya?"
"lya."
Yoongi langsung menjawab tanpa ragu. Seokjin langsung memberikan kopi buatannya pada Yoongi.
"Nih! Cepat minum dan tidur, sana."
"Daaah..."
"Aku ingin bertanya satu hal."
"Apa lagi"
"Kau... menyebalkan sekali."
Yoongi tertawa melihat kilatan mata Seokjin.
"Walau pria itu tidak paham jalanan di Seoul, pria itu mengantarkan sang pemuda cantik pulang hingga tiba di rumah dengan mobilnya. Tanpa supir. Sesampainya di tempat pemuda cantik itu tinggal, pria itu..."
"Brad Pitt memelukmu?"
"Bukan begitu!" Seokjin sewot mendengar jawaban Yoongi.
"Lalu apa?"
"Pria itu ingin mengantarkan sang pemuda cantik sampai ke depan pintu."
"Ah, hanya ada di film. Mana mungkin ada pria sebaik itu di dunia nyata. Kecuali dia cacat."
"Cacat?"
"Mm... kalau bukan orang cacat, pasti dia benar-benar menyukai orang itu. Kalau aku... aku lebih sering tidak peduli."
"Sudahlah. Tidak ada gunanya aku bicara denganmu."
Seokjin membawa tisu yang menjadi alasan utama dia berkunjung ke kamar Yoongi.
Kalau dia bukan orang catat, artinya dia benar-benar menyukai orang itu?
Senyum Seokjin mengembang.
Kalau begitu, dia benar-benar menyukaiku? Suasana hati Seokjin membaik dan membuatnya merasa ingin terbang.
Tapi kenapa dia belum juga menghubungiku lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVEPACK | KOOKJIN [END]
Fanfiction[Cover by : @hadaku_mi] 'Aku hanya menyentuhnya sedikit saja, namun aku tak kuasa...' 'Kalau aku kesana... apa yang harus aku katakan? Mmm... bilang kalau aku datang karena tasku tertinggal? Atau aku langsung minta tasku? Atau menawarinya kesempatan...