Selamat berpuasa guys, daripada bosan di rumah. Mending mampir baca Hujan, siapa tau bisa menghibur.
Komennya guys, typo komen ya.
Jangan lupa bintangnya, gak bayar lo."Mau kemana, hm?" tanya laki-laki yang sedang mengejar gadisnya dibawah rintikan hujan.
"Kamu gak bakalan dapat lari dari aku, Sayang." Laki-laki itu terus mengejar gadis yang sedang berlari.
"Hahaha ... kasihan kakak gak bisa ngejar aku." Gadis itu berlari dengan posisi tubuhnya menghadap laki-laki yang sedang mengejarnya dengan menjulurkan lidah mengejek laki-laki tersebut.
Dia kembali membenarkan posisinya dan terus berlari di bawah rintikan hujan yang melanda kota itu.
Yah,dia adalah Amanda yang sering dipanggil Manda oleh keluarga dan orang di sekitarnya. Dengan seorang laki-laki yang sekarang berperan sebagai kekasihnya ,Fauzan.
"Awas, ya. Kalau kakak bisa nangkap kamu gak bakalan kaka lepasin." Fauzan menyeringai dengan langkahnya semakin lebar.
Dia mengejar gadisnya yang mulai kelelahan. Bisa dilihat dari caranya berlari yang kian lama kian melambat.
Bruk.
Fauzan terkejut saat melihat Manda gadisnya terduduk di atas tanah dengan memegang lututnya.
Fauzan segera berlari ke tempat gadisnya dan berjongkok.
"Kok bisa jatuh sih, Manda." Laki-laki itu menatap kekasihnya tidak suka.
"Kakak gak suka, ya. Lihat kamu kek gini, ini berbahaya tau gak sih." Manda hanya menunduk.
Dia tau dirinya tidak akan sanggup melihat Fauzan yang marah saat dirinya tidak bisa menjaga diri sendiri.
Fauzan seperti itu bukan karena dia tidak sayang, tapi sayang itu lah yang membuat dirinya tidak mau melihat kekasihnya terluka.
"Maafin, Manda kak. Tiba-tiba aja kaki Manda lemah," ucap Manda mendongak perlahan.
"Hmm ... yaudah. Lain kali hati-hati," ucap Fauzan membantu Manda berdiri.
"Kak, kita duduk di sana aja yuk." Ajak Manda yang diangguki Fauzan.
"Masih sakit gak?" tanya Fauzan saat mereka duduk sambil berteduh.
"Udah gak, kak." Fauzan tersenyum.
Mereka terdiam, menikmati langit yang kian gelap. Serta hujan yang belum kian berhenti.
Manda, diam-diam menatap laki-laki yang sudah berapa lama menamainya. Laki-laki yang selalu ada bersamanya, yang menerima dia apa adanya. Laki-laki yang selalu memberikan perhatian lebih kepadanya, serta yang pernah berjanji selalu ada untuknya.
Manda ,selalu berharap semua ucapan Fauzan tidak akan pernah hilang. Dan semua sikapnya akan tetap seperti ini.
"Kenapa natap aku segitunya, hm?" tanya Fauzan menautkan alisnya.
Manda yang mendengar itu, segera memalingkan wajahnya yang kini bersemu merah. Panas menjalar seketika, membuat dia tidak sanggup menatap Fauzan yang tersenyum."Uluh ... uluh, itu pipinya kenapa? Ayo kenapa," ucap Fauzan tertawa.
Dia sudah tidak dapat lagi menahan tawanya, sifat malu Manda membuat dia ingin mencubit pipinya yang chubby lalu menciumnya.
"Apaan sih kak? Gak jelas amat," ucap Manda tanpa melihat ke arah Fauzan."Gak boleh ngomong tanpa lihat ke orang yang di ajak ngomong. Gak sopan," ucap Fauzan menangkup wajah gadisnya.
"Kakak ... aku malu," rengek Manda yang sudah terbiasa terjadi ketika dia bersama Fauzan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiupan Angin
KurzgeschichtenTidak ada yang bisa menghalangi kita selagi ingin mencapai kemauan diri sendiri. Menulis adalah hal yang mudah saat dilihat dari luar, dan dua adalah hal yang sulit apabila kita sudah berperang di dalamnya. Menyalurkan berbagai ide dalam rangkaian...