Alarm tubuh Aira memaksanya untuk bangkit dari tidur singkatnya. Rasa-rasanya baru beberapa jam yang lalu ia memejamkan mata. Kali ini ia harus kembali dengan aktivitas nya, yaitu bekerja.
Hari ini akan menjadi hari super sibuknya selain tadi malam. Jika orang lain di jam segini masih memeluk bantal guling dan melanjutkan mimpinya sedangkan Aira harus bersiap-siap untuk sholat Shubuh lalu berangkat kerja.
Aira bangkit lalu mengambil handuk dengan langkah gontai ke kamar mandi nya. Semalam ia pulang kerja jam 10 malam jadi wajar saja jika ia masih mengantuk.
Ayah, Bunda dan Bang Arsha sangat kasihan dengan kondisi Aira seperti ini. Mereka juga sudah melarangnya namun Aira bersikeras meyakinkan mereka bahwa ia bisa.
#Flashback on#
Aira membuka kenop pintu dengan hati-hati sambil berjalan jinjit, takut membangunkan orang rumah.
"Baru pulang, Ai?" Sapa seseorang di seberang sana. Aira hafal sekali suara ini. Yap siapa lagi kalau bukan Ayahnya.
"I..iyaa, Yah." Jawab Aira gugup. Dirga menghela nafas berat mendengar nya. Ia bangkit dari sofa lalu menghampiri anak perempuan satu-satunya itu.
"Ayah kasihan melihat mu seperti ini, Ai. Kamu berhenti kerja aja ya, biar kamu ngga usah capek-capek pulang malam karena kerja di cafe. Ayah masih sanggup kok menghidupi kebutuhan keluarga kita." Ujar Dirga sambil memegang kedua bahu anaknya.
"Yah. Aku ngga apa-apa kok. Aku ngga terbebani sama sekali, aku anggap semua ini pengalaman hidup aku, Yah. Yaa sambil membantu Ayah dan Bunda sedikit-sedikit." Jawab Aira sambil memandang kedua mata Ayahnya. Hanya ada rasa kasih sayang di sana.
"Pokoknya kalau kamu sampai sakit, Ayah mau kamu berhenti aja ya? Lagian juga kan Ayah udah dibantu sama Bang Arsha." Ujar Dirga.
"Yaudah sekarang kamu istirahat, kalau mau makan di meja makan masih ada masakan Bunda. Kasihan Bunda tadi niatnya mau makan bareng kamu, lho." Lanjut Dirga.
"Iya, Aku minta maaf Yah karena ngga sempet makan malam bersama malam ini. Soalnya Aira tadi lembur dan udah makan. Insya Allah kalo Aira ngga lembur kita bisa makan malam bersama." Jawab Aira sambil merasa sedih.
"Bunda sama Bang Arsha kemana, Yah?" Tanya Aira sambil meletakkan sepatunya di tempatnya.
"Mereka udah pada tidur. Tadi mereka disini nungguin kamu, tapi Ayah suruh mereka istirahat soalnya kasian kan pasti mereka capek." Jawab Dirga sambil mengantarkan putrinya ke kamar.
"Ayah juga seharusnya ngga usah nungguin aku, pasti Ayah cape kan? Kan kalau malam Minggu kaya gini emang cafe rame, Yah. Jadi semua karyawan pasti lembur." Ujar Aira sambil membalas rangkulan Dirga.
"Ayah ngga cape kok, makanya Ayah nungguin putri kesayangannya Ayah." Jawab Dirga sambil menoel hidung Aira ketika di tangga terakhir menuju kamar Aira.
"Isshh..Ayah mah. Kayak Bang Arsha aja nii." Protes Aira. Dirga terkekeh geli mendengarnya.
"Yaudah, ni udah didepan kamar kamu. Kamu istirahat ya." Ucap Dirga sambil mencium kedua pipi anaknya.
"Issh...Ayah. Aku kan udah besar, masih di kasih cium pipi mulu. Malu tau kalo sampe Bang Arsha liat." Protes Aira dengan muka yang sudah bersemu merah sambil menoleh ke segala arah memastikan tidak ada Bang Arsha.
"Ngga apa-apa dong, kan sama anak sendiri. Lagian kamu itu masih Ayah anggap putri kecilnya Ayah." Jawab Dirga.
"Aaaah Ayah....jadi sedih nii Aira dengernya." Ucap Aira dengan mata berkaca-kaca.
"Cup cup cup, masa udah gede nangis. Nanti ketauan Bang Arsha diledekin emang mau?." Tanya Dirga sambil menahan tawanya.
"Isssh....Ayah kan yang bikin Aku gini." Jawab Aira sambil menahan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝑰𝑹𝑨 𝑫𝒆𝒂𝒏𝒏𝒂 𝑱𝒂𝒔𝒎𝒊𝒏𝒆
Teen Fiction"Alhamdulillah Bun, Aira dapet beasiswa-nya." Ucap Aira dengan ekspresi bersyukur setelah mengucap salam dan bersalaman dengan kedua orang tua dan kakaknya yang sedang berkumpul di ruang tengah ketika baru sampai di rumah. "Aira tahukan, Bunda sama...