O3. bekal

8 3 0
                                    

Pernah kah kalian merasa indah nya saat jatuh cinta? Selalu tersenyum saat membayangkan wajah orang yang kalian suka? Ada rasa tak sabar ingin berjumpa dengannya? Selalu ingin tampil sempurna didepannya? Itu adalah hal yang sedang melanda Rilla. Cewek itu tidak berhenti tersenyum, bersenandung sambil membawa bekal nasi goreng.

Nasi goreng itu adalah masakan pertama Rilla, tadi malam cewek itu merelakan waktu tidurnya dengan belajar masak sendiri. Rilla sedang berusaha untuk mendapatkan sosok tampan itu, sama seperti siswi yang lainnya.

"Gue letak di laci aja kali ya?" cewek itu menganggukkan kepalanya sendiri lalu melangkahkan kakinya menuju kelas Gavka. Tersenyum sambil berjalan menuju kursi Gavka lalu segera meletakkan bekal nya tanpa memberi nama pengirim. Dirinya terlalu malu jika Gavka mengetahui bahwa dirinya yang memberi bekal itu. Apalagi jika rasa masakan pertamanya itu tidak enak.

"Dari mana?" Rilla menatap Liant tajam, cewek itu benar-benar mengagetinya saat kakinya baru saja menapaki pintu kelas.

"Dari kelas kak Gavka, mau curi kancut." Liant menoyor keras kepala cewek yang ada dihadapannya ini, tanpa peduli makian kesal dari Rilla.

"Serius nyet, lo beneran dari kelas kak Gavka? Ngapain? Lo mau pelet dia ya supaya demen ama lo?" Rilla menatap Liant kesal dan juga tidak percaya.

"Lo kira gue apaan njir? Bodo ya pundung nih gue lama-lama sama lo," Rilla memilih keluar kelas meninggalkan Liant yang menjeriti namanya. Ini masih pukul setengah tujuh dan pastinya kelas dan lorong sekolah masih sunyi, baru beberapa murid saja yang sudah datang.

Rilla bersembunyi dibalik dinding saat melihat Gavka berjalan memasuki kelas, dengan langkah pelan cewek itu mengikuti Gavka dan mengintip cowok itu melalui jendela kelas.

Nyeritan didahi Gavka terpampang jelas saat menemukan kotak bekal didalam laci, saat dirinya ingin memasuki tas kedalam laci mejanya. Rilla gugup sendiri saat cowok itu mulai membuka dan merasakan masakannya. Senyuman indah terpampang diwajah Rilla saat Gavka sama sekali tidak melepeh makanannya namun terus memakannya.

"Yaallah, kak Gavka makan aja ganteng apalagi kalau senyum ya," gumam Rilla sambil terus menatap Gavka yang masih memakan makananya.

Cewek itu melangkah menjauh saat melihat kedelapan cowok yang notebenenya adalah sahabat Gavka berjalan mendekati kelas. Rilla sedang tidak ingin berdebat, rasa bahagia benar-benar membuat dirinya gila bukan rasa sakit saja yang membuat gila ternyata rasa bahagia pun begitu.

"Widihh makan enak lo Gav," Gavka menghendikkan bahunya dan masih tetap melanjutkan acara makannya, membuat Ryan menatap Gavka jengah.

"Bagi-bagi dong!" Nuke dengan cepat merampas makanan Gavka dan mulai memakannya, namun semuanya tidak sesuai ekspetasi, cowok itu dengan cepat membuang makanan yang ada dimulutnya sambil sesekali meludah.

"Itu makanan atau apa? Kok rasanya aneh banget," Morgan menatap Nuke heran, dan mulai ikut merasakan makanan yang dimakan Gavka tadi, dan ya sama seperti Nuke, Morgan juga melepeh makanan tersebut.

"Dari siapa Gav? Gak enak sumpah! rasanya aneh." Gavka menatap teman-temannya datar, lalu menghendikkan bahunya, tanda tak peduli membuat kelapan temannya itu kesal.

"Kok lo mau sih makannya? Padahal rasanya aneh."

"Kayak kebanyakan merica,"

"Gak enak."

"Mau muntah gue,"

"Kalau lo pada gasuka, jangan dimakan, seenggaknya hargai orang yang udah mau buatin gue bekal, walaupun rasanya hambar." Kedelapan cowok itu bungkam mendengar ucapan Gavka. Memang benar, dari mereka semua yang paling dewasa sikapanya itu Gavka, walaupun kelihatan cuek, Gavka selalu menghargai pemberian orang lain sesuai perintah ibunya.

Gavka My ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang