11. Setitik Bahagia

4 3 0
                                    

Salsa masuk ke dalam rumahnya. Sepi. Sepertinya tak ada orang, semoga saja begitu. Ia melangkah masuk ke dalam kamarnya. Berbaring di atas tempat tidur dengan mata yang menatap langit-langit kamar.

Salsa menghela napas pelan, perasaannya tak karuan. Tapi perasaan nyaman lebih kontras ia rasakan. Rasa nyaman saat berada di samping Aksa.

Terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Salsa bangkit dari tempat tidur, menatap ragu ke arah pintu. Ia melangkah pelan dan mulai melangkah. Gadis itu membuka pintu dan menampakkan seorang lelaki paruh baya tengah tersenyum menatapnya.

"Udah pulang Sal?"

Salsa hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Papa boleh bicara sama kamu?"

Salsa menatap sejenak, detik berikutnya ia kembali mengangguk.

Hendra membawa putrinya duduk di sofa ruang tamu. Ia menatap lekat ke arah Salsa yang duduk di sebelahnya dengan kepala menunduk. Kedua tangannya menggenggam sepuluh jari Salsa.

"Maaf Sal, Papa gak bisa jadi orang tua yang baik." Hendra menatap sendu.

Salsa mendongakkan kepadanya, menatap balik iris mata papanya. Ia menghela napas pelan.

"Aku yang gak bisa jadi anak yang baik buat Papa. Gak bisa banggain Papa. Aku cuma beban," ucapnya sambil terisak pelan.

Hendra mendekap erat tubuh Salsa. Ia tau Salsa merasa tertekan, apalagi setelah melihat pertengkaran orang tuanya kemarin.

"Kita mulai kehidupan baru ya Sal, cuma ada Papa sama kamu. Papa gak akan biarin orang lain nyakitin kamu." Hendra mengelus rambut Salsa. Membuat tangisannya Salsa mulai mereda.

Lelaki paru baya itu tersenyum tipis. "Ganti baju dulu gih, ntar kita makan siang bareng."

Salsa mengangguk senang, ia segera berlari ke kamarnya. Bahagia tengah menyelimuti hatinya sekarang.

Terdengar suara ketukan pintu rumah ketika ayah dan anak itu sedang menikmati sebuah acara di tv. Salsa bangkit dari duduknya dan membuka pintu rumahnya. Ia mendapati Nugra dan Raina berdiri dengan senyuman canggung.

"Siapa Sal?" tanya Hendra.

Salsa mengerjapkan kedua matanya, tak berniat menjawab. Hingga Hendra berdiri di sampingnya. Lelaki paruh baya itu mengangguk paham.

"Papa ke kamar dulu, selesaikan masalah kalian ya. Jangan berantem mulu."

Salsa menghela napas pelan. Tak terkejut jika Hendra tau bahwa sedang ada masalah di antara ketiganya. Nugra pasti yang menceritakannya pada Hendra.

"Maaf Sal," ucap Nugra sambil menundukkan kepalanya. Sungguh, Nugra takut jika Salsa masih marah padanya.

Tapi respon Salsa justru di luar dugaannya. Salsa tersenyum menatap kedua sahabatnya.

"Masuk dulu, masa mau ngobrol di depan pintu kaya gini."

Raina dan Nugra saling pandang. Mereka mengikuti langkah Salsa yang berjalan ke arah ruang keluarga. Salsa duduk di atas karpet. Membuat Nugra dan Raina ikut duduk dan mengapit gadis itu.

"Lo masih marah sama kami Sal?" tanya Raina sambil sesekali menatap Nugra.

"Sal, gue minta maaf. Gue beneran gak bisa nahan emosi tadi. Maaf Sal."

Salsa menghela napas panjang. "Gue udah maafin kalian kok."

"Semua juga udah baik-baik aja. Jadi gak ada yang perlu dikhawatirin lagi," lanjutnya.

Raina tersenyum senang dan memeluk erat tubuh Salsa. "Lo gadis yang hebat Sal. I proud of you," bisik Raina.

Sementara itu, Nugra mengeluarkan sebatang cokelat dari saku hoodienya. Dan memberikannya pada Salsa. Membuat gadis itu mengernyitkan keningnya bingung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lolipop (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang