Enam

307 48 22
                                        

"Jiyeon!"

"Minggir!"

Mino tetap berdiri di depan Jiyeon. Dia menahan bahu wanita yang terus memberontak itu dengan kuat.

"Aku akan membunuhmu jika kau terus menghalangiku seperti ini Song Mino!" Suara Jiyeon meninggi. Tubuhnya gemetar saat pikirannya kembali teringat ucapan Chani beberapa saat yang lalu.

Putrinya..

Putrinya yang berharga..

Kyaaa!!

Jeritan Jiyeon kembali terdengar. Dia berteriak melampiaskan seluruh rasa sakit yang semakin menyesakkan dadanya.

Tuhan apa ini hukuman untuknya?

Jiyeon tidak paham kenapa dia harus menerima semua hal menyakitkan ini? Apa yang salah dari dirinya? Apa yang salah dengan hidupnya?Keinginan hanya hidup bahagia dengan putrinya apakah terlalu sulit?

Bruk!

Tubuh Jiyeon merosot dari pegangan Mino. Wanita berwajah cantik itu terduduk dengan tetes airmata yang kembali jatuh tanpa henti.

Sakit?

Rasanya seperti mati namun tak kunjung mati. Jiyeon seperti sekarat namun Tuhan seakan menikmati seluruh rasa sakit yang Jiyeon terima.

"Argh!! Wae?" jeritan Jiyeon terus terdengar. Dia menarik rambutnya sangat kuat saat perasaan nyeri yang teramat menyakitkan itu terus menghujamnya.

Rasanya.. Setiap tulang, sendi dan seluruh sel yang menyusun tubuh wanita itu mengerang nyeri yang tidak terkira.

Jiyeon ingin mati saja.

***


"Jiyoon!"

"Wae?"

Yoongi menggeser tubuhnya saat wanita itu datang mendudukan dirinya di sebelahnya. Jiyoon merogoh saku hoodie yang dia kenakan hari ini. Wanita berwajah cantik itu mengeluarkan sebungkus rokok lalu membaginya dengan pria disebelahnya.

"Bisakah kau balas rasa sakit putriku?"

Jiyoon menghembus asap rokok yang tadi dia hisap. Dia mendongakkan kepalanya menatap langit-langit bar milik salah satu sahabatnya dan Yoongi saat kuliah.

Balas dendam? Jiyoon mungkin tidak sanggup. Tapi ada satu orang yang mampu menghancurkan hidup orang lain tanpa belas kasih.

"Aku akan minta tunangan ku untuk melakukannya."

Yoongi tersenyum miring. Entah kenapa obrolannya hari ini dengan Jiyoon terdengar begitu kejam.

Yoongi tahu dengan jelas, bagaimana perasaan Jiyoon pada pria yang menjadi tunangan wanita itu. Dia jelas memahaminya namun kali ini seperti mengabaikan apa yang orang sebut nurani, dia menyetujui Jiyoon untuk memanfaatkan pria itu.

"Habisi mereka sampai rasa sakit Yeji-ku terbalas."

"Walaupun aku tidak pernah mencintainya tapi bagiku dia adalah sosok paling dapat ku andalkan.. "
Jiyoon menunduk dalam. Tangannya terulur untuk meraih gelas alkoholnya yang tersisa setengah. Cairan pahit dan sebatang rokok yang terselip diantara jarinya entah kenapa terasa begitu nikmat.

Rasanya sudah lama sekali Jiyoon tidak pernah menjamah dua hal yang paling dia hindari tersebut. Tapi hari ini, Jiyoon akui jika alkohol dan rokok seperti obat penenang yang sangat dia butuhkan.

***

'Apa gadis rendahan itu-'

'Jiyeon namanya!' ketus Jiyoon memotong ucapan nyonya Min.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang