Tiga

173 42 3
                                    

Yeji menatap pada sebuah kotak kayu yang tersimpan di pojok kamar pamannya. Dia melirik pada pria yang tengah berbaring seraya memainkan game di ponselnya.

"Omo igemwoya samchon?" tanya Yeji menarik kotak kayu itu lalu membawanya mendekat pada tempat tidur Mino.
Mino melirik sekilas pada benda yang Yeji bawa, "Kotak kenangan. Buka saja jika ingin tahu."

Tanpa Mino suruh pun Yeji sudah membukanya. Dia membulatkan matanya saat melihat isi dari kotak kayu itu. Ini semua beberapa medali dan sertifikat yang dimiliki pamannya? Heol si bodoh ini ternyata sangat cerdas.

"Nilaimu bagus bagus sekali." Yeji melirik Mino yang kini telah mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk.

"Tentu saja samchonmu ini salah satu siswa berprestasi." Mino terdengar begitu bangga. Akhirnya ada juga yang bisa dia sombong pada Yeji. Bocah nakal itu pasti selalu mengira dirinya tidak punya otak.

"Geotjimal! Jika samchon siswa berprestasi kenapa samchon tidak lulus hah? Bahkan nilai-nilai ini cukup untuk menjadikan samchon menjadi seorang jaksa!" ketus Yeji yang seketika saja membuat senyuman kesombongan Mino luntur. Astaga buah memang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Bahkan dia mewarisi mulut jahat ayahnya.

"Yak kenapa mulutmu jahat sekali hah? Samchon begini karena ingin melindungimu!" ucap Mino membuat Yeji mengerutkan dahinya.

Melindungi dirinya?

"Melindungi ku? Wae?" tanya Yeji menatap Mino yang kini terdiam. Dia merutuki kebodohannya karena telah berbicara sembarang. Tidak mungkin Mino mengatakan alasan mengapa dia dan Jiyeon dikeluarkan dari sekolah.

"A-ani Palli keluar dari kamarku!!" ketus Mino berusaha mengalihkan perhatian Yeji. Dia menarik kerah belakang Yeji lalu memaksa gadis itu untuk keluar dari dalam kamarnya.

"Yak yak! Samchon kira aku ini anak kucing hah?" seru Yeji menatap dia berusaha melepaskan cengkraman tangan Mino dari belakang kepalanya.

Brak!

"Yak dasar bujangan lapuk!" teriak Yeji menatap kesal pada pintu kamar Mino yang tertutup keras sesaat setelah dia keluar dari kamarnya.

________***_________

Puk!

Yeji menendang kerikil kecil di depannya. Hari ini benar-benar menyebalkan, dia merasa kesepian karena tidak ada seseorang untuk bermain bersamanya. Chani yang berjanji akan menonton film bersama malah membatalkan janji mereka demi menonton pertandingan bisbol.

Membosankan sekali hari ini!

"Mau kemana kau Park Yeji?" tanya sebuah suara. Yeji menghentikan langkahnya. Dia melirik was-was pada sumber suara yang sudah sangat Yeji hafal.

"A-ani. Wae sunbae?" tanya Yeji menatap pada Nancy dan gerombolannya. Kenapa bisa hari ini dia sial sekali? Astaga kenapa harus bertemu gerombolan nenek lampir itu.

"Yak bukankah kau mau ikut kami menghabiskan akhir pekan?" tanya Yuna membuat Yeji menatapnya bingung. Apa? Sejak kapan?

"Ne? Argh.. Sakit!" Nancy mendekati Yeji dia mengarahkan tangannya pada belakang kepala Yeji lalu menarik rambut gadis itu cukup kuat.

"Wae? Aku terlalu pelan menjambakmu?" tanya Nancy yang masih enggan melepaskan tarikan nya di rambut Yeji. Dia terlihat begitu senang karena bertemu dengan gadis sialan itu disini.

"Nancy mari kita ke tempat sepi! Atau hentikan saja kita sudah terlambat," ucap Eunha yang entah apa yang terjadi dia terlalu malas untuk merisak Yeji hari ini.

"Sebentar aku masih ingin membuat perhitungan dengan anak jalang ini!" ketus Nancy menatap Yeji yang lagi-lagi memperlihatkan raut yang sangat Nancy benci.

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang