SEMUR JENGKOL MASAKAN AYAH

43 16 1
                                    

Votenya kak, komentar nya.
_____________

"Ayah ... ini jengkolnya," ucap seorang gadis kecil setengah berteriak.

Norman yang melihat gadisnya tersenyum manis, anaknya itu begitu cantik persis seperti ibunya. Tapi sayang ibunya telah pergi untuk selamanya, saat melahirkan gadisnya itu.

"Wah ... wah. Anak ayah bawak jengkol," ucap Norman mengambil alih kantong kresek yang isinya jengkol.

"Iya, yah. Kata paman, besok kalau ayah mau. Datang aja," ucap gadis kecil itu begitu bersemangat.

"Yaudah, kamu masuk sekarang dan mandi. Bentar lagi udh mau buka lo, ayah mau masak dulu." gadis itu mengangguk patuh.

Norman adalah seorang laki-laki yang berperan sebagai ayah serta ibu buat anaknya Lela. Semenjak kepergian almarhumah istrinya. Dia harus melakukan pekerjaan rumah, mau menyuruh anaknya tidak mungkin. Gadisnya itu masih terlalu kecil.

Norman menyajikan berbagai menu sederhana, seperti sumur jengkol yang tidak pernah luput setiap harinya, ikan asin, sayir kangkung hasil panennya, dan sambal terasi.

"Lela ... bantuin ayah cuci gelas ini sebentar," panggil Norman pada anaknya.

"Bentar, yah."

Tak lama, Lela datang dengan baju kurungnya yang terlihat sudah usang. Tapi tampak cantik saat dipakai oleh gadis kecil tersebut.
"Ini, yah. Ayah udah selesai masak sumur jengkolnya?" tanya Lela sambil memberikan gelas pada ayahnya.

"Udah, kok. Kamu duduk aja dulu, lima menit lagi kita buka." Lela hanya mengangguk.

Norman dan Lela tampal duduk bersama sambil menunggu waktu berbuka. Mereka tampak asik bercanda, kelihatan dari wajah Lela yang sangat bahagia.

"Ayah, kalau ibu ada . Siapa yang masakan ayah jengkol?" tanya Lela.

Norman mengelus puncak kepala anaknya dengan sayang.

"Kalau ibu dulu ada, dia yang masakin semuanya."

"Jadi Lela harus belajar masak yah, biar bisa kayak ibu."

"Iya, nanti ayah ajarin."

"Yeay ... makasih ayah." teriak Lela begitu bersemangat.

"Eh ... gak boleh teriak-teriak. Yaudah yok buka," ucap Norman saat mendengar seruan buka dari masjid yang tidak jauh dari rumahnya.

"Hehehe  ... iya yah. Yok yah, Lela laper banget." Lela tampak meminum dan memakan makanan yang dimasakan oleh ayahnya dengan lahap.

Selesai berbuka mereka langsung melaksanakan sholat maghrib, dan dilanjutkan dengan mengajar Lela membaca Al-Quran. Lela begitu bersemangat dalam mengaji. Baginya dengan dia mengaji bisa membawa ayah dan ibunya ke surga kelak. Dia hanya ingin bertemu dengan ibunya, yang tidak sekalipun dia pernah melihatnya . Menurut cerita ayahnya, ibunya adalah sosok wanita yang kuat, sederhana, berparas sangat cantik, serta soleha.

"Anak ayah, pinter ngajinya. Ayah bangga," ucap Norman mencium Lela lama.

"Kan ayah, yang ngajarin." Norman mengangguk, tak terasa air matanya luruh begitu saja tanpa permisi.

"Ayah, kenapa? Kok nangis, Lela ada salah ya?" tanya Lela mendekati ayahnya.

"Gak, kok sayang. Ayah terharu, jika ibu masih bersama kita mungkin dia juga bangga melihat Lela. Ayah sayang banget sama Lela," ucap Norman.

"Lela juga sayang sama ayah dan ibu," ucap Lela menghapus ari mata ayahnya menggunakan tangan mungilnya.

"Lela ...," panggil Norman membuat anaknya menatapnya lekat.

"Iya," ucap Lela.

"Dengerin ayah baik-baik. Jika, ayah sudah tidak lagi bersama Lela. Lela, harus berjanji sama ayah untuk tetap menjaga sholat serta mengaji, kalau perlu Lela mengajar anak-anak untuk mengaji. Kamu harus tetap taat atas perintah yang maha Kuasa sayang," ucap Norman sendu.

"Pasti ayah, tapi ... ayah mau kemana? Ayah mau pergi kerja ya?" tanya Lela polos.

Norman hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Dia tidak tau harus bagaimana menjelaskan pada anaknya.

"Siap-siap gih, kita terawih."

"Oke, ayah."
Jaml sudah menunjukkan pukul 9 malam, kedua manusia ini baru saja memasuki rumah mereka setelah usai melaksanakan sholat terawih dimasjid. Sang ayah tampak sibuk membersihkan kangkung buat sahurnya nanti. Sedangkan Lela sibuk membaca buku sekolahnya.

"Lela, udah tidur sana. Nanti kamu susah mau bangun sahurnya," ucap Norman saat melihat anaknya masih terjaga.

"Bentar lagi, yah."

"Lela ...."

"Hehe ... iya yah, Lela tidur. Dah ayah," ucap Lela.

Norman tanpa mengusap wajahnya yang dibanjiri keringat, tidak tau entah kenapa badannya merasa kurang enak . Dia membasuh tangan dan meletakkan sayur yang dibersihnya didapur. Ia mengambil posisi berbaring di samping anaknya. Dia mengecup wajahnya singkat dan mulai memejamkan mata.

Suara orang membangunkan sahur begitu riuh, mambuat gadis kecil yang sedang terlelap itu terbangun. Dia melihat ke arah ayahnya yang masih terpejam. Tidak biasa, ayahnya masih tidur.

"Ayah bangun ayah," ucapnya mengguncang tubuh ayahnya yang dingin.
"Ayah ...."

Saat tidak mendapat apapun, Lela duduk mendekati ayahnya. Dia meletakkan tangannya dihidung ayahnya.

"Ayah, ayah kok gak bernafas. Ayah main-main sama Lela ya," ucap Lela polos.

Seorang perempuan cantik mengusap air matanya dan disampingnya sudah ada lelaki yang mengusap punggungnya. Perempuan itu adalah Lela dan suaminya, semenjak kejadian itu dia dirawat oleh tetangganya. Hingga dia sekolah sampai mempunyai keluarga sendiri.

"Gak boleh terlalu berlarut dek, ikhlasin." Laki-laki itu tampak begitu sabar menunggu istrinya yang menangis.

Tangan Lela gemetar, dan kresek yang dipegangnya jatuh begitu saja.
Andri suaminya Lela sangat memahami istrinya, entah kenapa setiap istrinya melihat jengkol pasti dia akan menangis.

"Adek, rindu ayah." Lela menangis di dalam pelukan  Andri.

"Kamu harus kuat, ingat sekarang kamu adalah tanggung jawab abang. Jangan menangis seperti ini," ucap Andri mengusap air mata yang terpampang jelas dikedua bola mata Lela.

Lela hanya mengangguk dan kembali memeluk suaminya, sekarang hidupnya hanya untuk mengabdi pada sangat suami. Suaminya adalah sosok pengganti sangat ayah yang sudah lama pergi.

Selamat sore dan menunggu berbuka😍
28April2020

Tiupan AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang