O5. Narsis

8 2 0
                                    

Rilla berlari panik saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 18.23, dengan tergesa gesa cewek itu segera membuka gerbang rumahnya. Helaan nafas lega terdengar dari bilah bibir Rilla saat tidak menemukan mobil orang tuanya, yang berarti mama dan papa tirinya belum pulang.

"Untung tadi pagi udah gue bersihin semua, jadi tinggal pesan makanan deh sama mandi." Rilla bergumam pelan lalu meletakkan handphonenya di atas meja setelah memesan makanan untuk makan malam hari ini. lalu berjalan kekamar untuk sekedar ganti baju.

Rilla, cewek pendek yang terkenal pemalas, suka tidur, doyan makan itu terus saja menghela nafas lega ketika semua sudah siap dimeja makan. Matanya menyorot kelelahan. Rilla seperti anak yang tidak diharapkan, semenjak papanya meninggal mamanya memutuskan untuk keamerika dan meninggalkan Rilla sendirian di indonesia dengan uang jajan yang terus bertambah setiap bulannya. Rilla tidak tau apa salahnya sehingga mamanya menjadi cuek kepadanya semenjak papa meninggal.

Setelah Rilla naik kelas IX, mamanya kembali ke Indonesia dan tentu itu membuat Rilla senang bukan kepalang. Namun lagi, kebahagian tidak berpihak kepada cewek itu, mamanya pulang membawa seorang lelaki yang diyakini sebagai suami baru mamanya, hidup Rilla tidak pernah nyaman setelah mamanya pulang. Jika dulu isi tabungan Rilla selalu ada sekarang tidak, papa tirinya menyuruh mamanya untuk tidak selalu memberi Rilla uang, dan hanya memberi Rp.700.000 untuk tiap bulannya.

Dan yang paling parah, Rilla harus membersihkan semua pekerjaan rumah dan memesan makanan sebelum mereka pulang, jika tidak, mungkin akan berakhir digudang dan tidak diberi makan sampai berangkat sekolah, dan karena itu betapa terburu-burunya Rilla tadi untuk sampai dirumah.

Namun, ada hal yang membuat Rilla bersyukur. Papa mamanya suka berpergian dalam jangka waktu lama, sehingga ada waktu untuk Rilla bermain-main. Papa mamanya paling lama hanya lima hari dirumah selebihnya mereka pergi liburan-liburan. Dan terdapat satu fakta yang ia baru ketahui, bahwa Rilla memiliki kakak tiri yang sekarang sedang bersekolah di-Amerika, membuat Rilla jengkel dengan rasa iri.

Dan ya, ini salah satu penyebab kenapa disekolah Rilla terkenal dengan kemalasnnya dan tidak pernah mau mengajak teman-temannya untuk kerumah, kecuali Hera, cewek galak itu satu-satunya yang mengetahui masalah Rilla. Rilla tidak mau memberi tau yang lain karena Dia tidak mau dianggap lemah dan dikasihani.

─────── .°୭̥ ❁ ˎˊ˗

Gavka, cowok tampan itu terus saja menyorot datar menatap Rilla yang masih saja berdiri menghadang jalannya sambil merentangkan kedua tangannya.

"Minggir."

Rilla menggeleng cepat, sambil tersenyum senang. Ada kebahagian tersendiri bagi Rilla saat Gavka mengeluarkan suaranya.

"Rill, minggir anjir gue kebelet!" Rilla mendengus jengkel menatap Didin yang bertingkah seperti cacing kepanasan, dengan terpaksa Rilla membuka jalan agar cowok itu bisa masuk ketoilet.

Ya, memang sedari tadi Rilla sedang berdiri dipintu toilet laki-laki dengan alasan menghadang Gavka agar dapat menatap wajah cowok itu lebih lama.

"Kak Gavka, kamu mau kemana?"

"Kak, ih!"

"Kakak tuh ya ditanyain sama calon istr-"

"Kantin, gausah berisik."

Rilla tersenyum lebar, lalu berjalan tepat disamping kakak kelasnya itu. Untuk kali ini Rilla lebih memilih diam, agar Gavka tetap berjalan disampingnya.

Sesampainya dikantin, Gavka langsung menuju meja yang biasa ia duduki. Jika kalian bertanya kemana teman-temannya, jawabannya adalah ini belum waktunya istirahat. Gavka, cowok itu memilih bolos pelajaran kembali karena merasa tidak tertarik mengikuti pelajaran buk Indri.

Gavka My ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang