Kadang kamu harus meneladani matahari, ia cinta pada bumi tapi ia mengerti, mendekat pada sang kekasih justru membinasakan.
-Salim A. Fillah-
Hari berlalu begitu cepat, tak terasa Laila sudah memasuki kelas 12 semester akhir dan sedang sibuk-sibuknya dengan tryout untuk menghadapi ujian nasional.
Sekarang Laila dan ketiga sahabatnya sedang menikmati bekal mereka di pendopo belakang sekolah.
Istirahat pertama sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu.
"Yeay makann yuhuuu" Naila berteriak sambil mengangkat bekalnya tinggi-tinggi ke udara.
"Naila, berisik banget si gendang telinga aku sampe mau pecah dengernya" ucap Fani sambil membuka kotak bekal di hadapannya.
"Lebay banget si kamu Fani, suara aku merdu gini" balas Naila ikut membuka kotak bekal miliknya.
"Hus udah ah cepet makan" Hanum melerai Fani dan Naila.
"Tau ni Fani malah ngajak aku berantem wuu" sewot Naila.
"Siapa yang ngajak ber.. hmphh hehahimn hmph" Fani hendak membalas perkataan Naila, namun dengan cepat Laila membekap mulut Fani.
"Hihihi maaf-maaf" Laila menarik tangannya dari mulut Fani melihat mata Fani yang melotot ke arahnya.
"Hwaa Laila bibir aku luntur dah ini ya Allah lupa bawa kaca lagi" Fani menatap garang wajah Laila.
"Hahahaa Fani Fani hahaha aduhh sakit perut" Naila dengan puas tertawa sambil menunjuk-nunjuk wajah Fani.
"Hihihi ya Allah Fanii ih perut aku geli" Laila juga ikut tertawa pelan sambil menutup mulutnya.
"Tau nih Fani hihihi" ujar Hanum ikut tertawa.
"Kalian kenapa sih? seneng banget liat aku di jailin" Fani membrengut kesal.
"Aduh Astaghfirullah tahan Laila engga boleh ketawa hmph" Laila membekap mulutnya sendiri menahan tawanya.
"Kamu engga sadar ucapan kamu tadi apa Fan?" tanya Laila setelah tawanya reda.
"Iyaa haha aduh" Naila menatap Fani geli.
"Apa? emang aku bilang apa?" Fani bertanya serius.
"Kamu bilang bibir kamu luntur" Hanum menjawab pertanyaan Fani.
"Emang iya?" Fani memastikan.
"Iyaa, coba bayangin aja kalau bibir kamu beneran luntur hihihihi" Laila kembali tertawa pelan karena merasa geli dengan kata-katanya.
"IYAA!! BIBIR KAMU YANG LUNTUR BUKAN LIPLIPNYA HAHAHAA" Naila berucap keras dan kembali tertawa terbahak-bahak.
"Aku ngomong gitu? malu banget aduhh" Fani memukul pelan bibirnya sambil sesekali tertawa karena malu.
"Huss udah udah" Hanum mulai memakan bekal miliknya.
"Astaghfirullah, udah udah engga baik tertawa terlalu banyak" Laila ber-istighfar.
"Oiya Astaghfirullah, lagian kamu kan pake lipmate Fani, gaakan luntur hihi" Naila mulai meredakan tawanya."Oh iya ya hehee udah yuk ah makan" Fani menyengir lalu memakan nasi goreng dari kotak bekalnya.
Mereka mulai memakan makanan yang mereka bawa dari rumah masing-masing.
"Oh iya aku mau ngasih ini untuk Pak Salim" Laila mengangkat kotak makan yang dibawanya dari rumah khusus untuk satpam yang selalu menjaga pagar belakang sekolah.
"Nanti aja La, abisin dulu makanannya" ucap Hanum.
"Iya, sebentar doang kok cuma ngasih ini" Laila beranjak dari duduknya, berjalan meninggalkan pendopo menuju pos satpam yang ada di dekat taman belakang sekolah.
Laila sudah sampai di pos satpam.
"Assalamu'alaikum" Laila melongok ke dalam pos karena tidak melihat Pak Salim duduk di bangku yang biasa Ia duduki.
"Wa'alaikumussalam" Pak Salim keluar dari dalam pos.
"Eh Ade, ada apa nih?""Ini Pak, cuma mau ngasih ini" Laila menyerahkan kotak makanan pada Pak Salim.
"Wah Alhamdulillah ya Allah, makasih banyak ya Ade" Pak Salim menerima kotak makanan dari tangan Laila.
"Kok tumben Ade yang kesini, biasanya Abang" lanjutnya bertanya pada Laila.
"Iya Pak, Abang engga masuk sekolah, lagi sakit"
"Ohh pantas saja, yasudah atuh makasih banyak ya Ade, tolong sampaikan salam saya ke Abang, semoga lekas sembuh"
"Iya Pak sama sama, baik Pak nanti Laila sampaikan ke Abang yaa" Pak Salim mengangguk sambil tersenyum.
"Kalau gitu Laila duluan ya Pak, Assalamu'alaikum" Laila bergegas meninggalkan pos satpam.
Laila berjalan melewati taman belakang sekolah.
Ah iya sekalian nyiram si kuning aja deh. Laila melangkah riang mengambil alat menyiram tanaman lalu mengisinya dengan air.
Laila masih asik menyirami tanaman bunga matahari miliknya, Ia juga menyirami tanaman milik siswa lain di sekitarnya.
Ia menolehkan kepalanya ke belakang karena mendengar percakapan yang Ia dengar tidak terlalu jelas.
Rafael, dia ngapain sama Pak Salim?. Tanya Laila membatin.
Ia melihat Rafael berdiri di hadapan Pak Salim yang sedang memegang paperbag di tangannya.
Rafael menolehkan kepalanya dan bertemu pandang dengan Laila. Laila segera menunduk dan kembali melanjutkan menyiram tanaman.
"Lo suka banget dateng ke taman ya?" ucap sebuah suara di belakang Laila.
Tanpa menoleh pun Laila tau siapa yang sedang berbicara dengannya.
"Suka aja""Bunga matahari itu lo yang nanem?" tanya Rafael lagi.
"Iyaa"
"Cantik" puji Rafael
"Iyaa"
"Maksud gue itu lo, bukan bunganya"
"Aamiin" Laila melangkahkan kakinya hendak meninggalkan Rafael.
"Laila tunggu" Rafael menahan lengan Laila.
"Lepas Rafael" Laila menarik lengannya dari genggaman Rafael.
"Okeoke sorry" Rafael mengangkat kedua tangannya.
"Lo kenapa langsung pergi?" lanjut Rafael.
Laila menaruh alat menyiram tanaman di bawah kakinya lalu berlari kecil meninggalkan Rafael.
Astaghfirullah Laila tenang. Laila terus ber-istighfar sepanjang jalan menuju pendopo, menenangkan jantungnya yang berdetak sangat cepat.
"Laila kamu kok lama banget, lima menit lagi bel masuk ni" ucap Fani."Iya Laila kamu dari mana aja? ko lama banget, kamu engga apa-apa kan? tadi Pak Salimnya ada kan La?" Serbu Naila dengan serentetan pertanyaan.
Laila hanya tersenyum tipis lalu segera duduk di samping Hanum.
"Hus udah Laila nya jangan di tanya-tanya dulu" Hanum menatap Fani dan Naila.
"Udah La, ni bekalnya abisin dulu, sedikit lagi bel masuk" Hanum menaruh bekal Laila di pangkuan Laila.
Laila memakan bekalnya dalam diam.
Fani dan Naila menatap Laila bingung sedangkan Hanum melanjutkan makannya sambil sesekali melirik Laila.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Maaf ya sebagian ceritanya sudah di hapus hihii. Yuk buruan dapetin bukunya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Laila | SUDAH TERBIT
FanfictionAku sibuk menulis cerita bahagiaku Padahal Engkau lebih dulu mengukirnya di LauhMu Aku salah telah kecewa pada ketetapanMu Ya Allah, kini aku kembali padaMu -Laila Qisya Muharram-