part 5-Sendu

0 0 0
                                    

Kita bersama dalam persepsi yang berbeda.
Kamu dengan friendship-mu
Dan aku dengan friendzone-ku

Jangan tanyakan tentang kenyamanan?
You know what?
'Cause we have different feeling.

Aleena pulang diantar oleh Dewa. Sebenarnya mereka berniat menghabiskan waktu sampai senja tiba. Tapi ternyata cuaca sama sekali tak memihak.
Toh mereka akan bertemu besok saat Aleena mengunjungi sepupu dewa.

***
Aleena merebahkan tubuhnya dikasur empuk itu. Dia mengambil earphone dan memakainya. Jari lentiknya menari dibenda pipih itu. Tak beberapa lama musik pun mengalun ketelinganya.

"When will I see you again?
You leave now goodbye whith no single word was said.
No finald kiss to seal anyseems
I had know I'd to stay we were in,"

Bulir bening tak terasa mengalir dari pelupuk matanya. Lagu dari musisi kesukaannya, kembali membuatnya menangis. Bukan karna Adele pandai memberi rasa satiap menyanyikan lagu-lagunya. Tapi karna lagu ini mengingatkannya tentang seseorang yang selalu dia coba lupakan. Tapi tak pernah berhasil.

"... I keep my distance so you can be free. Open your mind to missing me. To bring you back to me. But don't you remember..."

Belum selesai lagu itu, tapi Aleena langsung melempar earphone beserta ponselnya. Untung saja earphone dan ponsel itu mendarat di tepi ranjang.

Aleena menutup matanya dan telinganya dengan tangan. Dia tidak suka berada di situasi seperti ini. Dia kembali memeluk lututnya.

"Dasar cewek bodoh! Kenapa lo masih ngarepin dia sih?! Dasar bego! Lo harus sadar Leena, dia gak cinta sama lo! Sadar bego!" Aleena sesenggukan, memaki dirinya sendiri.

Dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan. Sekarang dia sudah lebih tenang. Hidup akan terus berlanjut, mau tidak mau. Kau tidak akan bisa menjalani masa depan, jika masih menyimpan luka di masa lalu. Itulah yang difikirkan Aleena.

Aleena mengeluarkan laptopnya lalu menunggu panggilan video itu tersambung sambil merapikan dirinya.

"Halo Aleena, tumben video call. Kangen yah?" Seorang wanita di layarnya tersenyum.

"Eh sembarangan, tapi iya juga sih hehehe. Eh Sin gimana tadi kondangannya?" Tanya Aleena

"Seru loh, Gita nyumbang lagu. Woah suaranya masih sama kayak dulu. Rame banget tadi. Ini aja gua baru pulang, habis hangout sama yang lain hehehe hitung-hitung temu kangen." Sintya tampak antusias.

"Eh jahat banget lo yah, mentang-mentang nggak ada gua. Eh emang siapa aja yang hadir?" Aleena penasaran.

"Ada Lecsa, Arumi, Astrid. Hampir semua sih klo cewek. Klo cowonya ada Dhi, Evan, Ghean, Sam, Andre sama..." Sintya tampak berfikir. "Aldri. Aldri juga ada Na. Tadi dia bawa cewek."

Wajah Aleena langsung berubah sendu. Aldri? Bawa cewek? Apa itu pacarnya? Sudah tidak ada harapan bagi Aleena.

"Aleena! Lo kenapa? Lo nggak papa kan?" Sintya khawatir melihat mimik wajah sahabatnya.

"Eh. Gak papa kok, Sin. Kayaknya gua kecapean deh" Aleena berbohong. Mungkin Sintya lupa kalau Aleena pernah manaruh rasa pada Aldri.

"Yaudah, gih istirahat. Makanya jangan terlalu cape, Na. Lo kan gak bisa cape. Nanti lo sakit lagi."

"Eh iya, Sin. Yaudah aku matiin yah. Bye bye."

"Bye." Aleena mematikan sambungan dan menutup laptopnya.

Fikirannya kembali pada Aldri, baru saja dia menangisinya. Kini kembali terputar di kepalanya. Ini terlalu berat untuk dia fikirkan. Akhirnya dia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan mencoba untuk terlelap.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anyone Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang