AWAL

96 67 32
                                    

Ku kira semua awal membahagiakan
Ternyata aku berada pada ambang keputusan Tuhan.
Dan Tuhan memilih awalku untuk disambut dengan kesedihan.
~

Pagi ini mendung, seakan dunia sedang tidak mendukung.
Tapi, berbeda dengan para siswa yang berbondong-bondong menghampiri mading sekolah dengan senyum yang merekah.

Tak ingin kalah dari mereka akupun ikut riuh berkumpul bersama, dan mengintip dari celah apa yang sedang mereka liat.
Ternyata oh ternyata, poster pendaftaran perlombaan cerdas cermat tingkat kabupaten itu yang menggegerkan seantera sekolah.

 Ternyata oh ternyata, poster pendaftaran perlombaan cerdas cermat tingkat kabupaten itu yang menggegerkan seantera sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lomba cerdas cermat," gumamku dalam hati.

"Aku harus ikut." Lanjutku sambil melangkahkan kaki ke ruang kepala sekolah.

Tok.. tok.. tok..

"Assalamu'alaikum bu, permisi." Salamku kepada bu Sas yang berada dalam ruangan itu.

"Wa'alaikumussalam. Ya, masuk." Ujar bu Sas di dalam ruang itu.

"Mm permisi bu, saya Rayna, dari kelas VII A. Ingin bertanya mengenai seleksi lomba cerdas cermat tingkat kabupaten bu. Saya ingin bertanya, berapa jumlah anggota untuk satu team cerdas cermat ini bu?" Tanyaku dengan gugup pada bu Sas.

"Satu team akan berisi 4 orang murid. Semua akan diseleksi. Semua murid bisa mendaftarkan dirinya untuk seleksi. Kecuali murid kelas XI, mereka sudah harus fokus untuk persiapan UNBK." Jelas bu Sas, dengan tatapan yang masih sama tajamnya ke arah ku.

"Baik bu, terima kasih atas infonya. Saya permisi bu, assalamu'alaikum" Ujarku memberi salam penutup dan langsung bergegas menyalami bu Sas.

"Kalo begini, langkahku untuk ikut cerdas cermat sepertinya bisa lebih mudah. Karna aku lah kelas paling tinggi yang diizinkan ikut. Semoga saja Dimas, aku dan Dafin menjadi bagian dari empat orang yang lulus seleksi." Gumamku dalam hati kegirangan.

Walaupun sebenarnya tak baik menganggap orang lebih rendah dengan dinilai hanya dari umurnya saja hehe.

Aku langsung melangkahkan kaki untuk menuju kelasku dan memberi tahu berita yang ku dapat kepada Dimas dan tentunya juga Dafin.

Saat memasuki ruang kelas, ku edarkan pandanganku keseluruh penjuru kelas, aku menemukan Dimas. Tapi tidak dengan Dafin.

"Kemana dia? Ah mungkin sedang ke kamar mandi." Gumamku segera menepis pikiran buruk yang menghantuiku.

Kulihat Dimas sedang asyik memakan roti dengan selai kacang kesukaanya, sambil melamun melempar pandangan kearah jendela.

Ewhhh aku bergidig ngeri, membayangkan jika aku yang memakannya. Bisa-bisa wajah dan tubuhku memerah seperti kepiting rebus.

Tiba-tiba ide jahil muncul dipikiranku.
"Dimasssssssssss!!!!." Teriakku dengan lantang dan menepuk bahunya cukup kencang.

"Iya Rayna memang cantik dan senyumnya manisss, eh." Ujarnya sampai selesai dan menutup mulutnya.

RAYNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang