1. Berandalan

27 5 1
                                    


"Mungkin tidak untuk sekarang,  tapi nanti,  nanti kamu akan memanggilku dengan kata sayang" -2020


Koridor SMA Kusuma Halim nampak sudah sepi, bel sudah berbunyi dua menit yang lalu tapi saat ini seorang gadis berjalan dengan guru yang diutus kepala sekolah untuk mengantarnya ke kelas barunya. Zara Afifah namanya gadis baru di sekolah ini, dia menduduki kelas XII dan mendapatkan kelas IPS.

Bu Aisya-yang mengantar Zara- mengetuk puintu kelas XII IPS 3 , saat membuka pintu Zara sedikit melihat semua mata melihatnya.
"Maaf Bu Diah ini ada murid baru, saya permisi" ujar Bu Aisya kemudian menyuruhku masuk.

Setelah pintu di tutup oleh Bu Aisya. Bu Diah menyuruh Zara untuk memperkenalkan diri.

"Halo, saya Zara Afifah pindahan dari Kalimantan" Zara meremas kedua tangannya gugup.

"Selamat datang di sekolah kami Zara, semoga betah ya" ucap Bu Diah ramah. Kemudian ia menyuruh Zara untuk duduk di sebelah gadis yang berkacamata.

Semua yang di area tempat duduknya meminta berkenalan. Tapi di gagalkan oleh Bu Diah karena waktunya pembelajaran dan akan ada saatnya berkenalan saat istirahat.

-*-
.Zara.

Bel berbunyi begitu cepat, teman bangku-ku bilang ini waktunya istirahat aku melihat jam tangan yang ada di tangan kiriku menujukan pukul 09.00. Teman-teman kelasku yang belum berkenalan mereka langsung mengerubungiku dan berkenalan. Mereka bertanya aku tinggal di mana, kenapa pindah, dan masih banyak hingga aku pusing menjawabnya.

Laras teman sebangku ku langsung membubarkan aksi perkenalan ini dan mengajakku ke kantin. Disepanjang koridor banyak anak-anak kelas lain melihatku heran. Mungkin heran ada anak baru. Saat mulai memasuki pintu kantin suara berisik memesan makanan sangat keras. Ada yang sudah makan, atau duduk-duduk di kursi yang sudah di dapatkan dulu.

"Zara, lo mau makan apa? Disini ada Bakso, pangsit, ayam bakar, atau kalau mau sayur-sayuran ada kaya sop, lodeh tau lodeh kan, terus ada soto. Yang mana dipilih" Laras menjelaskan dengan detail.
"Yang enak apa?" Laras tampak berpikir.

"Semuanya" Ia tersenyum tanpa dosa, aku hanya meringis melihat tingkah lakunya.

"aku samain kaya kamu deh" jawabku. Dia mengangguk menyutujuinya.

"Bu Nasir baksonya dua ya kaya biasanya Laras yang pesen" Laras sedikit berteriak memesan makanan. Kemudian ia meninggalkan begitu saja pesanannya.

Saat aku tanya ia menjawab "Kita tinggal bentar gapapa bu Nasir tau kok, kita beli minuman dulu" Aku memandang seluruh kantin banyak yang melihatku dengan tatapan tanda tanya, ada juga yang biasa saja, atau tidak peduli.

Selagi menunggu Laras menunggu minumannya dibuat, aku melihat kumpulan lelaki yang baru saja datang ke kantin, ketika aku melihat mereka memesan makanan tampak anak-anak yang sebelumnya pertama kali memesan mendadak sedikit menjauh.

"Laras, itu siapa?" tanyaku pada Laras sambil menujuk geng laki-laki itu. Laras tiba-tiba menepis tanganku yang tandinya menunjuk mereka.

"Jangan nunjuk mereka aduhh" bisiknya ketakuan.

"Kenapa?" tanyaku ikut berbisik juga.

"Jangan, pokoknya jangan daripada lo dibuat mainan sama mereka. Aduh, jangan sampe lo nunjukin tampang muka lo di hadapan mereka" Laras menjelaskan dengan sedikit takut.

"Emang kenapa?" tanyaku lagi.

"Udah gausah tanya lagi, ceritanya panjang. Kita makan sama temen-temenku ya" ujar Laras kemudian ia menggandengku menuju tempat bakso, saat melewati gerumbulan laki-laki itu. Terdengar ada suara yang aku dengar "Bos ada cewek baru nih"  Laras langsung menyeretku menjauh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memori Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang