Menjelang sore hari, cuaca berubah menjadi mendung seolah akan menumpahkan cairan bernama air hujan. Dengan tergesa-gesa gue mencari tempat berteduh sambil menunggu kedatangan bis. Sial, hari ini lupa membawa payung padahal sudah memasuki musim hujan.Tumben sekali bis belum juga datang, tapi gue terus menunggu. Karena gue gak tau harus pulang gimana selain bis, disini tidak ada angkot, sedangkan taksi juga jarang. Ponsel yang seharusnya berguna, ternyata habis baterai sehingga gue gak bisa pesan ojek online. Hari yang tidak terlalu indah, ditambah lagi gue harus segera pulang untuk bekerja.
"Sial, lupa bawa payung atau jas hujan nih." gerutu gue sambil memandang sekitar, cukup sepi tidak seperti biasanya.
Hujan turun cukup deras, akhirnya gue pun terjebak di halte sendirian. Kendaraan tiba-tiba tidak banyak berlalu-lalang, membuat bulu kuduk gue merinding.
Gue merasa bangku disamping gue diduduki seseorang. Gak tau siapa, dan gue gak berani untuk menengok. Yang gue lihat hanya bayangannya, sedikit besar. Jujur aja gue takut, dan ingin rasanya kabur dari sini. Bukan takut hantu, gue lebih takut ketika dia orang jahat atau punya niat buruk, apalagi dikala sepi seperti ini.
"Tegang banget mbak? Takut? Apa kedinginan?"
Kaget bukan main, gue otomatis menengok ke sumber suara. Ternyata seorang lelaki yang mungkin menunggu bis juga.
Gue gak menggubris ucapannya, gue memanjatkan doa agar bis cepat datang dan gue bisa segera pulang.
"Lagi nunggu bis ya?" tanyanya
Gue bingung, haruskah gue menjawab pertanyaannya? Gimana kalau dia orang jahat?
"Ya udah deh kalau gak mau jawab," kata lelaki itu pasrah.
Gue jadi merasa gak enak, karena gak merespon semua pertanyaannya. Tapi disisi lain gue juga takut sama orang asing kayak dia.
"Apa pindah halte aja ya? Disini kok ketemu orang jutek banget." katanya sambil beranjak dari kursi.
Entah pikiran darimana gue langsung menahan tangan lelaki tadi, "Jangan mas, disini aja. Kalau mas pergi saya sendirian. Please," mohon gue
Kemudian lelaki itu senyum dan kembali duduk.
"Tuhkan mbaknya takut, saya gak jahat kok."
"Mana ada orang jahat ngaku jahat?" kata gue sedikit kesal tapi dia ketawa.
"Yohan,"
"Apanya yang Yohan?" tanya gue
"Nama saya Yohan. Mbak namanya siapa?"
Gue diem sebentar, haruskah memberi tau nama asli gue? Kan dia orang asing.
"Tuhkan, gak jawab lagi mbaknya." kalimat yang dia lontarkan membuat gue kebingungan harus jawab apa.
"Nama saya— panggil aja Jane." jawab gue pada akhirnya.
Daripada harus berbohong gue menjawab dengan jujur. Soalnya wajah Yohan gak ada mencurigakan punya niat jahat.
"Umurnya berapa? Biar enak aja manggilnya," tanya Yohan
Gue merasa ini anak bakal banyak nanya, dari gelagatnya sangat keliatan.
"23, keliatan banget sih kamu lebih muda dari saya." jawab gue
Dia senyum, "Iya sih, saya baru 21 tahun. Jadi manggil kak Jane aja nih?" katanya
"Terserah kamu."
"Kak Jane.." panggil Yohan lagi
Gue menengok kearahnya yang tiba-tiba beranjak dari duduknya. Apa dia mau pergi ya? Berarti gue tinggal sendirian? Mana hari sudah gelap dan bis belum datang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate [Kim Yohan]
FanficHe's my desire, he's my savior. This is our fate, or my fate? ©2021, janebygrace