Mr. SEVEN | PROLOG

134 7 1
                                    

Selamat membaca, semoga suka💜

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat membaca, semoga suka💜

*** Prolog

Pagi itu, hari saat musim dingin berganti dengan musim semi, Taehyung masih ingat kejadian itu. Ia melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak taman kota, dengan kedua tangannya yang sibuk membawa perlengkapan melukis.

Setelah dirasa menemukan spot yang bagus, ia meletakkan semua alat lukisnya dan mulai menyusunnya satu per satu. Mulai dari mendirikan easel, memasang kanvas, palet kesayangannya yang sudah sedikit usang, cat warna-warni yang hampir sebagian sudah mulai habis, dan juga berbagai jenis kuas yang biasa ia gunakan.

"Round, angle, mop, flat, fan, bright, filbert, rig... rigger mana rigger?" Taehyung gusar saat mendapati jumlah kuasnya berkurang satu.

Taehyung menumpahkan seluruh isi tas nya. Tapi nihil, kuas dengan ujung runcing itu tidak ada disana. Taehyung mengacak rambutnya frustasi.

"Kalo sampe ilang nangis gue" Tangannya kembali memasukkan barang-barangnya yang berserakan ke dalam tas.

Sesayang itukah Taehyung dengan alat lukis? Iya, karena beberapa alat lukis miliknya itu- termasuk easel, palet, dan kuas, adalah peninggalan dari Kakeknya yang diturunkan kepada Ayahnya, dan kemudian Taehyung. Mungkin suatu saat nanti akan dia turunkan juga kepada anaknya. Sudah seperti benda pusaka, bukan?

Tangannya yang menggenggam pensil dengan lihai menari-nari diatas kanvas. Sesekali ia memiringkan kepalanya guna melihat pemandangan yang tengah ia lukis tertutup oleh kanvas besar di hadapannya.

Tatapannya hanya fokus pada dua titik, kanvas dan pemandangan. Tapi, ada satu hal yang berhasil mengalihkan tatapannya. Seorang wanita tua yang duduk di seberangnya tengah menatapnya. Namun Taehyung menghiraukannya, walau tadi mata mereka sempat bertemu.

Nenek itu beranjak dari duduknya dan bergerak menghampiri Taehyung.

"Permisi, Nek, aku sedang melukis, dan.. kau menghalangi pemandanganku" Ucap Taehyung hati-hati, takut Nenek itu tersinggung.

Bukannya menyingkir dari hadapan Taehyung, Nenek itu malah semakin tajam menatap Taehyung. Yang mendapat tatapan pun juga merasa risih.

"Apa yang kau inginkan dari ku, Nek?"

"Kau tampan."

Taehyung mengangkat kedua alisnya. "Ya, aku tau itu, terima kasih sudah menyadarinya, jadi tolong Nenek.. emm.. sedikit.. sshhh.." Tangannya memberi isyarat kepada Nenek itu untuk menyingkir.

"Kau harus berhati-hati."

"Apa maksud Nenek?" Tanya Taehyung menghentikan aktivitas melukisnya.

Nenek itu duduk di samping Taehyung, kemudian menoleh ke arahnya. "Nak, boleh aku melihat telapak tanganmu?"

"Kenapa? Apa kau akan meramalku?" Taehyung terkekeh "Lucu sekali, tapi aku tidak percaya hal-hal seperti itu" Jelas Taehyung.

"Ijinkan aku melihatnya, Nak" Nenek itu memohon kepada Taehyung.

Dengan wajah malas Taehyung menyerahkan telapak kanannya.

"Angka tujuh."

"Hah? Ada apa dengan angka tujuh?"

"Kau harus berhenti menyakiti hati orang lain, Nak, terutama yang berkaitan dengan angka tujuh, karena.." Nenek itu menggantungkan kalimatnya dengan matanya yang terpejam. "Aku melihat garis kematian disana."

Taehyung yang mendengarnya sontak menarik tangannya dari genggaman Nenek itu. "Nggak! Aku nggak percaya dengan hal-hal seperti itu!" dengan bergegas Taehyung membereskan semua alat lukisnya, termasuk kanvas yang hanya tergores oleh pensil.

"Asmara, kesengsaraan, kebahagiaan, dan juga kematian, ada pada angka itu, Nak" Taehyung menghentikan aktivitas membereskannya kemudian menoleh ke arah Nenek itu yang masih saja menatapnya.

"Dengar, Nek, Aku-" Taehyung menunjuk dirinya sendiri "Nggak percaya sama hal yang seperti itu! Nggak akan pernah! Karena yang berhak mencampuri jalan hidupku cuman aku dan yang menciptakan alam semesta! Bukan ramalan garis tangan dari orang tua sepertimu." Ucap Taehyung penuh penekanan.

Nenek itu mengangguk. "Nak.."

'Astaga masih berlanjut'

"Kau boleh menemuiku lagi disini setelah kau menemukan seseorang yang bisa menjauhkanmu dari angka kematian itu."

Taehyung menoleh setelah selesai membereskan semua barangnya. "Nggak akan pernah!"

"Jadikan dia milikmu dan cintai dia dengan tulus."

Taehyung melangkahkan kakinya pergi. Musim semi baru saja mulai, tapi moodnya sudah dibuat berantakan oleh Nenek itu.

'Angka Tujuh' Taehyung menggeleng- gelengkan kepalanya kasar. Mencoba menghilangkan ucapan Nenek itu yang tiba-tiba saja menghantui pikirannya.

"Tidak, tidak akan pernah! Aku tidak peduli!" Ucap Taehyung kemudian melajukan mobilnya.

***

Lanjut?

Atau enggak?

Boleh minta vote dan komentarnya? Hehe

Terima kasih. 💜

Mr. SEVEN [𝚝𝚊𝚎𝚔𝚘𝚘𝚔]Where stories live. Discover now