2. Soleil lune

6 3 0
                                    

Setiap pertemuan selalu penuh dengan
Rahasia yang mengisyaratkan suka tapi masih menerka-nerka.

***

Sebulan kemudian...

Quila memeluk Nata erat begitu juga dengan Nata yang membalasnya tak kalah erat. Quila menenggelamkan wajahnya pada dada Nata yang lebar dan Nata dengan sigap mengusap-usap kepala Quila lembut.

Nata menarik tubuhnya agar bisa merenggangkan pelukan Quila. "Kamu hati-hati ya," ucap Nata mengelus pipi Quila pelan.

"Iya," jawab Quila. "Kamu juga, jangan lupa kabarin aku kalau kamu udah sampai di sana."

"Pasti." Nata menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu aku langsung ke pesawat ya, kamu jangan lupa makan." Kata Nata memeluk Quila sebelum ia meninggalkan perempuan itu sendiri lagi.

Quila mengangguk dan ia pun membalas pelukan hangat Nata untuk yang terakhir kalinya sebelum laki-laki itu pergi. Setelah pelukan itu lepas Quila melihat Nata yang berjalan menjauhinya dengan tatapan yang ia sendiri tak tahu tatapan apa itu. Ketika Nata sudah benar-benar menghilang dari pandangannya barulah ia meninggalkan bandara ini dan menuju kembali ke rumahnya.

Sesampainya di rumah ia langsung menuju kamarnya untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Memainkan ponselnya guna menghilangkan suntuk yang menyerangnya. Ketika sedang memainkan ponselnya, suara notifikasi pesan masuk kedalam ponselnya. Tanpa menunggu lagi ia membuka pesan itu.

SMS....

Della: Lo dimana?

Quila: di rumah, Kenapa?

Della: hari sabtu lo sibuk nggak?

Quila: kayaknya enggak deh.

Della: Gotcha! Temenin gue ke pestanya Doni ya?

Quila: enggak dulu deh, kamu pergi sendiri aja.

Della: yah:( kok gitu sih?

Della: plisss temenin gue ya, masa iya lo tega ngebiarin gue pergi sendiri:(

Quila: aku takutnya Nata nggak izinin Del.

Della: ASTAGAAA!

Della: Lo kan tahu mereka saling kenal nggak mungkin dia nggak izinin lo.

Della: ya udah gini aja, gue yang minta izin ke Nata buat kasih izin sama lo.

Quila: eh jangan, biar aku sendiri yang bilang.

Della: nah, gitu dong.

Della: gue tunggu lo hari sabtu jam tujuh malam ya.

Quila: :)

Setelah mengetik itu mereka tak lagi saling mengirim pesan. Quila membangunkan tubuhnya yang awalnya berbaring menjadi duduk. Ia berjalan kearah rak bukunya yang berada di sudut ruangan kamarnya. Quila mengangkat tangannya untuk mengambil salah satu buku yang akan ia baca untuk menemaninya di saat bosan melandanya.
Hari masih siang namun ia sudah bosan jadi ia berharap dengan membaca buku bisa menghilangkan kebosanannya.

Pilihannya jatuh pada novel Origin karya
Dan Brown yang merupakan salah satu pengarang yang masuk kedalam list pengarang favoritnya. Ia sudah mulai membaca sejak semenit yang lalu dan dalam sekejap Quila sudah larut di dalam cerita.

Buku setebal lima ratus tujuh halaman itu berhasil ia baca dalam waktu satu jam dua puluh menit. Ia merenggangkan otot-ototnya yang sedikit kaku karena terlalu lama berdiam diri tanpa melakukan pergerakan. Quila membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Memainkan handphone sambil melihat-lihat isi Explorer dari sosial media yang ia punya. Waktu masih pukul 12:35 dan ia bingung harus melakukan apa lagi. Jadi karena Quila tak tahu harus melakukan apa, akhirnya ia memutuskan untuk ke dapur saja. Menyiapkan makan siang untuk dirinya sendiri.

Soleil lune(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang