Hari ini tepat satu minggu, usai pelaksanaan seleksi peserta untuk mewakili sekolah mengikuti lomba cerdas cermat tingkat kabupaten.
Ya, berarti pulang sekolah nanti adalah pengumuman untuk peserta yang lolos seleksi.
13.05 WIB
Huh. rasanya seperkian detik begitu lama, akhirnya tiba juga waktu pengumuman hasil yang kita nantikan.
Aku, Dimas dan Dafin berjalan beriringan melewati koridor yang mulai tampak sepi.Aku menyenggol mereka berdua. "Mmm aku deg-degan banget ni wkwk."
"Woles aja Rey kita pasti lolos," ucap Dimas dengan nada tengilnya.
"Misalnya ada salah satu dari kita yang nggak lolos gimana?"
Dimas terkekeh. "Pasti yang ga lolos kamu ya hahaha."
"Dimas! Kebiasaan, nanti kena kurma aja."
"Ray karma ray," imbuh Dafin yang memperbaiki plesetan kata ucapanku.
"Iya iya, pasti kita semua lolos deh. Tapi kira-kira siapa ya satu anak lagi yang bergabung sama team kita nanti?" ujarku sambil menimang-nimang jari.
"Mungkin aja Dino anaknya pak Sugeng, atau si Rahma anaknya bu Surti, atau bisa juga si jagoan Nesa anaknya pak Bambang," ujar Dimas yang diiringi dengan kekehan kami bertiga.
"Kenapa kamu hapal nama orang tuanya segala si mas."
"Biasa anak pangkalan gini Rey," ujar Dimas sambil menaik turunkan alisnya.
Kita semua tertawa riang bersama, melupakan sejenak apa yang segera terjadi apakah suka ataupun duka kami tentu siap menerimanya.
Kami sudah memasuki ruang perpustakaan yang dijadikan tempat kumpul pengumuman seleksi oleh bu Sas.
Di ruang yang tidak teralu lega karena terhalang lemari dan buku-buku yang bertengger membuat ruangan seakan semakin menciut seperti nyali yang ku bentuk sedemikan rupa ini.
Bu Sas memasuki ruangan
Suara ketuka high hells yang terkatup dengan lantai perpus sangat terdengar karena kami semua diam, senyap sampai degup jantungku sendiripun bisa terdengar."Assalamu'alaikum. selamat siang anak-anak."
"Wa'alaikumussalam bu. Siang bu," jawab kami serentak.
"Jadi seperti kesepakatan hari ini ibu akan mengumumkan hasil seleksi peserta yang lolos untuk mewakili sekolah kita di lomba cerdas cermat 2015 ini. Keputusan ibu dan guru-guru yang lain sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. Mengerti?"
"Mengerti bu."
"Baik. Ibu akan langsung mulai mengumumkan, yang pertama adalah...-"
"Dimas Rama Putra," ujar bu Sas yang di sambut dengan riuh tepuk tangan.
"Kan apa aku pasti ada, pasti abis ini kamu Rey."
"Yang kedua, Dafin El Rusfli. Ibu tidak paham kenapa bisa kamu. Tapi ini hasil seleksi, ibu harap kamu tidak menyontek saat itu dan kamu bisa kami harapkan Dafin." Lagi-lagi bu Sas terkesan meremehkan Dafin.
Tapi anak itu hanya terseyum dan mengangguk kala segelintir siswa lain mulai menggunjingnya.
"Apa-apaan guru itu. Memang semua orang akan tetap di garis star saja tanpa pernah menyentuh lapangan perlombaan bahkan garis finish. Selalu meremehkan," gumamku menahan kesal.
"Eh kok bukan kamu Rey, tenang abis itu pasti kamu," bisik Dimas.
"Tetap tenang semua. Kita lanjut yang ketiga,---"
"Nesafa Agitna Tira."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYNA
Teen Fiction"Terima kasih Tuhan telah menghadirkan mereka bersama selangit kebahagiaan, aku tahu ini hikmah yang dapat ku petik dari segala keterpurukan." Rayna Febky Ganestu. Nama lengkapnya, gadis cantik yang dikaruniai dua orang sahabat laki-laki yang super...