black jeans

1.5K 272 48
                                    

Jeno menepati janji nya.

Tepat pukul 7 pagi ia sudah berada didepan kediaman rumah Renjun. Niat nya langsung berangkat agar sampai ditujuan lebih cepat, namun apadaya waktu nya sedikit tersita karena Renjun harus membujuk orangtua nya dengan sedikit bumbu kebohongan.

Renjun tampak manis dengan balutan celana putih pendek dan kemeja oversize biru langit, berbanding terbalik dengan Jeno yang lagi-lagi dengan pakaian serba hitam nya.

"Hey, apa perlu kuingatkan kita akan pergi ke pantai bukan ke pemakaman?" celetuk Renjun saat berhadapan langsung dengan Jeno.

"Diam atau tidak jadi pergi?"

"Iya iya, ish galak sekali." gerutu Renjun.

Di dalam mobil, Jeno sudah menyiapkan cukup banyak camilan yang ia taruh di belakang. Benar-benar mempersiapkan semua nya dengan matang.

"Renjun," panggil Jeno memecah keheningan.

"Ya?"

"Berarti sudah percaya padaku, kan?"

Jeno hanya memastikan.

Memastikan apakah pria kecil dihadapannya ini benar-benar sudah percaya padanya atau belum.

Memastikan bahwa keputusan yang ia ambil nanti tidak salah.

"Sudah, dong! Kan aku sudah kenal Jeno cukup lama, Jeno juga baik, aku suka," jawab Renjun dengan senyumnya,

"Suka?"

"Eehhh?!"

Bola mata Renjun melebar karena terkejut, "Eung, maksudku aku suka soalnya Jeno kan sering membelikan makanan enak, hehe."

hehe

Jeno terkekeh dalam hati, menahan diri untuk tidak menjerit karena melihat tingkah Renjun yang lucu.

"Tidur saja dulu, perjalanan masih cukup jauh."

"Nanti Jeno tidak ada yang ajak bicara?"

"Tidak apa-apa, tidurlah."

Renjun mengangguk patuh, menyamankan posisi nya untuk segera kealam mimpi.

Perjalanan yang ditempuh lumayan jauh, membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk sampai ditempat, itupun kalau tidak macet.

Setelah hampir sampai, Jeno membangunkan Renjun dari tidur nya kemudian menyuruhnya untuk turun,

"Kok bukan pantai?!"

"Masih siang, panas."

"Ih Jenooo!" rengek Renjun kesal.

Oh jelas saja Renjun kesal, saat ia membuka mata harapan nya adalah langsung melihat dan mencium aroma laut, namun yang ia dapat adalah gedung dengan banyak orang yang belalu lalang.

"Makan siang dulu."

"Mau ke pantai!"

"Iya sayang, makan dulu, ke pantai sore saja agar bisa melihat sunset." jawab Jeno lalu meninggalkan Renjun untuk masuk ke restoran.

Lagi-lagi tidak bertanggung jawab.

Jeno dengan santai meninggalkan nya tanpa memikirkan Renjun yang tengah menyublim disiang bolong seperti ini.

Apa tadi katanya? Sayang?

"Dasar lelaki!" desisnya dengan wajah yang sudah memerah padam.

Kemudian keduanya menghabiskan waktu untul berkeliling setelah makan siang. Membeli beberapa souvenir dari kota ini sebelum menuju pantai sore nanti.

Larut dalam kegiataan saat memilih beberapa souvenir, waktu pun tidak terasa sudah menunjukan pukul 4,

"Ayo, jalan kaki saja cukup dekat dari sini." kata Jeno.

Renjun mengangguk. Mengikuti Jeno yang berjalan beberapa langkah di depan nya.

Dengan balutan jeans hitam kaki Jeno tampak jenjang, ditambah dengan jaket kulit berwarna senada benar-benar membuatnya terlihat tampan.

Renjun tersenyum, kemudian berjalan sedikit cepat untuk mensejajarkan langkah nya dengan Jeno,

"Jeno,"

"Hm?"

"Tampan hehe."

"Aku?"

"Bukan, aku."

"Baiklah."

Keduanya tertawa, tanpa sadar tangan mereka saling bertautan bahkan setelah sampai di pantai.

Renjun merupakan orang yang paling senang diantara keduanya. Kaki nya tidak bisa diam dengan berlarian sambil tertawa. Tangan-tangan mya sesekali dengan jahil melemparkan pasir kearah Jeno yang hanya duduk sambil memperhatikan.

Renjun bermain hampir 2 jam, sendirian.

Entah apa yang ia lakukan tapi sedari tadi tawa kecil nya terus mengembang.

"Renjun, kemari." panggil Jeno.

"Iyaa!" jawabnya sambil berlari kecil menghampiri Jeno.

"Duduk sebelahku, sebentar lagi sunset."

Renjun menurut.

Keduanya duduk berdampingan menikmati semilir angin yang menyapu wajahnya. Renjun mengistirahatkan kepala nya pada pundak Jeno, "Jeno," panggilnya.

"Apa?"

"Terimakasih ya, aku senaaaang sekali. Ingat tidak awal kita bertemu? Padahal waktu itu kita tidak saling mengenal tapi aku mau-mau saja berlari seperti dikejar setan hanya untuk memberimu pematik. Aku kira Jeno galak, tapi tidak, Jeno malah baik. Aku sering minta ini itu dituruti terus, maaf ya kalau merepotkan."

Jeno terdiam.

Menatap Renjun yang tampak sangat cantik saat bersandar di pundak nya.

"Renjun."

"Ap- Jen itu sunset nya!" kata Renjun heboh sambil menunjuk-nunjuk arah matahari yang terbenam.

Jeno tidak menghiraukan. Pandangan nya tidak lepas dari Renjun.

"Woaah, cantik sekali."

"Tidak."

"Huh?" Renjun menolehkan wajah nya bingung,

"Kau lebih cantik, Renjun."


cup


Renjun terdiam saat bibir Jeno menyentuh bibirnya.

Hangat kemudian ia rasakan pada seluruh wajahnya, meskipun bukan pertama kali ini tetap mendebarkan.

"Renjun, jadi pacarku ya?










tbc

strawberries and cigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang