Hari-hari yang dilalui bersama si menyebalkan Yohan itu beneran bikin stres sendiri. Gue masih gak ngerti kenapa Yohan nikahin gue kalau dia benci banget sama gue? Bukannya itu cuma nyia-nyiain waktu dia dan ketika gue minta pisah gak boleh? Dia memang egois.
Ada banyak alasan untuk berpisah tapi kenapa harus memilih bertahan? Lagipula gue gak pernah mau dekat dengan Wooseok, dan lelaki lain yang beristri. Harusnya Yohan juga mikir, ini bukan salah gue sepenuhnya.
"Gak usah sok cantik, centil banget." komentar Yohan memang selalu pedas.
Gue yang sedang mencoba makeup pemberian mbak Sejeong, dikejutkan dengan tiba-tiba Yohan muncul entah dari mana.
"Mau kemana sih emang? Oh atau jangan-jangan mau nemenin om-om kaya raya?"
Dari tadi gue menahan emosi yang sudah hampir membuncah. Gue pikir Yohan akan menutup mulut sampahnya itu. Gue gak mengusik dia sama sekali, tapi dia yang selalu cari gara-gara.
Gue berdiri untuk menghampiri Yohan, namun sebelum itu menutup kotak peralatan dan makeup terlebih dahulu.
"Kamu tuh kenapa sih? Aku bingung harus ngapain dirumah ini. Aku bahkan gak boleh lama-lama diluar kamar ini. Sekarang aku nyoba kegiatan lain juga masih aja salah dan diprotes."
Yohan mendekat dan mendorong gue ke kasur dengan paksa.
"Iya! Emang lo tuh selalu salah, lo mengusik hidup keluarga gue. Jelas?"
Yohan menatap dengan tajam dan menahan gue agar tak bisa lepas darinya. Wajahnya mulai memerah seolah menahan amarah. Gue bingung apa dia sebegitu bencinya?
"Jelasin semuanya Han! Aku tau ini bukan sekedar masalah kak Wooseok kan?" tanya gue
Gue merasa ada yang gak beres, gue gak mengusik siapapun lagi. Bahkan Wooseok juga bersikap biasa aja disini. Tapi Yohan— masih sama, tidak terkontrol.
"Buat apa? Emang lo bisa kembaliin semuanya? Lo udah menghancurkan keluarga gue Jen."
"Iya makanya jelasin! Biar gue tau salah gue dimana." teriak gue
Kita berdua sama-sama tersulut emosi, diluar kendali dan belum menemukan solusi.
Gue pikir hidup akan membaik saat gue memilih menerima tawaran Yohan kala itu. Tapi gue salah, gue semakin terpuruk dan menyesali banyak hal.
"Ibu lo— selingkuhan papa gue! Yang menyebabkan Mami dan Papa gue bercerai. Gak cuma disitu aja, lo tau pengganti apa yang gue kasih ke Ibu lo sehingga mengizinkan kita menikah?"
"Ibu lo bisa mendekati Papa gue lagi. Well, itu gak sebanding sama lo memang. Tapi gue pastikan lo bakal ngerasain hancurnya perasaan gue dan mbak Sejeong serta perasaan Mami saat keluarga ini diterpa pengganggu rumah tangga orang lain."
"Saat tau bang Wooseok juga suka perempuan lain— dan ternyata itu lo Jen, anak dari perempuan jahat itu!"
"Jadi apa lo bisa mengerti kenapa gue gak bisa bersikap baik dan benci lo?"
***
Dulu, gue gak pernah memikirkan apa yang Ibu gue lakukan diluar sana. Gue gak peduli Ibu pergi dengan siapa. Karena gue sibuk memikirkan diri gue sendiri, dan menghasilkan uang untuknya.
Saat mendengar kata-kata Yohan tadi, gue gak bisa menjawab apapun. Gue pantas diperlakukan seperti ini, dan mendapat balasan sesakit ini.
Sejak dulu, gue selalu menganggap hidup ini beban. Dua puluh empat tahun terakhir, gue gak tau berapa persen kebahagiaan yang pernah dirasakan. Sampai terkadang gue lupa bersyukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate [Kim Yohan]
FanfictionHe's my desire, he's my savior. This is our fate, or my fate? ©2021, janebygrace