(CHAPTER 3)

133 12 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi...

Dengan cepat aku beranjak keluar terlebih dahulu, meninggalkan Jasmine. aku melangkahkan kakiku lebih cepat, sangat tidak ingin pulang dengan orang gila itu! menyebalkan.

Aku terkejut bukan main, melihat Pria itu langsung menghalangi jalanku tepat didepanku. Ia mulai mendekat kepadaku, namun aku masih mematung ditempat menantapnya lekat.

"Mau kemana lo buru-buru?" tanyanya, membuatku mendenguk ludahku dengan susah payah, Sial!.

"Pulang kak, permisi ya," ucapku berniat beranjak pergi dari hadapannya, namun Pria menyebalkan itu memegang lenganku dengan erat.

"Nggak usah drama!" ketusnya, Lalu menarikku untuk pulang bersamanya. dengan pasrah aku menurutinya, sangat menyebalkan!.

Akupun menaiki motornya, Ia melajukan motornya dengan kecepatan sedang, sedangkan aku hanya diam saja, jujur ini pengalaman pertamaku pulang berdua dengan cowok.

Namun aku merasa kesal, kenapa harus pria itu? Ah! sungguh menyebalkan. bahkan aku sendiri tidak mengetahui maksud dirinya ingin pulang bersamaku.

Aku menghela nafasku pelan, "Kenapa tiba-tiba kakak mengajakku pulang bareng?" tanyaku, membuat Ia mengarah kepadaku sejenak.

"Pengen aja" sahutnya dengan
tenang.

"Lain kali nggak usah ya kak"
ucapku, membuatnya menghentikan motornya secara tiba-tiba, aku terkejut bukan main. Ia pun menatapku dengan lekat.

"Kenapa? apa gue kurang tampan?" tanyanya, membuatku mengerutkan keningku dan tersenyum penuh arti.

"Kakak cukup tampan, tapi...."

"Tapi apa?"

Aku terdiam sejenak, "Aku nggak suka sama kakak" jawabku dengan asal.

Kini Ia yang tersenyum penuh arti kepadaku, "Emang gue suka sama lo?"

"Nggak mungkin lah kak" ucapku dengan polos.

"Baguslah"

Lalu ia kembali melajukan motornya, dan seketika suasana menjadi canggung, tidak ada dari aku dan dia yang coba mencairkannya.

Motornya terhenti, Aku mengerutkan keningku, ia menghentikan motornya di toko bunga. ia pun beranjak turun. Namun aku memilih menunggunya diluar saja.

Ia mengetok keningku, mencoba menyadarkanku untuk mengikutinya. Aku menghela nafasku berat, dan bergegas menyusulnya.

"Eh mas Brian, mau pesen bunga
apa mas?" ucap Pria berparu baya, Aku hanya diam. sepertinya tukang kios bunga ini sangat mengenal Brian.

"Bunga mawar putih seperti biasa" sahutnya kepada Bapak kios bunga tersebut, lalu Bapak itu beranjak pergi meninggalkan Aku dan dia.

Aku hanya terdiam, tidak membuka suara. Lalu Bapak kios bunga datang, memberikan bunga mawar putih yang cantik kepada Brian.

Setelahnya, aku pun beranjak keluar dari toko bunga terlebih dahulu, menunggunya diluar. Aku ingin cepat-cepat sampai dirumah, sangat membosankan.

Selang beberapa menit, Pria itu pun menaiki motornyaa dan memberikan bunganya kepadaku, aku masih terdiam tidak meresponnya.

"Nih" ucapnya dengan memberikan bunga mawar putih kepadaku.

"Buat aku kak?" tanyaku memastikan saja.

"Bukan, buat nyokap lo"

Aku mengangguk mengerti, "Oh oke kak, nanti aku kasih ke Ibuku" kataku dengan tersenyum tipis.

"Jangan terlalu polos jadi orang!" ketusnya, membuatku menatapnya kembali.

"Maksud kakak?" tanyaku tidak mengerti.

"Itu bunga buat lo! bukan buat Ibu lo ataupun nenek lo!" ketusnya, membuatku mengerutkan keningku.

"Tadi katanya buat Ibuku?"

Ia menghela nafasnya dengan berat, menatapku dengan tajam. "Buat lo! jangan terlalu bego jadi orang!" ketusnya dengan agak lantang.

Aku hanya diam, mengiyakan saja.

Lalu ia melajukan motornya dengan agak cepat, membuatku sedikit takut.
15menit, akhirnya sampai dirumahku, aku melihat dari kejauhan Abangku yang tengah berdiri diambang pintu.

"Makasih kak bunganya" kataku dengan tersenyum tipis, lalu beranjak turun dari motornya tanpa mendengar jawaban dari Pria tersebut. Brian pun melajukan motornya dengan cepat, kini aku dapat melihat motornya yang sudah menjauh.

Aku membalikkan badanku, aku terkejut melihat Abang yang masih menungguku diambang pintu rumahku. Aku pun menghampirinya.

"Wah, cowok lo ya??" ucap Abang, membuatku mendesis pelan dibuatnya.

"Nggak" sahutku dengan jujur, namun Abang mengarah ke bunga mawar putih yang aku pegang.

"Udah belajar pacaran sekarang adik gue ya" ledekan Abangku membuatku menantap tajam ke arah Abangku.

"Cinta enggak pacaran Abang! itu cuma kakak kelas Cinta aja" kataku.

Abang tertawa pelan, mengacak rambutku, lalu beranjak pergi dari hadapanku.

"IBU CINTA SUDAH SUDAH PUNYA PACAR" suara lantang Abangku membuat aku menghentakkan kakiku dan bergegas mengejar Abangku yang menghampiri Ibu didapur.

"BOHONG IBUU" balasku dengan lantang juga, dan menghampiri Ibu didapur.

Abang tertawa dengan puas menatap wajahku yang terlihat panik, sedangkan Ibu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sudah-sudah, jangan ribut" ucap Ibu, membuat Abang yang sedang tertawa terdiam seketika.

"Cinta kok telat pulangnya?" tanya Ibuku, aku terdiam sejenak.

"Cinta jalan sama pacarnya Bu" celetuk Abangku dengan tertawa puas.

Ibu menggelengkan kepalanya dan menatapku, "Benar Cinta?" tanya Ibuku.

"Nggak Bu, Cinta nggak pacaran" sahutku dengan jujur.

"Bohong Bu, Tadi dia dianter pulang sama cowok dikasih bunga pula" ucap Abangku, membuatku mendesis pelan, Menyebalkan!

"Cinta nggak pacaran Bu, itu kakak kelas Cinta tadi dia cuma ngasih Cinta bunga aja kok" kataku, membuat Ibu tersenyum tipis kearahku.

"Ibu nggak ngelarang kamu buat pacaran, Ibu paham Cinta sudah besar. sudah bisa memilih yang terbaik nantinya buat Cinta" ucap Ibu. membuatku tersenyum tipis.

"Yaudah sana ganti baju, Ibu sudah siapkan makan malam" sambung Ibuku dengan cepat, Akupun menganggukkan kepalaku. lalu aku beranjak pergi dari hadapan Ibu dan Abangku.

"SEKARANG DIKASIH BUNGA, BISA-BISA BESOK LO DIJADIKAN PACARNYA" suara lantang Abangku dengan tawanya, membuatku menghentikan langkahku sejenak dan menatap tajam kearah Abangku.

"ABANG IH!"

***

Next g?

CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang