4. Rona Merah di Pipi

43 9 13
                                    

Ntah sudah berapa lama mereka disini. Langit sudah mulai gelap. Mungkin sebentar lagi hujan akan segera turun.

Padahal tadi matahari masih bersinar dengan terang. Tapi kembali bersembunyi dibalik gelapnya awan. Cuaca memang sedang tak menentu akhir-akhir ini.

Salsa mendongak, menatap gelapnya langit.

“Lo mau pulang?”, tanya Aksa yang juga tengah menatap langit.

Salsa bergumam pelan, “Kayanya bentar lagi hujan”.

“Ya udah yuk”.

Aksa dan Salsa segera berdiri, melangkah pergi dari lapangan.

“Eh iya, rumah lo dimana?”, tanya Aksa saat mereka tengah berjalan menapaki trotoar.

“Gak jauh dari sini, mungkin 10 menit nyampe”.

“Gue anter ya”, ucap Aksa.

Salsa hanya mengangguk, tak ingin terlibat perdebatan dengan lelaki yang berjalan di sampingnya.

Namun baru beberapa meter mereka berjalan, rintik hujan mulai turun. Hanya gerimis tapi mampu membuat baju mereka basah jika tak segera meneduh.

“Kita neduh aja dulu Sal”, ucap Aksa yang tiba-tiba saja berhenti. Membuat gadis yang berada di sampingnya juga ikut berhenti.

Hujan yang tadinya hanya gerimis kini semakin deras. Aksa berniat mengajak Salsa untuk berteduh. Tapi tak ada tempat yang bisa mereka gunakan.

“Keburu sore, langsung ke rumah gue aja”, teriak Salsa yang berusaha mengalahkan suara air hujan.

“Tapi hujannya deres Sal”.

Salsa tak mempedulikan ucapan lelaki di sebelahnya. Ia menarik tangan Aksa. Kemudian berlari menembus derasnya hujan. Aksa hanya pasrah ketika tangannya ditarik, ia hanya bisa mengikuti langkah Salsa.

Langkah mereka terhenti di depan pagar sebuah rumah berwarna biru muda. Baju mereka sudah basah kuyup. Untungnya tas Salsa maupun Aksa anti air, jadi buku mereka tak akan basah.

“Mangggg…. Mang udinnnn”, teriak Salsa, ia tadi sudah berusaha untuk membukanya tapi nampaknya pagar itu dikunci dari dalam.

Seorang pria paruh baya nampak keluar dari rumah, tangan kanannya memegang sebuah payung.

“Astaga neng, kok gak neduh dulu sih”, ucap pria yang dipanggil Mang Udin tadi oleh Salsa.

“Keburu sore mang”.

“Ya udah cepet masuk, makin deres ini ujannya”.

Salsa segera masuk sambil menarik Aksa dan berlari menuju teras rumahnya.

Bi Asih langsung keluar ketika mengetahui Salsa berada di teras rumah. Wanita itu membawa sebuah handuk.

“Ya ampun non, basah semua ini bajunya”, Salsa hanya meringis.

Sementara Bi Asih hanya menggeleng pelan. Matanya menangkap seorang lelaki yang datang bersama dengan anak majikannya. Baru kali ini Salsa membawa temannya ke rumah selain Nugra dan Raina.

“Salsa langsung ke kamar aja ya bi. Bibi bisa anterin Aksa ke belakang kan? Nanti Salsa kasih pinjem baju papa”, ucap Salsa.

Gadis itu melangkah menuju kamarnya, meninggalkan Bi Asih dan Aksa yang masih mengeringkan rambutnya menggunakan handuk yang tadi dibawa oleh Bi Asih.

Salsa sudah selesai mengganti bajunya, gadis itu mengenakan setelan baju tidur lengan panjang berwarna abu-abu. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai.

Lolipop (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang