prologue

20 10 0
                                    


Matahari sudah hilang sejak tiga puluh menit yang lalu di gantikan dengan Bulan yang kini menunjukkan pesonanya pada alam semesta.
Walau malam sudah menyapa bumi, itu tak dapat membuat orang-orang untuk berhenti dari aktivitasnya.

Sama halnya dengan Quila yang masih setia duduk di halte bus menunggu seseorang menjemputnya. Ia sudah bosan menunggu orang itu. Ingin rasanya ia pergi saja namun jika ia pergi meninggalkan halte ini ia tak tahu harus kemana tujuannya.

Rintikan hujan sudah mulai berjatuhan di jalanan dan tak butuh waktu lama rintikan hujan berganti dengan derasnya air yang jatuh dari langit menuju bumi yang tak pernah lelah ini.

Quila memeluk dirinya sendiri kala dingin malam bersatu dengan dinginnya hujan menerpa kulitnya yang hanya menggunakan kaus berlengan pendek itu. Air hujan sudah mulai memasuki area halte yang hanya diisi oleh dirinya sendiri. Tak ada orang lain selain dirinya, bahkan nyamuk yang biasanya akan beraksi pada malam hari pun tak ada menampakkan wujudnya.

Entah yang ke berapa kalinya Quila menghela nafasnya. Ia bisa mati kebosanan dan juga kedinginan jika orang itu tak segera datang. Bajunya sudah hampir basah semua karena cipratan air hujan yang mengenai dirinya dan juga rambutnya yang sudah lepek karena air hujan.

Tak lama ia mendengar suara deru motor yang berhenti tepat di depannya. Laki-laki yang menggunakan jaket kulit hitam yang membungkus tubuhnya tengah berjalan kearahnya. Tanpa bertanya pada Quila laki-laki itu segera mendudukkan dirinya di samping perempuan yang sedang memeluk tubuhnya itu. Quila menoleh untuk melihat siapa laki-laki yang tengah duduk tepat disebelah nya. Ketika ia menoleh kearah laki-laki itu, ternyata laki-laki itu lebih dulu melihat kearahnya. Ia melihat perempuan yang menggunakan baju putih berlengan pendek sedang memeluk tubuhnya yang kedinginan.

Tiba-tiba laki-laki itu berdiri untuk membuka jaketnya lalu melempar kearah Quila yang menatapnya bingung. Laki-laki yang sepertinya paham dengan tatapan perempuan itu pantas berkata. "Baju lo nembus," ucap laki-laki itu tanpa melihat kearah Quila.

Sontak Quila menutupinya dengan kedua tangan yang menyilang di depan dada. "Kurang ajar!!"

Dengan cepat Quila memakaikan jaket  laki-laki itu di tubuhnya. Walupun jaket itu kebesaran untuknya namun ia tak peduli yang penting ia bisa melindungi dirinya dari kedinginan maupun laki-laki disampingnya. "Makasih." Quila berucap sambil mengeratkan jaket pada tubuhnya.

Bukannya menjawab laki-laki itu malah beranjak pergi. Namun ia belum benar-benar pergi, ia membalikkan badannya untuk melihat kearah Quila. "Lo masih punya utang sama gue."

Setelah itu baru lah ia menaiki motonya tak peduli dengan hujan yang akan membasahi tubuhnya. Quila dengan cepat membangkitkan dirinya setalah tiga puluh menit lamanya ia duduk. "Nama lo siapa?" Tanya Quila sedikit berteriak.

Laki-laki itu tak menjawab ia hanya mengangkat tangannya untuk menunjukkan Tatto bergambar bulan dan matahari yang tepat berada diantara lekukan sikunya.

Quila mengernyit tak mengerti namun sebelum ia bertanya lebih banyak laki-laki itu dengan cepat menjalankan motornya meninggalkan Quila sendirian di halte. Tiba-tiba lampu sorot mobil menyilaukan matanya. Quila menutup matanya kala lampu itu semakin terang tak lama keluar lah laki-laki dengan payung ditangannya menghampiri Quila.
"Maaf aku terlambat." Ucap laki-laki itu ketika tepat dide Quila.

"Iya," jawab Quila pelan. Laki-laki itu menuntun Quila untuk masuk kedalam mobil Jaguar F-type nya. Setelah dipastikan Quila masuk kedalam mobil barulah laki-laki itu menuju ke tempat kemudinya dan mereka berdua pergi meninggalkan halte itu.

TBC
.
.
.
Selamat menunaikan ibadah puasa
Pertamanya teman-teman.
.
.
.
Ini adalah cerita kedua ku dikala kegabutan melanda.
Semoga suka sama prolog nya:)

24-4-20







Soleil lune(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang