***
Naruto mengatur napasnya, kala dia sampai di depan kantor tempatnya bekerja.
Antara hari ini dan kemarin, nasibnya sama-sama kurang beruntung. Kemarin, dia telat berangkat kerja karena bajunya ditumpahi sup oleh Rui. Dan, hari ini, dia terlambat karena semua uangnya hilang, plus dengan dompetnya. Dia jadi tidak bisa naik taksi maupun bus, karena hal itu.
Naruto tahu betul siapa pelakunya. Siapa lagi jika bukan Nyonya Ui?
Wanita tua yang satu itu selain suka mengganggunya, dan bertindak sesuka hati padanya, dia juga sangat suka mengambil keuntungan dari dirinya, dan juga uangnya.
“Naruto?” sapa Sakura, salah satu karyawan di kantor, “Heeh ... hari inipun kau terlambat? Kau pikir ini kantor nenek moyangmu? Kalau kau terus-menerus seperti ini, kau bisa di pecat, lho!” Sakura mengingatkan.
“Aku tidak peduli,” sahut Naruto dingin.
“Yaaa ... inilah Naruto.” Sakura tidak bisa mengatakan apapun lagi.
Sakura diam sejenak. Kemudian, dia menatap Naruto dengan serius, “Nee, Naruto. Menurutmu, kenapa akhir-akhir ini Sasuke bersikap dingin padaku?”
“Alasannya?” Naruto balik bertanya sambil mendudukkan dirinya di kursi, dan menaruh tas kerjanya di meja.
“Hum.” Sakura mengangguk.
“Bosan? Atau sudah punya pacar baru?”
Naruto menyalakan komputernya, dan mulai memfokuskan diri pada pekerjaannya.
Sakura menatap Naruto kesal. Setelah apa yang dia katakan. Dia bisa bersikap seabai dan sesantai itu?
“Kau ...! Menyebalkan!!” Sakura memukul meja Naruto dengan kuat, sampai menimbulkan suara dentuman yang sangat keras.
Dia berlalu dan duduk di tempatnya sambil menggerutu.
Jika orang-orang kaget karena ulah Sakura tadi, maka Naruto malah sebaliknya, dia hanya menggelengkan kepalanya pelan dan kembali bekerja, lagi.
Ya, memang benar. Naruto itu sosok yang dingin dan sulit di dekati. Tapi, sekalinya dia bicara atau berkomentar, maka, dia bisa menjadi orang yang sangat-sangat menyebalkan.
Sakura adalah salah satu korban kata-kata dingin, dan kejam Naruto. Karena itu, mereka tidak pernah akur sama sekali. Tidak di sekolah dasar, SMP, SMA, tempat kuliah, di kantor pun mereka tidak pernah satu pemikiran.
“Jadi Naruto? Menurutmu bagaimana dengan rencana ini?” tanya Tsunade—Bos—di kantor ini.
“Terserah anda.” Singkat Naruto.
“Hoy! Naruto! Berkomentarlah yang baik! Kau ingin di pecat??” bisik Sakura, “Yaaa ... meskipun aku berharap kau di pecat!” Sakura tersenyum miring.
Naruto mengabaikan perkataan Sakura, dan tetap fokus. Hal itu membuat Sakura mendengus.
“Sakura? Ada apa? Kau tidak suka dengan keputusanku?” ujar Tsunade tajam.
Sakura meringis pelan, bagaimana dia bisa lupa kalau dia sedang di ruang rapat, “Ah, itu, Tsunade-sama ...! Saya, saya setuju. Ya, setuju!”
“Baguslah.” Tsunade terlihat senang.
“Memang kau tahu keputusannya apa? Kau bahkan tidak memperhatikan sama sekali!” celetuk Naruto.
“Benarkah itu?” Wajah Tsunade terlihat tidak senang kali ini.
“Tidak. Saya mendengarkan, Tsunade-sama!” Sakura membela diri.
“Lalu, katakan apa keputusanku tadi!” tegas Tsunade.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Home :: NARUHINA
Romance[ NARUHINA Fanfiction ] *** Dingin. Sulit didekati. Abai dengan keadaan sekitar. Itulah sosok Uzumaki Naruto yang orang lain kenal. Sosok dingin berwajah ceria yang gemar membuat orang lain kesal. Tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan yang ada, di...