blue eyes

1.4K 274 5
                                    

Jeno itu berandalan.

Berbeda jauh dengan Renjun yang anak rumahan, Jeno lebih memilih menghabiskan waktu nya bersama teman sekelompok atau yang biasa disebut- gang.

Tak jarang Jeno tidak pulang kerumah dan lebih memilih untuk bermalam di tempat tongkrongan nya.

Kalau tanya kenapa Jeno bisa tersesat di taman komplek rumah Renjun waktu itu, alasan nya cukup sederhana. Sama seperti Renjun, Jeno pun memiliki masalah keluarga.

Tidak, orangtua nya tidak pernah bertengkar dihadapan nya. Justru ia bahkan hampir jarang melihat kedua orangtua nya berada dirumah. Keduanya cukup sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ya, karena itu Jeno lebih memilih menghabiskan waktu nya diluar rumah.







"Jeno! Melamun terus, aku bicara tidak didengar ya daritadi?!"

Jeno tersentak kaget dari lamunan nya, menoleh kearah si mungil yang tengah mengerucutkan bibir nya, "Ah, iya? Kau bicara apa tadi?"

"Sudahlah!" kedua tangan nya terlipat didepan dada, memandang layar televisi di depan nya dengan kening yang berkerut.

"Ey, marah?" tanya Jeno sambil mencolek dagu Renjun,

"Tidak."

"Bohong."

"Ih, tidak!"

"Ya sudah, tadi nya minggu depan mau kuajak pergi ke pantai, kalau marah begini seperti nya aku harus mengajak orang lain."

Renjun melebarkan matanya kemudian menatap Jeno dengan pandangan yang berbinar, "Ungg, Jeno, aku tidak marah kok!"

"Ck, bocah," sahut Jeno malas, "Kalau begitu persiapkan dari sekarang, jangan sampai mabuk laut."

Bisa Jeno rasakan bahu nya yang dipukul cukup kencang oleh tangan Renjun yang meskipun tidak terasa apa-apa, "Enak saja, Jeno kira aku anak kecil?!"

"Memang."

"Ih!"

Jeno hanya menanggapi dengan tawa kecil kemudian keduanya kembali fokus dengan film yang ditayangkan.


Kronologi nya begini,

Renjun yang kebetulan sedang tidak ada kegiatan apapun mengajak Jeno kerumah untuk menghabiskan waktu dengan menonton film bersama, tentu saja Jeno tidak menolak.

Jeno datang dengan 1 plastik penuh camilan untuk Renjun, sudah mempersiapkan diri secara matang daripada nanti nya si kecil merengek ditengah-tengah menonton film.

Renjun itu menurut Jeno, seperti rokok.

Candu.

Sejak pertemuan pertama keduanya di taman, Renjun yang berlari hanya untuk memberi nya sebuah pematik, serta ciuman yang masih membekas membuat Jeno jatuh cinta pandangan pertama.

Renjun itu polos, Jeno suka.

Jeno tidak pernah keberatan ketika pria kecil-nya memanggil tiba-tiba hanya untuk mengantar ke toko buku,

Jeno tidak keberatan saat tengah malam Renjun meminta bertemu ketika kedua orangtua nya lagi-lagi bertengkar,

Apapun tentang Renjun, Jeno tidak pernah keberatan.

Bahkan ketika Renjun masih menagih janji nya untuk membawa jalan-jalan menuju tempat jauh, Jeno menyanggupi nya kali ini.

Tidak jauh, hanya pantai.

Jeno tau, kemana pun tempat tujuan yang ia pilih, Renjun pasti akan menerima nya.





"Tuh kan, melamun lagi! Jeno kenapa?"

Jeno tersentak kedua kali nha untuk hari ini, "Kenapa sih, teriak-teriak terus daritadi."

"Ya habis nya Jeno melamun terus!"

"Aku kan sedang memikirkan mu, jangan diganggu."

Renjun terdiam, mencoba mencerna maksud perkataan Jeno,

"Ugh, a-apa?"

Jeno tersenyum sambil mendekatkan wajah nya kearah Renjun, "Tidak ada pengulangan."

Jeno kembali menonton film dihadapan nya seolah tidak memperdulikan detak jantung Renjun yang sedang menggila, tidak tanggung jawab!

Renjun menunduk, menautkan kedua jari nya tanda gugup, "Aku kan ada disebelahmu, jadi tidak usah dipikirkan," cicit Renjun pelan tapi masih dapat Jeno dengar.

"Lalu harus aku apakan?"

Astaga, pertanyaan yang mengundang pikiran Renjun untuk berpikir kotor. Bisa-bisa nya Jeno bertanya seperti itu.

"Tidak tau! Sudah lah nonton lagi saja film nya." elak Renjun dengan pipi yang sudah memerah.

Jeno tergelak lalu mengecup pipi Renjun dengan secepat kilat, "Berpikir kotor ya?"

Renjun mematung, Jeno lagi-lagi membuatnya tidak bisa berkutik.

Perlahan Renjun menoleh menatap Jeno yang ternyata sedang menatap kearahnya juga,

mama, Jeno tampan sekali

Kedua nya saling menatap, sama-sama tenggelam pada iris masing-masing.

Tangan Renjun terangkat untuk mengelus pipi Jeno, secara perlahan elusan itu merambat pada mata Jeno membuat yang punya memejamkan mata,

"Jeno,"

"Hm?" balas Jeno sambil membuka kembali kedua matanya,

"Aku suka mata Jeno, warna nya biru hehe."

visualisasi mata Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

visualisasi mata Jeno




tbc

strawberries and cigarettesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang