Ketika kerapuhan merundung pilu. Ketika kabarmu tak kutemui bahkan seberkas saja dalam pencarian ini. Kau tahu aku tetap setia menunggu. Dibawah senja aku mengadu akan harap hadirmu yang selalu ku halu. Aku berkata demikian panjangnya pada senja. Lirihan rasa yang tak kuat menahan nestapa karena tak ada jumpa. Jangankan jumpa, bahkan berkabar saja kita tak ada. Seperti orang asing bukan? Ketika dulu kita sehangat rona senja, nyatanya kini kita bagaikan mentari disiang hari. Jauh, ada, namun tak nampak dan tak bisa lihat.
Sepertinya aku terus saja meraba, berharap hadirmu saat ini sekedar untuk berkabar. Aku rindu. Hanya itu yang aku ingin ucap kala ada kesempatan berjumpa denganmu.
Sore itu, ketika kita 'masih' bersama. Kau bercerita kala kau yang mengagumi gerhana, kau begitu terpesona akan sosoknya. Kemudian aku bertanya mengapa demikian? Kau jawab nanti aku akan menemukan jawabannya dengan seiringnya waktu. Tak ku pungkiri, senyum tulus itu membuatku tak henti terus mencintai sosokmu, walau jelas kini tak ada kabar tentangmu.
Jangan kembali ku mohon jika kau hanya sekedar ingin tahu keadaanku. Percayalah saat ini itu sama sekali tak kubutuhkan. Yang ku ingin hanya kamu. Untuk bersama dalam jalan Ridha Nya. Kumohon yang kemarin jadikanlah sebagai akhir dari luka yang kembali kau buka. Aku tak kuat jika kedatanganmu hanya untuk pergi kembali. Tibalah, tapi kumohon untuk selamanya.
Bukan seperti kemarin, kau pergi lalu kembali. Aku kira kau akan setia menemani, yang kemarin kau jadikan sandaran bahwa kaupun perih ketika tak bersamaku. Nyatanya aku salah alibi, semua hanya tentang aku yang merindu sosokmu yang entah pada siapa hati itu bertambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
serpih rasa
PoetryTinggalkan aku bersama kenangan itu, dibawah senja dalam peraduannya. Karena nyatanya malam buatku lebih nyaman, setelah kemarin senja buatku terpana. Celoteh hati Rtna Hana ❤