Redamancy~03

1.3K 68 0
                                    

Adelio tersenyum dengan penuh kekaguman saat melihat Lucia yang sedang menuruni tangga dari kediamannya yang menghubungkan lantai atas dengan lantai bawah.

Disaat Lucia telah berada di ujung tangga dengan gesit Adelio maju mendekat dan mengulurkan tangannya sebagai bagian bagi Lucia dan itu tidak ditolak.

Lucia tidak bisa berhenti bersemu malu saat Adelio terus menatapnya dengan senyuman indah yang di milikinya bersamaan dengan tangan besar yang menggenggam lembut telapak tangan mungil miliknya.

Saat mereka telah tiba di depan meja makan kembali dengan lembut pria bermata biru tersebut menarikannya kursi dan mempersilahkannya duduk. Benar - benar menghormati Lucia yang bukan lagi seorang bangsawan.

Sementara Lucia sibuk mengatur degup jantung miliknya, Adelio kemudian kembali berjalan menuju kursinya yang tepat berada di ujung meja sama sepertinya sehingga mereka kembali di pisahkan oleh jarak meja yang begitu besar.

Jujur saja Lucia tidak pernah berada dalam keadaan ini, dimana dirinya sedang bersip menikmati jamuan makan malam bersama seorang pria yang tidak dikenalinya terlebih hanya mereka berdua. Sebagai seorang puteri bangsawan yang membawa nama besar dari keluarganya yaitu Tralio, Lucia harus bisa menjga sikap dan perilaku miliknya sehingga kurang pantas bila dirinya harus bersama seorang pria yang tidak dikenali oleh keluarganya.

Tetapi, sekarang berbeda. Dirinya tidak lagi mempunyai banyak waktu untuk memperhatikan tingkah lakunya hanya untuk menjaga nama besar mendiang ayahnya. Tujuannya hanya satu menghancurkan Fhilip bangsawan Lorenzo.

Secara teratur dan dengan tertata baik para pelayan perempuan datang dan mulai menyajikan makanan yang berada di atas meja dalam jumlah besar untuk memenuhi keseluruhan meja makan tersebut, layaknya sebuah pesta sedang di rayakan meskipun sebenarnya hanya ada 2 tubuh pasang manusia yang akan menyantapnya.

"Duchess. Maaf saya tidak tahu pasti makanan kesukaan anda, Jadi saya memilih untuk menyajikan saja semua makanan dan berharap bahwa anda akan menyukainya." Suara itu mengalun lembut dan penuh keramahan kedalam telinga Lucia, membuat Lucia yang sibuk menatap para pelayan kini mengalihkan atensinya pada pemilik mata biru di depan sana.

Entah kenapa panggilan Duchess untuknya terasa begitu canggung di rasakan Lucia, mengingat bahwa pria ini pasti tahu jika dirinya hukan lagi seorang bangsawan.

Berdehem pelan Lucia mencoba menjawab setenang mungkin, tidak menunjukan kegugupannya karena sepasang mata biru tersebut masih saja terus menatapnya "Tidak apa. Ini sudah sangat cukup. Saya sangat menghargainya Duke."

Adelio yang mendengar suara perempuan di depannya untuk yang kedua kalinya hanya tersenyum, sebelum mulai mengangkat sebelah tangannya dengan maksud mempersilahkan tamunya itu mulai menyantap hidangan saat seluruh pelayan telah selesai.

"Silahkan." Disaat itu juga Lucia mulai menggenggam sendok dan pisau kecil yang disediakan untuknya dengan sedikit ragu - ragu. Tetapi, tidak bisa menutupi bahwa perutnya sudah sangat lapar meminta makanan. Hari ini Lucia telah menghabiskan banyak tenaga hanya untuk percobaan yang sia - sia atau tepatnya tidak membuahkan hasil.

Sesekali tatapan Adelio dan Lucia kembali bertemu disaat mereka sedang menyantap makanan, tetapi pria di ujung sana itu hanya tersenyum menanggapi bersikap sangat ramah pada Lucia yang langsung saja membuang tatapannya. Hingga Lucia sendiri mulai terbiasa dan fokus untuk menyantap berbagai hidangan yang menggiurkan untuk di cecap oleh lidahnya.

Rasa makanan ini seolah - olah sudah bertahun - tahun lalu tidak di santapnya padahal baru 2 hari yang lalu lidah niliknya itu masih mendapatkan kesempatan sebelum kehancuran datang menghampiri keluarganya.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang