2.

22 4 0
                                    

Dengan perlahan aku menuruni satu demi satu anak tangga menuju ruang makan bangsawan.
Aku hanya makan bersama sang raja, ayahku. Karena ibuku dikabarkan meninggal beberapa hari setelah melahirkanku.

Jika ditanya ini adalah suasana yang amat sangat canggung bagiku.
Batinku berdebat, haruskah aku mengatakan yang sebenarnya dan apakah ayah akan percaya padaku?
Aku terus menatap sang raja yang sedang fokus melahap makanannya, berharap ayah membubarkan para pelayan untuk sementara dan bercakap-cakap denganku berdua saja.

Dan untuk kesekian kalinya aku gagal  berbincang-bincang dengan raja,
makanan yang berada dihadapanya belum ia habiskan namun dia sudah dipanggil lagi untuk urusan kebangsawanan.
Ia pergi bersama tangan kanannya yang baru, pemimpin prajurit terpercaya Hegro.
Dia memiliki tatapan yang cukup pedas, terlebih lagi jika ia menatapku, ia juga selalu berjalan dibelakang sang raja. Dari keluhan pasukan dibawahnya, kepemimpinan Hegro sangat kejam.
Itulah yang membuatnya berbeda dengan Ronin.

"Izin masuk yang mulia". Pinta Haski.

Aku hanya membalas dengan anggukan kepala sembari menyeruput teh olong yang hangat.

"Tunggu, bukan kah sudah kusuruh kau untuk--" .

Aku baru sadar kenapa haski tidak menunggu ku di jalan keluar rahasia.

"Tidak aman bagi mu untuk berjalan sendirian ke--". Ucapan Haski terhenti,

Ia menatap ke para pelayan memberikan isyarat agar membiarkannya berbicara 4 mata denganku.
Para pelayan yang menyadari akan hal itu bergegas pergi dengan wajah yang penuh dengan kecanggungan

"Biar kuulang, tidak aman bagimu untuk berjalan kesana yang mulia. Terlalu berbahaya!". Ucapnya dengan wajah yang sangat khawatir.

"Apakah kau pengawal ku?".
Tanyaku dengan sangat tegas, hingga aku refleks berdiri di hadapan nya.

"I..iya tapi Revita--".

"Shhtt..jika kau pengawalku seharusnya kau tidak takut terhadap apapun.
Kenapa? Karena apapun yang akan terjadi kau harus siap! dan jangan pernah berkata bahwa aku ini beban. Aku sudah dilatih sebagai srikandi istana ini.
pakai jubahmu kita pergi tanpa sepengetahuan siapapun".

Kemudian aku menarik pedang di pinggangnya untuk yang kedua kali.
"Jadilah pria yang lebih tegas seperti ayah mu!".

Aku melangkah pergi dan memberikan pedang miliknya itu dengan didorongkan kebagian dadanya,hingga ia mundur 1 langkah.
Disitu Haski hanya bisa diam tak berkutik, akhirnya ia memutuskan untuk mengikutiku dibelakang dengan jalannya yang tegap.

Aku menyuruh Haski untuk diam dibalkon kamar, karena aku ingin mengganti bajuku yang awalnya sebuah gaun kerajaan menjadi baju layaknya assasin.

"Haski! Pakai jubah mu!". Perintah ku.

"Hmmmm.."
Dia menjawab layaknya teman bukan prajurit.

Kamipun keluar dari kerajaan melalui pintu kecil yang berada dikamarku.

"Ini adalah pintu jalan rahasia yang di pinta oleh sang ratu,tanpa sepengetahuan raja".
Ucap Bibi Hazell, seorang pelayan yang dipercaya Ibuku.

Ibu memudahkanku untuk pergi kemana saja bersama Haski, tentunya untuk memberantas para kriminal tidak berguna. Aku merasa seperti memang sudah ditakdirkan untuk itu.

Aku dan Haski mengenakan jubah dengan warna yang sama, yaitu biru dongker. Kami berjalan di tiap atap  rumah warga yang berada disekeliling kerajaan.
Memantau dan memperkirakan apakah tindakan kriminal terjadi disana.

Ahh, dugaanku benar.
Haski melihat ada kejahatan yang sedang berlangsung dijalan tikus. Aku melihat ada seseorang yang sedang di sakiti oleh beberapa kalangan pria dewasa, mereka membawa benda tumpul untuk menyakiti orang tersebut.

BetrayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang