TOK TOK TOK
“Masuk.” Ucap Pak Arga datar diiringi pegangan pintu yang bergerak dan mulai manampakkan sosok Fani dengan seseorang, tapi tunggu dengan siapa ia bersama?
“Permisi, Pak.” Ijin Fani dan orang itu bersama. Orang itu ikut mendampingi Fani yang wajahnya sudah basah karena menangis sepanjang jalan ketika menuju ruangan Pak Arga tadi.
“Aira, kenapa kamu ikut juga keruangan saya?” Tanya Arga penuh tanda tanya.
#Flashback on#
“Fan, kamu dari mana aja sih, itu meja nomor dua puluh tiga sama tiga puluh dua complaint tuh, katanya makanannya ga sesuai sama yang mereka pesan. Kata mereka kamu yang layani, kok bisa, Fan?” Tanya Aira penuh tanda tanya. Fani menepuk jidat sambil menatap cemas kearah Aira.
“Astagfirullah, Ai. Aku tadi kebelet banget jadinya salah kasih pesanan. Terus gimana ini, Ai?” Jawab Fani. Aira berdecak heran ke arah Fani yang nampak gugup sedari tadi.
"Udah aku handle, abisnya aku cari kamu kemana-mana dari tadi ga ketemu. Karena Toni sama yang lain ga berani, yaudah aku coba minta maaf terus ganti makanan mereka.” Ucap Aira.
“Untungnya mereka memaafkan terus ga memperpanjang masalah ke asisten bos.” Sambung Aira menenangkan, lalu meninggalkan Fani ke meja pengunjung lainnya yang baru diisi oleh pengunjung baru.
“Fiuuh..Alhamdulillah. Untung aja bos nerima kamu kerja disini, Ai. Padahal waktu itu kamu masih bocah kelas sepuluh SMA, hehe.” Ucap Fani tenang seraya bersyukur sekembalinya Aira dari meja nomor dua belas itu sambil terkekeh pelan. Aira menggeleng dan menatap heran ke arah Fani.
“Apa hubungannya antara pesanan salah itu sama keterimanya aku di sini? Pake segala ngeledek lagi_- . Ada-ada aja nih Tante Fani.” Jawab Aira yang menekankan kata 'tante' lalu tertawa kecil sambil menyerahkan kertas berisi pesanan yang baru saja ia tulis ke meja pesanan yang sedang dijaga oleh Toni yang ikut tertawa.
“Enak aja tante-tante. Aku ini masih sembilan belas tahun mau dua puluh tau." Jawab Fani tak terima.
"Ya adalah hubungannya. Secara mereka bisa maafin dan ga memperpanjang masalah ini ke Pak Andre, karena kamu yang ke sana.” Sambungnya sambil terkekeh sendiri dengan kata-katanya. Aira mengerutkan dahi mendengarnya .
"Apa bedanya kalau aku yang minta maaf sama yang lainnya?" Tanya Aira heran.
“Mereka tuh bukan fokus ke permintamaafan kamu, tapi ke wajah cantik kamu, Ai.” Sambung Fani sekaligus menyenggol bahu Aira menggodanya.
“Tuh kan makin ngaco kamu, udah lah mending cepet tuh ke meja nomor tujuh baru ada pengunjung baru, daripada kena tegur Pak Andre.” Tutur Aira sambil membawa pesanan meja nomor dua belas . Fani jadi cemberut mendengarnya.
“Ah kamu mah, Ai. Niatnya aku yang mau godain kamu, malah kamu yang buat aku kesel. Huft.” Jawab Fani kesal sedikit berteriak karena Aira mengabaikannya.
“Ya lagian kamunya juga sih, Fan. Udah ni, anterin makanan meja nomor delapan, kali ini jangan sampai salah lagi.” Ucap Toni yang baru saja kembali dari dapur untuk menyerahkan ke pesanan itu ke Fani.
Fani langsung mengambil pesanan itu dan mulai melangkah menuju meja nomor delapan setelah itu ke meja nomor tujuh.
Aira, Fani dan yang lainnya melanjutkan aktivitas mereka sebelum kena tegur Pak Andre alias asisten bos yang galak itu.
#Flashback off#
Aira yang mendengarnya tersenyum dan langsung meminta ijin untuk duduk bersama Fani di kursi yang memang disediakan untuk karyawan atau tamu yang ingin bertemu dengan bosnya.
Setelah meminta ijin mereka langsung duduk tapi masih diam tak ada yang memulai pembicaraannya.
“Jadi Aira, silahkan jawab pertanyaan saya yang tadi.” Ucap Agra memulai pembicaraan yang sempat tertunda tadi sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi.
“Hmm. Jadi begini Pak, saat kejadian tadi siang, saya yang menggantikan Fani untuk menangani complaint pengunjung itu karena Fani sedang berada di dalam toilet. Semuanya sudah selesai, Pak. Mereka memaklumi dan kembali menikmati makanan yang kita ganti setelahnya. Karena itu, saya juga ikut menemani Fani di sini. Dan kalau Pak Agra mempermasalahkan makanan itu, saya juga ikut bertanggung jawab, Pak. Karena kalo dibuang mubazir, jadi saya berikan makanan itu ke petugas kebersihan yang biasa lewat di depan cafe kita, Pak. Saya mewakili diri saya dan Fani minta maaf atas kesalahan kami, Pak.” Jelas Aira sambil memegang bahu Fani yang masih menundukkan kepala. Agra menyimak dengan baik penjelasan Aira.
"Tidak, Pak. Itu salah saya karena saya yang gegabah. Kalau Pak Agra ingin menyalahkannya salahkan saya aja, Pak. Aira jangan." Timpa Fani yang tak mau Aira ikut disalahkan atas kesalahannya sambil mengangkat kepala.
“Saya tahu masalahnya sudah selesai dan terima kasih atas inisiatifmu, Ai. Dan saya tidak mempermasalahkan makanan itu, kamu telah melakukan hal yang tepat. Tapi, untuk Fani lain kali jangan menahan buang air kecil atau apapun itu terlalu lama. Kamu bisa coba minta di back-up in dulu sama yang lainnya agar tidak terjadi kesalahan seperti ini.” Ucap Agra dengan tenang tanpa ada tanda-tanda ingin memarahi apalagi memecat Fani.
“Terima kasih, Pak Arga. Dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan saya. Saya janji akan lebih hati-hati dalam melayani para pengunjung cafe. Sekali lagi terima kasih, Pak.” Jawab Fani dengan senyuman lebar yang menghiasi wajah yang mulai sembab itu.
Aira yang mendengarnya ikut merasa lega dan memang ia sudah yakin kalau bos nya ini akan bertindak bijak dalam menghadapi kesalahan para karyawannya.
“Kalau begitu kami pamit dulu, Pak. Terima kasih atas pengertiannya.” Ucap Aira dengan senyum manisnya sambil beranjak meninggalkan ruangan bos malaikatnya itu. Setelah dipersilakan keluar, mereka keluar dengan perasaan lega dan bersyukur.
Sepanjang jalan menuju tempat masing-masing Fani terus-terusan mengucapkan terima kasih kepada Aira yang ikut membantunya tadi saat di ruangan Pak Agra.
Aira membalasnya hanya dengan anggukan kepala dan mulai menarik Fani kedalam pelukannya untuk menguatkannya dan berkata agar kejadian itu dijadikan pengalaman yang tak akan pernah diulanginya lagi.
Tak lama kemudian adzan Isya berkumandang. Aira mulai melepaskan pelukannya dan seperti biasa Aira, Fani, Toni dan Bima yang lebih dulu menunaikan sholat Isya, ditambah dengan kehadiran Pak Agra yang entah dari kapan ikut berjalan bersama menuju masjid seperti maghrib tadi.
Setelah selesai mereka langsung kembali ke tempat mereka masing-masing setelah menyapa Pak Agra yang mulai masuk ke ruangannya.
Aira dan Fani mulai mencatat semua pesanan pengunjung cafe yang mulai ramai. Toni dan Bima kembali ke dapur untuk membuat pesanan pengunjung yang mulai membludak.
To be continued 😉
Berhubung hari ini adalah hari pertama puasa. Aku mau ngucapin Marhaban Ya Ramadhan dan selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menunaikannya🤗
DAN MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN 🙏🙏
Semoga ibadah puasa di tengah pandemi covid-19 ini menjadi ajang kita berbuat lebih banyak kebaikan dan kegiatan produktif lainnya serta ada hikmah yang bisa kita ambil ya gaes. SEMANGAT💪
MAAF KALO MASIH KURANG BAGI KALIAN. MASIH BANYAK SALAH-SALAHNYA. AUTHOR MASIH BELAJAR NULIS CERITA GAES. HEHE
BANTU AUTHOR DENGAN TULIS SARAN DAN KRITIK KALIAN DI KOLOM KOMENTAR YA🙏JANGAN LUPA UNTUK VOTE, COMMENT & SHARE CERITAKU SERTA FOLLOW AKUN WATTPAD & AKUN SOCIAL MEDIA KU LAINNYA YAA....SUPAYA AUTHOR MAKIN SEMANGAT LANJUTIN CERITANYA.
Thank u
24/4/20🖤HAPPY READING🖤
🌜nailaaraee @nai.zhrr🌛
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝑰𝑹𝑨 𝑫𝒆𝒂𝒏𝒏𝒂 𝑱𝒂𝒔𝒎𝒊𝒏𝒆
Teen Fiction"Alhamdulillah Bun, Aira dapet beasiswa-nya." Ucap Aira dengan ekspresi bersyukur setelah mengucap salam dan bersalaman dengan kedua orang tua dan kakaknya yang sedang berkumpul di ruang tengah ketika baru sampai di rumah. "Aira tahukan, Bunda sama...