BISA KARENA MAU MENCOBA

6 5 2
                                    


Stasiun Balapan Solo.

"Ibu sehat-sehat ya, kabari Bayu bila ada apa-apa."

"Iya Nak. Kamu yang paling penting, urus diri kamu yang bener disana. Kalau Solo Jakarta deket Ibu udah pasti bolak balik kesana terus."

Bayu menatap sejenak raut wajah Ibunya, wajah yang pasti akan ia rindukan bila ia sampai di Jakarta, ingin rasanya ia berlama-lama di kampung tapi tugasnya masih banyak yang harus ia kerjakan sehingga langkahnya terpaksa ia gerakan untuk segera kembali ke proyek yang saat ini sedang menjadi masalah besar.

"Do'akan Bayu Bu." Ucapnya sambal mencium tangan Ibunya penuh dengan rasa cinta.

"Do'a Ibu akan selalu menyertaimu nak. Di setiap langkahmu sudah pasti teriring do'a Ibu untukmu."

"Aamiin."

Terdengar dari pusat informasi bahwa kereta menuju Jakarta akan segera bernagkat. Mendengar informasi itu Bayu segera mengambil tas yang dibawa oleh Barjo dan kembali berpamitan kepada Ibunya.

"Bayu kenopo ora ngaggo pesawat? kan enak cuma sedelok."

"Kamu nek wes ngomong koyo wartawan? Takon wae." Jawab Ibu Bayu sambil meninggalkan Barjo yang masih melihat kearah Bayu dan tidak sadar bahwa dirinya telah ditinggalkan.

"Lah kok takon wae sih Budhe, lah emang bener toh ?" Jawabnya. Dan ketika ia menoleh ke tempat dimana Ibu Bayu berdiri ternyata sudah tidak ada.

"Budhe tunggu, lah kok piye aku ditinggalke."

* * * * *

Matanya tertuju kearah hamparan sawah yang mulai menguning seiring laju kereta yang membawa dirinya ke ibukota. Biru langit terlihat begitu indah di siang itu, hanya sedikit awan putih yang terhias di atas sana, seakan sebuah lukisan langit yang hanya di kuas halus.

Sesekali matanya terpejam bila teringat proyek yang saat ini sedang menjadi masalah besar. Seringkali ia bertanya kedalam dirinya sendiri kenapa ini bisa terjadi dan bagaimana solusinya. Namun jawaban itu seakan hilang begitu saja tidak seperti biasanya yang selalu hadir memaksa dirinya untuk segera selesaikan semua masalah yang ada di hadapannya.

Ia sadar betul semua rasa hidupnya hilang sirna begitu saja sejak beberapa bulan yang lalu. Hatinya selalu berkecamuk, terkadang emosi yang tidak jelas, daya ingatnya menurun, kecerdasan untuk menemukan solusi dari semua masalah proyek entah pergi kemana. Dirinya merasa saat ini bukanlah dirinya yang dulu, dirinya yang selalu mempunyai semangat seterik mentari, sekokoh gunung dan setenang langit, jauh dari dirinya ketika pertama kali ia meniti karir.

Bahunya tersandar, menarik nafas agak lebih dalam sambal melihat langit-langit kereta. Teringat akan perjuangannya pada tahun 2004.

"WELCOME TO KIIC" Wajah Bayu begitu berseri ketika ia membaca tulisan itu di sebuah Billboard yang juga terdaftar nama-nama perusahaan yang ada pada Kawasan Industri Karawang atau yang lebih di kenal dengan Karawang International Industrial City (KIIC) yang terletak di Karawang Barat. Rambutnya bergerak tertiup angin ketika kaca jendela Bus Jemputan Karyawan Ia geser untuk melihat betapa bersih dan tertatanya kawasan industry tersebut. Drainase yang tertata dengan baik, tanaman yang menghiasi sepanjang jalan membuat mata terasa tidak bosan untuk terus memandang.

Jl. Maligi I Lot B-5 Bus karyawan tersebut mengarah kesana dan mauk ke pelataran perusahaan untuk menurunkan karyawan tepat di pintu masuk karyawan. Bayu melihat para karyawan tersebut segera berbaris dengan disiplin untuk mengantri absen jari. Bayu dan beberapa karyawan baru di arahkan ke lobby kantor oleh security untuk menunggu Pak Hartono.

LANGKAH SENJAWhere stories live. Discover now