Bagian 10

7 1 0
                                    

Perempuan itu menghentakkan kakinya dan secara cepat dia sudah berada di depan Angel.

Pertempuran pun terjadi!
Ia menekan mata pedangnya ke aura Angel, sayangnya aura itu membuat Angel tidak terluka. "Kalau begitu aku tinggal mengeluarkan auraku juga, kan?" Ia menaikan sedikit ujung bibirnya dan mengeluarkan aura putih di pedangnya.
Tidak butuh lama aura hitam Angel bisa ditembus oleh perempuan itu, namun tangan Angel langsung menghentikan hunusan pedang perempuan itu dengan masih tatapan kosongnya.
"Angel!!!! Hentikan itu..!!" teriak Aisaka di belakang lelaki itu sambil menunjukkan raut cemas dan keringat dingin.

"Aisaka!" panggil perempuan itu yang masih menekan pedangnya.

"..." Aisaka tidak bergeming.

"Dia ini... Bukanlah Angel yang kau kenal lagi..!!!" Perempuan itu semakin menguatkan kekuatannya, "kau ini.. lumayan kuat juga ya..!!"

Aura hitam Angel semakin membesar, udara di ruangan itu semakin sesak. Aisaka yang mulai lunglai sampai sebelum pingsan ia masih memandang Angel, "Ange-" Aisaka hampir terjatuh itu, Hiki langsung menangkapnya dengan diliputi rasa khawatir.
"Aisaka-" Hiki juga hampir jatuh, ia menguatkan posisi kakinya dan nafasnya yang mulai kesusahan.

"Kak Lesley!!" Lelaki itu berteriak.

"Ada apa Kevin..? Jangan ganggu kesenanganku dong..!" bantah perempuan itu yang masih melanjutkan pertarungannya.

"Bukan itu masalahnya! Mereka merasakan sesak karena aura hitam itu! Sadarlah dan serius lah kak!!" geram kesal Kevin sambil melindungi membelakangi Aisaka, Irta dan Hiki.

"Ahh..." Lesley melihat kebelakang dan menyadari kenyataan, "ma-maaf..! Kukira kalian bisa menahannya..."
Dengan ragu-ragu Lesley menarik nafas panjang sambil memejamkan matanya dan membuka perlahan mata. Raut serius, itulah yang ditunjukkan oleh Lesley. Aura putih Lesley mulai membesar dan kuat, tentu Angel juga menambahkan kekuatannya.
Tanah yang diinjak mereka mulai retak hancur dan masih diselimuti aura dari masing-masing.
Setelah perempuan itu mengeluarkan lebih besar auranya nafas Hiki maupun Irta sedikit kembali normal, muncul raut wajah lega dari Kevin dan melanjutkan memperhatikan pertarungan.

"Hey... Sampai kapan kamu belum sadar? Apa untuk mencapai bentuk asli mu itu membutuhkan banyak waktu?" tanya Lesley didepan wajah Angel dengan tatapan kosong.
"...." Angel tidak menanggapi dan masih menahan pedang Lesley.

"Ugh...! Sedikit buat naik darah juga nih..!" Lesley yang lama-kelamaan kesal karena Angel diam tidak berkata apa-apa, ia mulai mengencang pegangan pedangnya dan dengan secepat kilat menebas bahu sampai perut Angel. Aura hitam itu perlahan menghilang dan Angel langsung terjatuh tidak berdaya menutup mata.

Lesley menghela nafas panjang, "aku gagal mengorek informasi darinya.." Murung Lesley dan menutup pedang ke sarungnya. Ia memastikan Angel benar-benar sudah tidak sadarkan diri lalu setelah memeriksa Angel, Lesley membalikan badannya dan menuju ke tempat Kevin.
Sesampai Lesley ditempat Kevin ia langsung mengeluhkan kegagalannya.
"Menurutku itu jawaban yang tepat..! Karena kak Lesley sudah menghentikan aura hitam itu dan anak-anak sudah agak baikan." Senyum mengembang diwajah Kevin dan menunjuk Aisaka yang masih pingsan, Hiki yang masih menidurkan Aisaka dipangkuan nya, Irta yang berusaha membangunkan Aisaka.

"Aisaka masih pingsan..?" Alis Lesley yang menekuk kebingungan, "padahal aku sudah mengeluarkan aura loh..! Tapi kenapa masih pingsan?"

"Kemungkinan besar Aisaka masih gak menerima apa yang terjadi pada Angel, hal itu lumrah terjadi pada calon Djima.." jawab Kevin masih mengawasi mereka bertiga.

"Ya.. iya juga sih..!" Lesley menggaruk-garuk kepalanya karena lelah dan ia berjalan ke tempat Aisaka lalu duduk di sampingnya.
"Kau mau apa?!!" tegas Irta didepan Lesley.
Lesley menghiraukan perkataan Irta dan mulai mengulurkan tangannya ke atas dada Aisaka, dan mengeluarkan Aura putih yang menyinari tubuh Aisaka.
Mata Irta dan Hiki berkaca-kaca melihat aura itu, terasa menenangkan dan juga hangat. Mereka saling pandang lalu mengangguk bersamaan, beberapa selang aura putih itu mulai menghilang perlahan dan Lesley menunggu reaksi Aisaka. Gerakan bola mata terlihat, ia sudah mulai sadar dan kembali bernafas cepat. Tidak lama kemudian melambat dan kembali normal. Lesley mengelus lembut pipi Aisaka dan menyingkirkan poninya dari wajah Aisaka lalu melanjutkan mengelus-elus rambutnya seperti merapikannya kembali.
Aisaka mulai sedikit membuka matanya perlahan, awal pandangannya kabur ia memejamkan mata dan membuka kembali. Pandangannya kembali normal dan melihat senyum bak ibu yang senang melihat anaknya bangun dari tidurnya.
Mata Aisaka berkaca-kaca saat melihat pemandangan itu, Aisaka menahan tangisannya karena dia sudah berjanji tidak akan menangis.

Lesley membantu Aisaka duduk, "Apa perasaanmu sudah agak tenang?" suaranya yang terdengar merdu ditelinga membuat hati Aisaka menjadi tenang. Aisaka hanya mengangguk lemah.

"Aisaka! Syukurlah...!" Hiki langsung memeluk dari belakang Aisaka. Aisaka pun membalasnya dengan menyentuh dan mengelus-elus rambut Hiki.

"Aku sudah gak apa-apa, Hiki..." nada bicara Aisaka yang lemah membuat Hiki melepaskan pelukannya.

"Aisaka..!" panggil Irta yang berada disebelah Aisaka.
"Apa kamu baik-baik aja, Irta?" Toleh Aisaka dan tersenyum lemah, ia hanya bisa sedikit menaikkan senyumannya karena masih terasa lemah.

"Kenapa kamu mengawatirkan aku..? Khawatirkan lah dirimu sendiri! Lihat wajahmu..!"
"Pucat banget tahu..!" Irta melanjutkan perkataannya dengan nada sedih yang disembunyikan dengan amarah yang dibuat-buat.

Aisaka hanya tertawa kecil dan mengangguk, "Tadi kan sudah aku bilang... Aku baik-baik saja!"

Kevin datang dan menepuk pelan kepala Irta, "hey bocah..! Kalo begitu terus kamu gak bisa memenangkan hatinya loh..!" Diiringi ketawa candaan.

"Jangan menyentuh kepalaku...!!" Tangkis Irta lalu memikirkan perkataan itu.
"Iya juga ya.." guman Irta. Kevin pun mengangguk mantap.

"Sepertinya ini adalah saat yang tepat mengatakan hal sebenarnya ya.." Lesley mengangkat bicara karena setelah candaan Irta dan Kevin ruangan menjadi hening.
Aisaka, Hiki, dan Irta hanya diam. Kevin ikut duduk di samping Lesley.

"Aku akan mulai menceritakan awal mula sejarahnya dulu" ujar Lesley.
"Ahh.." Lesley melihat sekitar dan baru menyadari bahwa ruangan itu gelap, "Akan ku terangkan ruangan ini..!" Kedua tangannya mulai saling berhadapan dan mengeluarkan cahaya kecil, Lesley menerbangkan cahaya itu ke atas ruangan. Seketika ruangan pun menjadi terang.
Ketiganya langsung mengucek matanya karena selama ini mata mereka terbiasa dengan gelap, "perasaan ini seperti, saat kita bangun tidur lalu kena terpaan sinar matahari..." keluh Irta yang masih membiasakan dengan buka tutup kelopak matanya.

"Sekarang aku mengerti para vampir yang terbiasa saat gelap, lalu kena terpaan sinar matahari. Inilah perasaannya..!" sahut Aisaka, ia juga masih membiasakan matanya seperti Irta.
"Aisaka!" Tawa terbahak-bahak Irta, "kenapa tiba-tiba kamu membandingkan dengan vampir, vampir itu kan emang kelemahannya matahari..!" Irta masih tertawa dan dalam beberapa detik mulai tenang dan menyeka air matanya karena terlalu banyak tertawa.

Hanya Hiki yang tidak menyampaikan perumpamaan nya.
"Hiki sepertinya biasa saja ya..." ujar Lesley menatap Hiki, begitu pun dengan Aisaka, Irta dan Kevin.

Hiki menunduk kebawah, "Aku hanya... Sudah terbiasa... Jadi kurasa, ini hal yang tidak bisa ku bandingkan dengan yang lain."

"Jadi begitu..." Angguk pelan Lesley.

Kondisi ruangan itu menjadi hening kembali, kecuali di pikiran Aisaka.
'ada apa dengan masa lalu Hiki..? Itu mengganjal di pikiranku..'

Tepuk tangan yang dilakukan Lesley pun kembali memecahkan suasana hening tadi.
"Baiklah aku akan mulai menjelaskan..!"

Bersambung...

Sebuah RuanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang