Aluna Arandita, gadis 18 tahun yang sebentar lagi lulus SMA.
"Luna jadi kuliah di kampus Om Pras kan?" tanya Papa Luna yang sedang duduk di meja makan bersama Luna dan Mamanya.
"Iya, Pa".
Setelah sarapan singkat itu, Luna berangkat sekolah dengan diantar Papanya. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan.
Sesampainya di sekolah.
"Selamat pagi calon istri!"
Luna menoleh ke kanan dan mendapati teman anehnya tersenyum lebar.'Hufth... Kenapa harus dia lagi?' batin Luna.
"Kumohon, jangan menggangguku pagi ini".
"Apa kau sakit? Apa terjadi sesuatu padamu? Katakan! Jangan membuatku khawatir, sayang. Ada apa?" tanya orang itu yang nampak sangat khawatir pada Luna.
"Aran! Berhentilah! Kau tahu? Kau... Kau! Jangan berbicara padaku! Berhenti mengikutiku! Kau bukan pacarku! Aku sudah muak dengan tindakan- tindakan bodohmu!"
Luna sangat jengah. Ia pergi meninggalkan Aran yang terpaku di tempatnya.
"Maaf... Seharusnya aku tidak membuatmu kesal," gumam Aran menatap punggung Luna yang semakin menjauh.
Semua siswa berkumpul di lapangan untuk melihat papan pengumuman besar disana.
Semua siswa berdesakan berebut tidak sabar.Bruukk!
Luna tersungkur kebelakang saat berusaha menembus kerumunan.
Tidak ada yang menoleh untuk membantu Luna, semua temannya sibuk dengan hasil kelulusannya masing- masing.Luna meringis sakit pada lengan kanannya yang sedikit mengeluarkan darah.
Saat ia berusaha bangun, tiba- tiba..."Kyaa!" Aran menggendong Luna menuju pinggir lapangan.
"Maaf sudah membuatmu kesal pagi ini," kata Aran lirih.
Luna mengangkat kepalanya. Ia menatap lekat setiap inci rupa Aran.
"Tidak seharusnya aku mengatakan itu tadi pagi. Aku pasti sudah sangat menyakitimu, maaf," Luna.
"Jadi kau sudah tidak marah lagi?" tanya Aran dengan binar mata penuh harap.
'Aku mengatakan hal yang menyakitkan padamu tapi kenapa kau malah takut aku yang marah?' batin Luna.
" Tidak," jawab Luna ketus.
"Turunkan aku disana," lanjutnya sambil menunjuk tepi lapangan.
Aran menurunkan Luna dan mendudukannya di tepi lapangan. Saat Aran menurunkan Luna, wajah mereka sangat dekat.
"Ehem!"
Mereka menoleh dan mendapati tatapan aneh dari Rio.
"Apa yang kalian lakukan?Kenapa harus berciuman di lapangan seperti ini? Ya Tuhan! Tunggu! Berciuman ? Apa kalian berpacaran?" tanya Rio dengan antusias.
"Tidak!" jawab Luna dengan nada setengah berteriak.
Sementara Aran hanya senyum- senyum tidak jelas seperti mengatakan,
'Iya, kami berpacaran'.
Menyaksikan kebisuan Aran, Rio semakin menunjukan smirknya. Luna yang melihat tanggapan Aran hanya diam, emosinya semakin tersulut.
"Baiklah, sebaiknya aku pergi saja. Silahkan lanjutkan kegiatan kalian," pamit Rio.
Bahkan setelah Rio pergi Aran masih tersenyum.
Luna benar- benar tidak suka dengan yang terjadi padanya hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHATS WRONG WITH LOVE
Любовные романы"Cinta adalah suatu campuran yang aneh dari hal-hal yang bertentangan. Di dalam cinta terkandung kasih sayang dan kemarahan, kegairahan dan kebosanan, kestabilan dan perubahan, pembatasan dan kebebasan. Paradoks cinta yang paling mendasar adalah bah...