Wedding

26 2 0
                                    

Aku berharap setelah ini aku bisa hidup layak. Aku ingin hidup tenang.
Tapi? Akankah aku bisa hidup bahagia setelah ini?
Aku bahkan menikah dengan terpaksa dan mendadak dan tanpa ada dasar Cinta.
Apapun itu, aku akan menerima takdirku.

~Keynara Gafriona~

R

ed karpet sudah tergelar di sepanjang jalan menuju pelaminan. Ada banyak tamu, ribuan orang sudah berkumpul di gedung itu. Suasananya sangat ramai. Banyak kamera disana sini yang memotret aku dan Devan. Kami berjalan beriringan. Aku memeluk erat lengan kekar Devan karena gugup. Devan mungkin merasakan kegugupanku. Akhirnya Devan berhenti berjalan dan berbisik padaku.

"Jangan gugup, tersenyumlah secantik mungkin" bisiknya lalu tersenyum padaku. Oh my god! Baru kali ini Devan tersenyum tulus padaku.
Jantung berdegup kencang. Aku pun mengangguk dan tersenyum manis. Kami kembali berjalan. Banyak tatapan kagum dan iri yang kudapat. Tapi aku mengabaikan itu semua dan tetap tersenyum secantik mungkin seperti kata Devan.

"Kedua mempelai dipersiapkan untuk saling bertukar cincin"

Semuanya berjalan lancar, mulai dari tukar cincin, akad dan acara penyambutan tamu-tamu.

Sudah sekitar 3 jam aku berdiri menyambut para tamu-tamu yang hadir. Sungguh melelahkan, kakiku juga mulai terasa bengkak.

"Kapan acaranya selesai, gue udah peggel, kaki gue keknya udah bengkak nih, badan gue sakit semua, mana ini baju berat banget lagi, muka gue udah kaku banget, aduhhh .... " Dumalku dengan suara kecil agar tidak terdengar oleh yang lain.

"Capek?" tanya Devan

Aku menatapnya dan cemberut "Banget" jawabku agak kesal.

"Yaudah, kita istirahat aja dulu"

"Tapi kan tamunya masih banyak"

"Emang kalo lo pingsan ntar siapa juga yang repot kalo bukan gue?"

Aku mendengus kesal "Yaudah, tapi gue gak bisa jalan, ini kaki gue keknya bengkak nih"

"Terus?"

"Ih gak peka banget sih, Ya gendonglah" ucapku lalu menarik-narik lengan Devan.

Devan memutar mata malas "Manja" ucapnya lalu langsung menggendongku ala bridal style. Dan itu membuat para tamu menyoroti kami, kamera juga menyorot kami tentunya.

"Permisi, istri saya butuh istirahat" Ucap Devan lalu menggendongku melewati ribuan gadis yang menatapku iri sekaligus kagum.

"Gendongnya yang bener dong, kalo gue jatoh gimana?" Dumalku

"Berat" ucap Devan lalu membenarkan gendongannya.

Aku mendengus kesal. Aku memeluk erat leher Devan.

Tapi tiba-tiba Devan berhenti ditengah jalan dan membuatku bingung. Aku meantapnya dan mengikuti arah tatapan matanya.
Viona.

"Kenapa berenti?" tanyaku bingung

"Eh, enggak" ucapnya lalu kembali berjalan. Devan terus menatap Viona. Dari tatapan Devan, aku bisa menebak bahwa ia masih mencintai Viona mantan kekasihnya itu. Ya, kuakui gaun dan riasan yang Viona kenakan malam ini begitu indah, anggun, mempesona, bahkan aku  pengantin wanita saja merasa kalah dengannya.

Saat berpapasan dengan Viona, Devan mengalihkan pandangannya. Begitupun dengan Viona. Aku memutar bola mata malas.

"Lo belom bisa move on dari Viona kan?" tebakku dan membuat Devan kaget dan menatapku.

"Iyakan?"

Devan menghembuskan nafas kasar dan mengangguk pelan.

"Maaf" ucapku lalu meminta Devan untuk menurunkanku.

"Kenapa?" tanya Devan.

"Turunkan aku, aku bisa berjalan sendiri" ucapku lalu turun dari gendongan Devan. Dan berusaha berjalan walaupun tertatih.

Devan berjalan dibelakangku.

Saat sampai dimobil, Devan membukakan pintu mobil untukku. Aku masuk dan mengucapkan terima kasih. Didalam mobil, Hening. Tak ada percakapan sama sekali. Hingga kami sampai dirumah Devan. Ibu dan kak Davina? Mereka tidak hadir di pernikahanku. Hal itulah yang membuatku sedih. Bahkan, dihari pernikahanku tidak ada keluargaku yang datang. Sungguh mereka sudah benar-benar benci padaku.

Saat sampai dikediaman Gramevord yang sudah bak istana ini, aku dijemput oleh beberapa bodyguard dan pelayan dirumah itu.

"Selamat datang Nona muda" ucap para pelayan dan bodyguard itu bersamaan.

Lalu aku dan Devan segera menuju ke kamar.

"Gue  mandi duluan" ucap Devan lalu segera masuk ke kamar mandi.

Aku sendiri sedang menghapus make up dan melepas riasan di tubuhku.

Devan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililit di pinggangnya. Aku tak berani menatapnya. Akupun segera beranjak masuk kekamar mandi dengan masih memakai gaun pengantin.

Tiba-tiba Devan menahanku. Aku terkejut dan berbalik "Apa? Gue mau mandi" ucapku.

"Lo mau mandi pake Gaun pengantin?" ucap Devan lalu menatapku dari atas ke bawah.

"Suka-suka gue dong" ucapku ketus lalu melenggang masuk kedalam kamar mandi.

Sedangkan Devan hanya memutar bola mata malas dan segera memakai pakaiannya.

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang