Fyi: masa sekarang di cerita ini pake latar 2017, ketika author lagi SMA. Jadi jangan bingung❤
[Yang gabut, sambil baca bisa disetel lagu yang ada di media ya!❤]
......Palembang, Oktober 2015
2015 adalah tahun ketika Arsy berada di kelas delapan, dan juga awal kedekatannya dengan Rivan, karena mereka satu kelas. Sebelum ini memang, rumahnya sudah lama berdekatan, malah ketika Arsy dan Rivan SD. Hanya saja Arsy anak rumahan yang jarang keluar rumah, dan saat itu Rivan juga lebih memilih main kelereng di rumah temannya.
SMP Harapan merupakan SMP dulu Arsy dan Rivan bersekolah. Letaknya sangat jauh dari jalan umum. Butuh beberapa menit untuk sampai menemui angkot. Tapi, beberapa angkot memilih ngetem di depan SMP agar cepat mendapat penumpang. Bukan hanya supir angkot yang diuntungkan, juga para murid. Mereka sangat senang karena tidak susah-susah jalan kaki ke jalan umum.
Waktu sekarang menunjukkan pukul dua siang dan les di sekolah sudah selesai, saatnya Arsy untuk pulang. Baru beberapa langkah ia ingin keluar bersama temannya, namun Rivan merentangkan tangannya.
"Misii, mau pulang." Arsy melihat Rivan membelakangi tubuhnya. Rivan menoleh, lalu iseng menarik tas Arsy agar terus lama berada di kelas dan tidak bisa dapat angkot.
"Ngapain cepet-cepet? Mau dapet angkot di depan? Biasanya juga jalan ke halte."
"Yah makanya gue mau cepet-cepet. Lo minggir kek? Rese lo yah." Arsy mencoba melepaskan tangan Rivan dari tasnya tapi tidak bisa. Gadis itu mengerang lagi.
"Rivan!" Arsy menggertakkan giginya dan menginjakkan kaki Rivan. Cowok itu malah mengerang kesakitan. "Angkotnya nanti abis.. lo bisa ga sih sehari aja ga jahil sama gue?"
"Bagus dong kalo abis," ucap Rivan melompat-lompat sambil berteriak 'aww' mengusap kakinya yang beralaskan sepatu.
"Biarin, biar lo nunggu di halte aja sama gue," ucap Rivan enteng.
Arsy meninggalkan cowok itu dan langsung jalan ke gerbang sebelum akhirnya angkot di depan sudah penuh. Rivan lalu berjalan ke tempat duduknya, mengaitkan tasnya dibahu kirinya. Ia menyenggol temannya untuk pulang bersama.
Selang beberapa menit kemudian Arsy sampai di depan gerbang dengan napas terengah-engah, kemudian menoleh kiri kanan mencari angkot yang masih menyediakan tempat duduk untuknya. Tapi, nihil. Ia menggigit bibir bawahnya, kesal.
"Terpaksa deh jalan, yuk!" Della cepat-cepat menarik tangan Arsy. Mengeluh untuk kondisi sekarang bukanlah hal yang tepat.
***
Siang hari, dengan langit yang memancarkan sinar matahari lebih. Arsy menendang-nendang batu kerikil yang didapatnya dari sekolah. Posisinya sekarang mereka sedang berjalan berempat, Arsy dan temannya berada di sebelah kiri seperti layaknya pejalan kaki pada umumnya sedangkan Rivan dan temannya berada di sebelah kanan, bertolak-belakang dengan kendaraan yang berlalu lalang.
Arsy sebal melihat Rivan, mana bisa ia jalan kaki ke halte yang letaknya sangat jauh itu. Biasanya juga, Rivan dijemput oleh kakaknya. Tapi kali ini kakaknya tidak bisa menjemput lantaran harus sidang skripsi.
Mereka menoleh-noleh saling ejek. Arsy ingin membalas Rivan tapi selalu ditahan oleh Della, temannya Arsy. Rivan di seberang tersenyum puas, akhirnya bisa berjalan bersama Della, teman yang disukainya itu. Ia melihat Arsy, tidak. Ia melihat Della.
Della. Gadis itu memakai kardigan berwarna biru muda yang lengannya dilipat. Rambutnya dikuncir rapi dan senyumnya sangat manis, kulitnya putih seperti orang bule dengan hidung mancung. Standarisasi kecantikan setiap orang berbeda-beda. Tapi, Rivan jujur. Kalau Arsy dan Della bertemu, maka ia akan memilih Della untuk ia kencani dan Arsy sebagai comblang. Padahal, apalah arti sebuah wajah? Hanya tulang dan daging yang berlapiskan kulit. Seharusnya, seseorang dinilai dari akhlaknya, dibanding wajahnya. Bukannya wajah cantik disiram air panas juga akan jadi jelek kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust
Teen FictionPersahabatan antara lelaki dan perempuan, tidak hanya sekedar persahabatan. Pasti, salah satu diantaranya mempunyai perasaan. Jika salah satu mengatakan perasaannya, apakah itu akan berbalas? Ataukah mereka malah berjaga jarak dan saling melupakan...